Kala melangkah lebar keluar dari Bandara Internasional Kualanamu, Medan. Di belakangnya ada Jonas yang membawakan barang bawaannya. Kala mencoba menghubungi Kiara. Sayangnya, wanita itu tidak menjawab. Bahkan Kiara tidak tahu kalau Kala sudah tiba di sini. Kala mulai frustrasi karena Kiara tidak kunjung membuka pesan. Terakhir kali membuka pesan adalah lima jam yang lalu. Sungguh terlalu, pikir Kala.
"Jon, mana mobilnya?"
"Saya telepon dulu, Pak." Jonas panik melihat ekspresi wajah Kala. Ia sudah memesan mobil itu kemarin. Harusnya hari ini sudah ada dan menjemput mereka.
Kala melihat jam tangannya."Cepetan, Jon. Kiara nggak bisa dihubungi dari tadi."
"Mobil ada di depan, Pak. Mari~" Jonas berjalan duluan dengan cepat.
Kala masuk ke mobil yang diinstruksikan. Mobil baru yang ia pesan untuk Kiara. Meskipun wanita itu berkata tidak mau, Kala tidak peduli. Ia akan tetap memberikan hadiah ini pada Kiara.
"Berapa lama untuk sampai di sana, Jon?"
"Kurang lebih satu jam, Pak." Jonas membuka ipadnya."Pak, saya sudah menemukan kantornya Ibu Kiara. Mereka mengatakan kalau Ibu Kiara tidak masuk hari ini."
"Kenapa?" Kala terbelalak.
"Katanya, Kakaknya menikah hari ini." Menjadi Asisten Kala tidak mudah. Harus cepat tanggap. Meskipun Kala tidak menyuruh Jonas mencari informasi, Jonas melakukan hal itu. Itu adalah upaya agar Kala tidak khawatir dan cemas. Salah satu fungsinya di sisi Kala adalah untuk mencari solusi dari masalah yang terjadi.
"Menikah di mana?" Kala memijit keningnya frustrasi."Jangan-jangan Kia lagi nggak ada di Medan. Siapa tahu Kakaknya menikah di luar kota atau di mana gitu, kan?"
"Saya akan cari tahu, Pak." Jonas kembali disibukkan dengan gawainya.
"Kok bisa-bisanya Kia nggak ngomong kalau Kakaknya menikah hari ini. Aku ini nggak dianggap pacarnya apa, ya." Kala menggeram.
"Mungkin sibuk mempersiapkan acaranya, Pak. Jadi, tidak sempat memberi tahu." Jonas menenangkan Kala.
"Apakah sesibuk itu." Kala menggumam sebal. Ia menatap keluar jendela menatap hamparan tanaman padi yang ada di sawah. Pemandangan di sebelah Bandara ternyata sangat bagus.
Sementara itu, acara akad nikah Kastara dan Yuna baru saja selesai. Semua semangat mengucapkan kata 'sah' yang kemudian dilanjutkan dengan doa. Pernikahan ini memang cukup mendadak. Ibu Yuna tiba-tiba sakit parah dan meminta Kastara dan Yuna segera menikah. Acara sungkeman berlangsung haru. Terlebih karena keadaan Ibu Yuna yang sakit parah. Kakak ipar Kiara itu juga tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Karena ia hanya memiliki sang Ibu.
Kiara sangat sibuk sejak pagi menyiapkan Kastara. Membawa seserahan dan membantu Kalila berdandan. Pernikahan itu hanya menghadirkan keluarga inti saja. Semua serba mendadak. Sejak subuh, Kiara belum memegang handphonenya. Sekarang, pernikahan sudah selesai. Kiara mengembuskan napas lega.
Ketika semua sedang ngobrol, Kiara mengambil gawai yang ia abaikan sejak subuh. Wanita itu terbelalak karena banyak panggilan tak terjawab dari kekasihnya. Ia membuka pesan dan sangat terkejut. Ternyata Kala sudah tiba di sini.
"Loh, gimana ini." Wanita itu langsung panik."Kenapa semalam dia nggak ngomong mau datang hari ini. Dasar~terus aku nemuin dia gimana. Belum ngomong apa-apa sama Mama Papa lagi." Masih dalam keadaan panik, Kala menghubunginya. Kiara pergi menyudut untuk menjawab telepon Kala. Jantungnya sudah berdebar kencang, Kala pasti marah karena ia sudah mengabaikan puluhan panggilan teleponnya.
"Ha-halo."
"Kamu di mana, sayang?" Suara lembut Kala terdengar dari seberang. Terdengar begitu putus asa. Terlebih Jonas tidak mendapatkan informasi di mana Kastara menikah.
"Ma-maaf, Kakak aku lagi menikah. Aku sibuk dari pagi, soalnya beneran mendadak. Nggak sempat pegang handphone. Maaf, ya."
"Iya, yang penting kamu baik-baik aja. Aku udah sampai di~mana ini, Pak?" Kala bertanya pada sopir.
"Di Amplas, Pak."
"Di Amplas, sayang. Katakan kamu ada di mana? Aku ke sana sekarang."
"Tap-tapi, di sini ada orang tuaku, Kal." Kiara melihat ke arah keluarganya.
"Nggak apa-apa sekalian kenalan."
Jantung Kiara berdegup kencang. Kala sudah jauh-jauh datang ke sini. Mana mungkin ia bisa menghindar."Oh, bilang ke sopirnya, kami sekarang ada di daerah Polonia. Nanti aku kirim alamat lengkapnya, ya."
"Iya, segera, ya. Aku tunggu." Kala memutuskan sambungan.
Kiara segera mengirimkan lokasi tempat ia tinggal. Pernikahan diadakan di rumah Kastara.
Ibu Yuna seorang janda dan tidak memiliki keluarga. Karena keadaan, akhirnya diputuskan untuk menikah di rumah orang tua Kastara saja.Kiara kembali bergabung dengan keluarganya. Semua bercerita seperti biasa. Tapi, Kiara begitu resah menanti kedatangan Kala. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia sudah pasrah dengan apa pun yang terjadi nanti.
Tiga puluh menit kemudian. Suara mobil terdengar memasuki halaman rumah mereka. Kiara berdebar tak karuan. Bel berbunyi, semua anggota keluarga menoleh.
Asisten rumah tangga membuka pintu. Kiara menatap ke arah sana dan itu benar-benar Kala. Jantungnya hampir saja lepas. Ada rasa senang, kaget, sekaligus cemas.
"Pak, Buk, ada tamunya Mbak Kia."
"Temen kamu, Ki? Sana temui." Semua masih terlihat tenang.
Kiara menyambut Kala dengan mata berkaca-kaca. Kala tersenyum lembut dan memeluk kekasihnya tersebut."Aku sudah datang, sayang."
"Iya~" Kiara melihat Jonas yang tersenyum padanya. Kiara segela membalas senyuman itu."Silakan masuk."
"Siapa, Ki?" Kastara muncul untuk menyambut tamu adiknya itu.
Kala tersenyum dan mengulurkan tangan pada Kala."Saya Kala, Mas. Temannya Kiara dan ini~teman saya,"tunjuknya pada Jonas.
Kastara menjabat tangan Kala dan Jonas bergantian."Oh, iya-iya, silakan duduk." Kastara ikut duduk sebagai bentuk sambutan.
"SeLamat atas pernikahannya, Mas, semoga bahagia selalu."
"Terima kasih, Kala. Hadiahnya mana dong?"ucap Kastara bercanda.
Kala terdiam sejenak. Kemudian ia mengambil sesuatu dari tasnya. Satu ikat uang seratus ribuan."Maaf, Mas, nggak sempat beli kado. Soalnya kita baru mendarat."
"Eh, saya bercanda minta kadonya." Kastara kaget. Ternyata ucapannya diseriusi oleh Kala. Lalu, berapa jumlah uangnya itu, sepertinya lumayan besar.
"Nggak apa-apa, Mas. Untuk tambahan memulai hidup baru. Kala meringis.
Kiara memijit pelipisnya melihat kelakuan kekasih dan Kakaknya itu. Jonas pun hanya bisa nyengir di tempat duduknya.
"Beneran nih? Nggak dihitung dulu?" Kastara meyakinkan Kala.
"Iya, Mas, beneran."
Kastara melirik Kiara."Wah, Terima kasih banyak, Kala. Semoga murah rejeki, ya. Baiknya teman kamu, Ki. Oh, ya, ngomong-ngomong baru mendarat dari mana?"
"Dari Makassar, Mas."
"Ohh~" Kastara melirik Kiara dengan tatapan menggoda. Kiara jadi semakin salah tingkah dibuatnya."Terima kasih oleh-olehnya kemarin, ya, Kala. Enak banget."
"Sama-sama, Mas. Syukurlah kalau semuanya suka."
"Ya udah, kalian ngobrol aja dulu. Saya beri tahu Mama dan Papa dulu, ya. Supaya kamu.bisa kenalan juga." Kastara pamit.
"K-Kak!" Kiara menggaruk kepalanya. Setelah menerima uang, Kastara malah memanggil Mama dan Papa. Entah apa jadinya setelah ini.
❣❣❣

BINABASA MO ANG
Save the Date
RomanceWarning 21+ Kiara memergoki Gika, Calon suaminya selingkuh dengan sahabatnya, Vanya. Bukannya langsung marah-marah, Kiara justru mengumpulkan bukti perselingkuhan mereka. Lalu, di malam pernikahan, Kiara membeberkan bukti dalam bentuk video dan foto...