Secangkir Kopi dan Ciuman

10.1K 909 43
                                    

Bunyi petanda air mendidih memisahkan Kala dari pelukan Kiara. Wanita itu cepat-cepat ke dapur dan menyeduh kopi. Kala menutup tirai, lalu kembali duduk. Sudah hampir pukul empat pagi. Untungnya ia sempat tidur sebelum menjemput Kiara. Kiara membawa dua cangkir kopi dan meletakkan ke meja. Ia duduk di sofa single. Wanita itu menyesap kopinya perlahan. Wanita itu sudah terbiasa dengan minuman panas. Sementara Kala menunggu kopinya menghangat.

"Terima kasih kopinya, Ki."

"Terima kasih atas jemputan dan hotelnya. Kita baru kenal, tapi, kamu sudah melakukan banyak hal untukku." Dua puluh empat jam sudah terlewati sejak ia membeberkan perselingkuhan Gika. Ia bahkan tidak bisa percaya bisa terbang sampai sejauh ini.

"Sudah setahun, Ki. Hanya saja kita nggak pernah ketemu." Kala tersenyum.

Kiara tertawa sambil menepuk paha Kala. Pria itu duduk di sofa panjang, tepat di sudut berdekatan dengan sofa single Kiara."Ah, iya, ya~ternyata pertemanan kita cukup lama. Berawal dari game aja. Eh, masih main nggak?"

Kala menggeleng."Udah nggak sempat."

Kiara mengangguk-angguk."Aku juga udah nggak main. Bosan deh. Oh, ya, aku mau jalan nih besok. Baiknya ke mana ya?"

"Kamu mau ke mana? Aku antarkan, Ki."

"Eh jangan, dong. Kamu harus kerja, kan? Lagi pula masa aku merepotkan terus." Apa yang dilakukan Kala padanya saat ini membuat Kiara tidak enak hati.

"Nggak ada masalah, Ki. Besok aku kosong kok. Kita bisa jalan ke mana pun." Kala begitu yakin. Padahal ia belum menanyakan perihal jadwalnya besok pada Jonas. Tapi, kesempatan untuk bersama Kiara tidak akan ia sia-siakan.

"Aku itu pengen banget ke Pantai Tanjung Bira, Kal, yang kamu tunjukkin kemarin." Kiara berubah menjadi bersemangat. Akhirnya ia bisa sampai di sini. Sangat dekat dengan temat impiannya.

"Kalau itu~delapan jam perjalanan lagi dari sini, Ki. Dan sayang banget kalau cuma beberapa jam aja di sana. Tapi, kalau mau, ya, kita bisa berangkat siang ini." Kala akan mengantarkan Kiara ke sana dengan senang hati.

"Iya, sih. Kalau gitu lain kali aja. Hari ini aku mau sekitaran sini aja." Kiara memutuskan.

"Kamu mau ke Puncak Malino nggak?" Kala menawarkan."Perjalanannya tiga jam dari sini."

"Yang seperti apa itu? Kamu ada fotonya?"

Kala mengangguk sembari membuka galeri ponsenya. Kiara berpindah ke sebelah Kala. Debaran jantung Kala langsung seperti genderang yang mau perang.

"Ini~tapi, sekarang sudah lebih bagus, sih, katanya. Ini sekitar setahun lalu. Ada sepupu yang adain resepsi nikah di sana."

Kiara melihat fotonya sambil mengangguk-angguk."Bagus, ya."

"Ayo kita ke sana setelah chek out siang nanti,"ajak Kala memberanikan diri.

"Beneran?"tatap Kiara tak percaya."Waktu kamu bakalan tersita dong?"

"Kalau kamu yang menyita waktuku nggak apa-apa, Ki." Kala mengatakannya dengan wajah merah. Ia mengambil cangkir kopi dan menyesap kopinya.
"Makasih, Kal. Aku nggak tahu harus bilang apa." Kiara tertawa lirih.

"Nggak perlu bilang apa-apa. Nikmati aja, Ki." Kala meletakkan cangkir kopinya.

Kiara hendak bangkit pindah ke sofa. Tetapi, Kala menahannya."Duduk di sini aja."

"Aku nggak enak. Aku baru ingat, kamu punya pacar atau tunangan nggak? Kalau punya, sebaiknya kamu pulang. Bu-bukannya aku ngusir, hanya saja aku takut membuat hubungan kalian tidak baik."

Kala memegang tangan Kiara."Aku pernah bilang, ya, dulu. Aku nggak punya pacar, tunangan, atau sejenisnya."

"Yang benar? Aku sangat tidak suka pengkhianatan. Maksudku, kasihan juga jika ada wanita yang kamu khianati di luar sana. Itu menyakitkan." Kiara menelan ludahnya kelu.

"Apa kamu baru dikhianati?"

Ucapan Kala menembus ke hati Kiara. Darah yang mengering itu kini mencair kembali. Kiara duduk dan menatap Kala."Aku tidak jadi menikah. Aku memergokinya dua hari sebelum hari pernikahan."Kiara mengusap pipi yang entah sejak kapan sudah berlinang air mata. Sementara Kala menggenggam tangan Kiara dengan erat."Dia berselingkuh dengan sahabatku sendiri."

Kala mengusap-usap punggung tangan Kiara. Rasanya tidak ada yang boleh Kala katakan saat ini. Sebab apa pun yang ia katakan, itu tidak akan membantu Kiara. Hanya waktu, dukungan, serta kasih sayang yang bisa menyembuhkannya.

"Maaf, aku nangis. Tapi, sakitnya memang masih berasa."

"Iya. Nangis aja. Habiskan air mata kesedihan itu sini. Jadi, setelah kembali, kamu bisa angkat wajahmu tinggi-tinggi."Kala menaikkan dagu Kiara. Lalu, tersenyum. Jangan biarkan mereka yang menyakitimu tertawa."

Kiara mengangguk sembari menatap Kala. Dagunya yang dipegang Kala membuat wajah mereka berdekatan. Suasana menjadi hening. Kala mengusap sisa-sisa air mata Kiara. Kemudian, keberaniannya untuk mencium Kiara muncul. Perlahan ia mendekatkan wajahnya,.lalu melumat bibir Kiara lembut. Tidak ada respon apa pun dari wanita itu. Tatapannya begitu kosong dan sedih. Kala menangkup wajah Kiara, lalu kembali melumat bibirnya. Ia berniat sebentar saja. Tetapi, mata Kiara terpejam dan membalas lumatannya.

Ini seperti sudah ditakdirkan. Seseorang yang sangat jauh di ujung Barat sana, kini ada di dalam pelukan Kala. Wanita yang hampir menjadi istri orang, kini tengah bersamanya. Membalas ciuman serta pelukannya. Ciuman lembut nan menggairahkan itu berlangsung cukup lama. Sampai salah satunya melepaskan diri untuk mengambil napas.
"Maaf,"ucap Kiara.

Kala mengusap bibir Kiara yang basah dengan ujung jempolnya."Bukan sesuatu yang harus dimaafkan. Tapi, harus diulangi."

Kiara tertawa kecil, lantas menyesap kopinya lagi. Ciuman membuatnya haus. Kala mengusap puncak kepalanya. Hati kecil Kiara berteriak. Ia sangat nyaman dengan sentuhan itu. Tetapi, ia baru saja putus dengan Gika. Tidak akan mudah untuk memulai cinta baru."Udah subuh, ya. Kamu nggak tidur?"

"Kamu gimana? Kamu yang habis dari perjalanan jauh. Menyeberangi ribuan kilometer. Ayolah, kamu yang tidur. Nanti di jam sarapan aku bangunin kamu." Kala memberi saran.

"Aku mau mandi. Lagi pula sudah subuh juga." Kiara menggerakkan lehernya yang pegal.

"Mandi air hangat, ya. Biar aku siapkan air hangat di bathup." Kala melepas outernya. Pria itu segera menyiapkan air hangat untuk Kiara mandi. Kiara mengambil pakaiannya di dalam koper dan bersiap-siap mandi.

❣❣❣

Save the Date Where stories live. Discover now