Pria Penuh Cinta

10.3K 985 53
                                        

Selama Kiara mandi, Kala menghubungi Jonas.ia membutuhkan asistennya itu mempersiapkan beberapa hal. Jonas menjawab telepon dengan nada tegas meskipun baru saja bangun.

"Jon, tolong antarkan mobil Hummer ke Hotel, ya. Siapkan juga kaus, jaket, jeans, celana pendek, dan pakaian dalam. Sekalian alat mandi dan handuk, ya." Kala berkata sambil mengingat-ingat apa yang ia butuhkan. Jika keluar kota, ia tidak suka memakai handuk yang disediakan hotel. Ia akan membawa handuknya sendiri.

"Baik, Pak."Jonas merekam ucapan Kala di otaknya. Kecepatan merekamnya harus lebih cepat dari kecepatan ucapan Kala. Kalau sampai ada yang terlewat, Kala bisa marah.

"Batalkan semua janji hari ini. Tidak ada yang urgent, kan?"
Jonas memutar bola matanya. Sekali pun ada yang penting, sepertinya Kala tidak peduli. Atasannya itu akan tetap memilih bersama Kiara. Tapi, sepertinya ini hanya karena Kiara. Wanita lain? Kala tidak memandang mereka selama setahun belakangan ini.

"Iya, Pak. Tidak ada." Jonas sudah mengganti jadwal sebelum Kala bicara. Beberapa harus ia batalkan. Pertemuan Kala dengan wanita yang dicintainya itu pasti berlangsung lama. Hingga Jonas harus bersiap-siap."Bapak pergi berapa lama dan ke mana, Pak? Apa saya harus menyiapkan pengawalan?"

"Nggak perlu. Saya mau pergi ke Malino bersama calon pacar saya,"aku Kala yang membuat Jonas menahan tawa.

"Baik, Pak akan segera saya siapkan. Ada lagi yang perlu disiapkan, Pak?"

Kala berpikir sejenak."Sepertinya nggak ada. Ditunggu sebelum jam sebelas, ya, Jon."

"Baik, Pak." Sambungan terputus. Jonas buru-buru menyiapkan apa yang diminta. Pertama kali ia lakukan adalah mencuci muka dan berganti pakaian. Setelah itu menuju kediaman keluarga Kala. Jonas memberi perintah pada sopir untuk memanaskan mobil yang Kala minta. Tak lupa meminta membersihkannya juga. Jonas masuk ke dalam rumah, menyiapkan segala keperluan Kala, memasukkannya ke dalam koper kecil.

Sementara itu, Kala duduk dengan tenang setelah menghubungi Jonas. Ia membuka tirai menyaksikan pemandangan pagi. Kiara selesai mandi setelah satu jam berlalu. Kala sempat ketiduran menunggu wanita itu selesai.

"Kala~"panggil Kiara pelan. Pria itu tidak terbangun."Kala~" Kiara memanggil lagi. Kali ini dengan menempelkan telapak tangannya ke pipi Kala.

Mata Kala terbuka dan langsung memegang tangan Kiara."Maaf, aku kaget,"balasnya dengan senyuman meskipun matanya merah.

"Aku udah selesai." Kiara terkesima dengan prilaku Kala seperti itu. Masih dengan kekagetannya, Kala mengecup tangan Kiara yang dingin karena selesai mandi.

"Udah enakan, kan?"

Kiara mengangguk."Iya. Makasih, ya, udah disiapkan air hangatnya." Kiara melihat ke arah jendela, matahari mulai terbit. Wanita itu mengabadikannya dalam bentuk video beberapa detik saja.

Kala berpindah ke tempat tidur, merasakan empuknya kasur. Kiara menoleh dan tersenyum."Kamu tidur aja, pasti ngantuk banget jemput aku tengah malam."

"Nggak ngantuk banget, sih. Aku cuma mau berbaring aja." Kala tersenyum sambil menatap Kiara. Tapi, beberapa detik kemudian ia bangkit dan pergi ke toilet. Kala sikat gigi dan cuci muka sebab jam sarapan sudah hampir tiba.

Kiara menutup tirai setengah. Ia berbaring dengan nyaman. Wanita itu menatap langit yang mulai merah karena sinar matahari pagi. Air matanya kembali menetes. Apa yang sedang terjadi di Medan sana. Gika sedang apa. Apa pria itu memikirkannya.

Kala selesai. Ia mengusap wajahnya dengan tisu. Ia melihat Kiara terbaring. Kala mendekati Kiara perlahan dan melihat tangisan itu. Hati Kala berdenyut. Melihat wanita yang dicintai menangisi pria lain, itu menyakitkan.  Tapi, keadaan tidak bisa disalahkan. Kala hanya perlu bersabar.

Kala duduk di sisi tempat tidur, di belakang Kiara. Perlahan ia naik dan berbaring. Kala memeluk tubuh Kiara dari belakang. Kiara terdiam, ia cepat-cepat menyeka air matanya. Kiara membalikkan tubuhnya hingga ia berada dalam rengkuhan Kala.

Baik Kala maupun Kiara tidak mengeluarkan sepatah kata. Keduanya sama-sama mengerti apa yang mereka inginkan. Kiara hanya ingin sebuah pelukan menenangkan. Lalu, Kala hanya ingin menenangkan Kiara.

"Kamu belum pernah coba masakan khas sini, kan?"

"Belum pernah." Kiara menjawab dengan suara hidung. Hidungnya mampet karena menangis.

Kala mengusap-usap kepala Kiara yang masih dalam pelukannya."Aku minta dibawain sarapan ke sini. Kamu makan, ya. Siang nanti kita berangkat ke Malino."

Kiara mengangguk. Ia bisa mencium aroma tubuh Kala yang bercampur dengan parfum mahalnya. Bangun tidur sekali pun, ternyata Kala masih saja harum.

Embusan napas Kiara mengenai lekukan leher Kala. Pria itu merasa geli. Ada desiran gairah di setiap embusan napas Kiara menyentuh lehernya. Kala memeluk Kiara erat dan mencium rambutnya yang lembab dan wangi shampo. Ciuman itu turun ke kening, kedua mata, pipi, hidung, lalu berakhir di bibir. Keduanya kembali berpagutan mesra.

Setiap balasan dari Kiara, Kala merasakan ada sedikit rasa untuknya di sana. Entah sekadar rasa pertemanan, suka, rasa nyaman atau sebuah pelampiasan kesedihan. Kala tidak berani melakukan lebih dari itu. Belum saatnya dam ia juga tidak mau membuat Kiara terluka.

Ciuman keduanya terlepas. Lalu, berpelukan mesra tanpa bersuara.

"Kala, usia kamu berapa?" Kiara berusaha mencairkan suasana itu.

"Tiga puluh empat."

Kening Kiara berkerut."Tiga puluh empat? Wah, lebih dari usia Kakakku."
"Iya."

"Dan kamu~belum menikah? Kenapa?"

Kala tersenyum, meletakkan dagu di dekat kening Kiara. "Karena aku terperangkap dalam satu hati. Dia hampir saja dimiliki oleh orang lain. Tapi, mungkin saja dia bisa menjadi milikku."

"Oh, ya, lalu kenapa kamu tidak mengejarnya?"

"Sedang kulakukan sekarang,"ucap Kala parau.

Kiara mendongak."Kenapa kamu ada di sini, memelukku, menciumku? Bukankah harus bersama wanita itu?"

"Karena wanita itu kamu."

Kiara tertawa tak percaya."Bagaimana kamu bisa menyukai wanita yang belum kamu temui sekali pun. Kita bahkan nggak pernah bertatap muka dalam panggilan video."

"Nyaman. Ya, sesederhana itu." Kala memberi tahu alasannya."Tapi, kamu nggak perlu memikirkannya. Kamu sembuhkan hati kamu. Aku akan menunggu sampai kamu bisa menerimaku." Suara Kala terdengar begitu pasrah.

"Aku baru aja putus. Nanti kamu kujadikan pelampiasan loh,"ucap Kiara dengan tertawa.

"Aku rela, asalkan pada akhirnya kamu menjadi milikku."

"Itu nggak adil. Sudahlah, jangan bicarakan lagi." Kiara memukul dada Kala pelan. Kala meraih tangan Kiara kemudian mencium bibirnya lagi. Ciuman Kala terasa begitu menuntut. Tangannya menelusup ke balik rambut, mengusap lekukan leher Kiara. Tangan Kiara sudah bergerak meremas punggung Kala. Bel kamar berbunyi. Ciuman keduanya terjeda. Sarapan mereka sudah tiba.

"Kita sarapan dulu." Kala mengusap puncak kepala Kiara.

Kiara mengangguk dengan wajah merona. Ia turun dari tempat tidur sambil membetulkan pakaiannya. Ia membuka tirai lagi, membiarkan matahari pagi masuk melalui jendela.

❣❣❣

Kemarin ada yang komentar, kenapa usia 34 seperti itu, ya.

Aku menciptakan karakter pria yang penuh cinta.
Jadi, pria yang seperti itu, sering dianggap manja atau sejenisnya 😅

Tapi, jangan pernah bilang pria seperti itu nggak ada di dunia ini. Ada. Tapi,kebetulan tidak kalian temui yang seperti itu.

Save the Date Where stories live. Discover now