Perbincangan Orang Dewasa

8.8K 853 24
                                        

Kala menghempaskan tubuhnya ke kasur. Rasa lelah mendera tubuhnya. Malam ini ia sudah harus kembali dan besok ia sudah harus bekerja lagi. Kiara tersenyum. Ia mengambil air mineral dan menyerahkan pada sang kekasih.

"Terima kasih." Kala meneguk sampai setengahnya. Lalu menyerahkan botol itu pada Kiara."Sini ke sebelahku."

Kiara berbaring di sebelah Kala. Pria itu memeluknya dari belakang. Posisi yang sangat membuatnya nyaman.

"Apa kamu tidak berlebihan memberiku mobil? Kita belum bertunangan loh." Kiara kembali teringat dengan mobil pemberian Kala. Mungkin, bagi Kala itu mudah. Tetapi, bukankah lebih baik uangnya diberikan pada yang membutuhkan.

Kala menenggelamkan wajahnya di lekukan leher Kiara."Nggak, sayang. Aku mau kasih ke kamu aja. Jangan merasa nggak enak."

"Kamu kayaknya capek banget? Kurang tidur?"tanya Kiara. Ia hendak membalikkan badan, tetapi, Kala melarangnya.

"Biar begini saja dulu. Aku mau peluk. Aku agak capek. Tapi, aku senang karena ketemu kamu."

"Kamu harus banyak minum vitamin."

"Iya, setiap pagi dan mau tidur, Jonas kasih aku vitamin, sayang. Sebenarnya dia yang lebih capek karena mengurusiku setiap hari." Kala berkata dengan mata terpejam.

Kiara akhirnya tahu kalau Jonas itu bukan teman Kala. Tetapi, pria itu adalah asisten pribadi Kala. "Kamu harus memberikan bonus yang besar kalau begitu. Dan~cuti panjang supaya dia bisa menikmati waktu dengan keluarganya."

"Iya, sayang. Oh, ya, gimana kerjaan kamu?"

"Lancar aja."

"Ada sesuatu yang baru?"

Kiara berpikir sejenak."Kalau kerjaan, sih, masih kayak biasa aja. Tapi, kalau urusan di luar kerjaan dan terjadi di ruang lingkup kerja, itu ada sesuatu yang baru."

"Apa itu? Cerita dong?"

Kiara membalikkan badannya menghadap Kala."Mantanku itu ngajak aku ketemu. Dia ajak juga pacarnya sekarang untuk ngobrol sama aku."

"Mantan kamu yang mana? Yang kemarin nggak jadi nikah karena selingkuh?" Kala memastikan.

"Iya."

"Kalian bertiga sekantor?"

"Iya. Tapi, aku beda divisi. Mereka satu divisi."

"Oke. Terus~"

"Mereka minta maaf karena sudah selingkuh."

Penjelasan Kiara membuat Kala menahan tawa."Oke terus~"

"Ya udah, dimaafin aja. Seperti yang kamu bilang, aku nggak boleh terperangkap dalam masa lalu. Masih banyak orang yang mendukung dan mendorongku ke masa depan yang lebih baik."

"Great!" Kala mengecup kening Kiara."Aku udah ngomong sama Papa."

"Soal apa?"

"Aku suka sama kamu."

Kiara memukul dada Kala pelan."Nekat banget, sih, kamu~terus tanggapan Papa gimana?"

Kala membalas Kiara dengan colekan di hidungnya."Nggak gimana-gimana. Tapi, nggak ada respon negatif. Aku rasa Papa menyerahkan keputusan itu sama kamu. Aku mau segera menikah sama kamu."

"Apa kamu yakin? Berumah tangga tidak mudah, kan?" Kiara pernah mendengar dari sang Mama. Ketika menikah, semua tidak akan sama dengan pacaran. Orang yang selalu ada di samping kita selama berpacaran, bisa saja akan berbeda ketika kita menikah nanti. Hal-hal sepele yang tidak kita sukai dari pasangan, bisa memicu masalah besar ketika berumah tangga. Oleh karena itu, menikahlah ketika kamu benar-benar siap. Bukan karena sekadar keinginan dan dorongan orang lain.

Kala merapikan rambut Kiara."Iya. Papa juga mengatakan demikian. Ini masih terlalu dini. Tapi, aku merasa yakin, kita bisa menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kuncinya itu di komunikasi. Ada sesuatu yang mengganjal, kamu harus langsung terbuka. Begitu juga aku."

"Iya, sayang." Kiara menjawab lembut.
"Yang paling penting itu, kamu mau nggak nikah sama aku?"

Kiara tertawa."Iya,mau."

Kala memeluk Kiara dengan erat."Terima kasih, sayang. Tapi, sepertinya nggak bisa dalam waktu dekat." Maksud Kala, ia akan melamar Kiara secepatnya. Tapi, untuk menentukan tanggal dan hari pernikahan, ia harus mendiskusikannya dengan keluarga. Keluarganya harus mempersiapkan semuanya di jauh-jauh hari. Mereka harus atur jadwal agar tidak bersamaan dengan jadwal lain.

"Nggak apa-apa. Biarkan semua berjalan dengan wajar. Kita juga harus menikmati masa-masa ini,kan?" Kiara bersandar di dada Kala.

"Andai setelah menikah, kamu mau pindah ke Makassar, kan? Aku anak tunggal sekarang. Cuma aku yang meneruskan Usaha Papa."

Ini sedikit lucu. Kala adalah anak satu-satunya. Sementara Kiara hanya berdua dengan Kastara. Kastara juga mendapatkan istri anak tunggal. Pergerakan mereka benar-benar sempit. Tapi, Kastara sudah memutuskan tinggal di Kota Medan. Itu artinya tidak masalah jika Kiara ikut bersama Kala.

"Iya. Aku akan ikut."

"Syukurlah." Kala tersenyum lega."Mulai sekarang, kamu hanya perlu bekerja. Menjalani hari-hari dengan senyuman. Biar pun kamu sekantor dengan mantan kamu, jangan berurusan lagi dengannya. Aku juga cemburu setiap kali kamu menyebut namanya."

"Ah, maaf."

"Iya, sayang." Kala memeluk dada Kiara. Kepalanya bersandar di sana dengan mesra. Keduanya terdiam. Kala tampak mengantuk. Perlahan, mata pria itu terpejam, lalu terlelap ke alam mimpi.

❣❣❣

Save the Date Where stories live. Discover now