Nata-da || eight

40.4K 1.4K 10
                                    

Vote sebelum membaca dan komen setelahnya.
Happy reading semuah..

**********************************

Nata mengorek pinggang ke kanan dan kiri, melemaskan jari-jari yang kaku sebelum memulai aktifitas menulis. Tadi pagi setelah Bryan berangkat ke kantor, Nata meminta pada dua pengawalnya untuk mengambil ransel yang tergeletak di sofa ruang utama.

Sebelum kejadian terkutuk itu menimpa, Nata meletakan ransel disofa berjalan menghampiri tangga dan lift namun sayang dirinya harus ditarik paksa oleh James dan berakhir dengan penyiksaan.

"Wahai otak, bekerjasamalah." Nata memejamkan mata untuk berfikir sejenak, memikirkan judul apa yang harus dia tulis untuk skripsinya.

Pintu tiba-tiba terbuka, disana muncul seorang suster membawakan nampan untuk makan siang.

"Nona belum di perbolehkan untuk beraktifitas yang membuat denyut nadinya melemah lagi."

"Tidak apa, lagi pula cuma ngetik biasa kok. Aku bosen tiduran terus."

"Tuan James akan marah jika dia tahu."

"Tenang, dia tidak akan tahu jika suster tidak membocorkannya." Nata mengedipkan mata agar sister itu tidak lagi memperdebatkam masalah sepele.

"Makanannya jangan lupa dimakan nona, satu jam lagi dokter Arnold datang."

"Oke. Tinggalkan saya sendiri sus."

"Baik non. Jangan lupa dimakan ya."

Nata mengacungkan ibu jari kembali lagi memutar otak. Untuk masalah kesehatan dan pola hidup, James memang yang terbaik tetapi untuk urusan lain pria itu sangat buruk apalagi soal ranjang sangat kuat.

Nata menghela nafas kasar saat otaknya mengingat kejadian bersama James.

"Sial! Kenapa wajah pria mesum itu yang muncul diotak! Ini udah ngga bisa di ajak kerja sama." Nata menyibak selimut, menenteng laptop dan tiang infus.

Nata membutuhkan sesuatu yang fres agar otaknya bisa berjalan normal. Gadis itu menuju balkon kamar agar pasokan udara dan juga otaknya bisa bekerja sama. Nata mulai mencari reverensi judul dari sebuah situs web di aplikasi pintar.

"Nah nemu." gadis itu mulai membaca dan memahami paragraf demi paragraf agar memudahkan otaknya dalam mengingat. Tangannya yang lihai mulai menuliskan setiap point terpenting agar memori otak tidak penuh dengan materi, meskipun kesulitan karena tangan kanannya terdapat selang infus.

Satu jam kemudian, pintu kembali terbuka seseorang muncul disana dengan kerutan samar. Pasien yang seharusnya berada diranjang tidak ada pada tempatnya, pintu yang terhubung dengan balkon juga terbuka lebar. Dia langsung menuju ke arah balkon takut jika pasien itu akan bunuh diri.

"Nona, sedang apa anda di situ?"

Nata mendongkak hampir saja menjatuhkan laptop karena rasa kaget yang tiba-tiba.

"Cari angin."

Dokter Arnold menatap pada tiang infus yang isinya hampir habis. Dia berkacak pinggang melihat hal demikian.

"Apa suster yang tadi mengantar makanan tidak mengecek infusnya?"

Nata menggeleng, "Dia hanya mengantar makanan saja lalu pergi, kenapa dok?"

"Infus anda tinggal sedikit, jika tidak segera diganti darah akan keluar. Dan itu berbahaya."

"Sebaiknya nona masuk kedalam, biar saya ganti infusnya." lanjut dpkter Arnold menghentikan aliran infus.

NATA-DA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang