Bad Day

5.7K 771 91
                                    

#Repost

Kala dan Kedua orang tuanya ada di Medan sampai hari minggu. Selama itu,Kala dan Kiara mempersiapkan pernikahan mereka. Sebagian bedar sudah diserahkan pada wedding organizer. Untuk pemilihan souvenir dan jenis kartu undangan ditentukan oleh Indira dan Kalila. Dua Mama itu bersatu merancang pernikahan yang megah. Kala dan Kiara ikut saja. Kiara sendiri sudah tidak ada bayangan ingin resepsi pernikahan seperti apa. Kegagalan menikah itu masih ada di kepalanya. Kastara dan Yuna sudah sampai juga di Bira, tempat yang ingin Kiara kunjungi. Mereka sedang bulan madu di sana dan akan kembali menjelang pernikahan Kiara dan Kala.

Sekarang, Kiara kembali beraktivitas di kantor. Sudah hari senin. Kala juga sudah kembali bekerja di Makassar sana. Pagi tadi, mereka sempat video call untuk sekadar saling sapa. Setelah itu, mereka tidak akan ada komunikasi lagi karena Kala sibuk. Biasanya sebelum tidur, Kala akan memberi kabar.

Kiara tiba di kantor. Bersenandung menuju jalur pemeriksaan. Vanya muncul dan menghalangi Kiara. Kening Kiara berkerut. Ternyata Vanya sudah masuk kerja. Wajahnya pucat seakan sedang tidak sehat. Mungkin karena Ia tengah memasuki masa ngidam.

"Ada apa, Van?"

"Kenapa kau memilih Kala sebagai calon suamimu?" Suara Vanya bergetar. Tatapannya begitu dingin seakan-akan ia memang sangat terluka.

"Aku tidak memilihnya. Tapi, Tuhan mengirimkannya untukku." Kiara menjawabnya dengan tenang."Jangan bahas soal calon suamiku. Aku sudah memberikan Gika padamu, bukan?"

Tangan Vanya mengepal."Karena Gika memilihku, lantas kau mencari tahu siapa lelaki yang pernah sangat kucintai. Kau tidak tahu betapa besarnya keinginanku bersama Kala. Aku harus berjuang mati-matian supaya bisa menjadi sekretarisnya."

Kiara tertawa sinis. Ia tidak mengerti apa yang ada di pikiran Vanya. Dulu, dia mengambil Gika. Sekarang, wanita itu justru peduli pada Kala."Biar pun kita berteman. Aku sama sekali tidak tahu kalau kau pernah menjadi sekretarisnya Kala. Van, apa kamu tidak malu bicara begini padaku? Kau sudah merebut Gika dariku. Apakah kau sadar bahwa itu perbuatan paling kejam? Sebuah pengkhianatan, Van! Kau temanku. Tapi, kau malah merebut Gika. Tapi, aku terima. Karena perselingkuhan tidak akan terjadi jika Gika tidak menanggapimu."

"Kenapa harus Kala~"

"Apa maksudmu. Kau buang-buang waktuku saja." Kiara melangkah meninggalkan Vanya.

Vanya berdiri dengan gemetar. Ia merasa lelah karena menangisi banyak hal. Ia pernah sangat menyukai Kala. Tetapi, cinta dan usahanya itu tidak pernah disambut baik oleh Kala. Vanya mati-matian mengejarnya. Tetapi, semakin dikejar, Kala semakin mustahil untuk didapatkan.

Vanya memegang perutnya. Lalu, air matanya menetes. Ia tidak ada pilihan selain menjalani pernikahan ini dengan ikhlas. Mama Gika masih belum menerimanya. Terlebih setelah ia pingsan karena Kala pergi bersama Kiara.

"Kenapa kamu harus muncul di hadapanku, Kala. Kenapa baru sekarang? Kenapa wanita yang kamu pilih adalah Kia." Hati Vanya menjerit.

Di dalam lift, Kiara kepikiran dengan ucapan Vanya. Tampaknya wanita itu benar-benar sedih karena Kala. Tapi, kesedihan itu tidak sebanding dengan kesedihannya sewaktu dikhianati. Mungkin, itu yang dinamakan karma.

Di ruangan, Kiara disambut oleh Zakia dan Mirima. Wajah keduanya semringah sudah tidak sabar ingin mengabarkan sesuatu.

"Hai, wanita kuat."

"Maksudnya?"tanya Kiara bingung.

"Wanita kuat adalah wanita yang batal menikahi karena diselingkuhi, tapi, tetap datang ke nikahan mantan pacar dan selingkuhannya,"jelas Zakia.

Save the Date Where stories live. Discover now