Nata-da || thirty eight

22.3K 1.1K 42
                                    

Vote sebelum membaca dan komen setelahnya.
Happy reading semua.....

***********************************

2 bulan kemudian...

Tiba-tiba Flora menubruk Nata yang tengah duduk bermain ponsel. Wanita itu meringis memegang perut dengan wajah pucat pasi.

"Kenapa? Ngga biasanya lemes gitu."

"Perutku sakit banget,"

"Ya udah minta dokter Arnold racikin obat. Gitu aja repot."

"Masalahnya ini tuh bukan sembarang sakit Nata,"

Nata mendengus pelan, mengambil cemilan diatas meja yang tersisa setengah toples.

"Ini tamu bulanan," bisik Flora.

"Oh cuma datang bulan, minta dokter Arnold racik obat datang bulan."

"Obatnya cuma satu,"

Nata menghentikan aktifitas mengunyah snack, kembali menatap Flora dengan penasaran.

"Makan makanan pedas asam manis,"

"Sial! Aku pikir mau ngomong apa!"

Flora hanya tersenyum jahil memegang perutnya yang semakin sakit ketika menahan tawa.

"Ya udah, aku mau ke kamar nanti kalau Guma nangis antar ke kamar aja. Oke..."

"Dih! Anaknya situ aku yang selalu di repotin."

Flora berlari kecil menuju kamar karena rasa sakit yang semakin menyerang. Sedang Nata menatap punggung Flora yang mulai hilang dibalik tembok. Dia tersenyum geli mengingat tingkah konyolnya bersama Flora saat datang bulan.

Keduanya akan bertengkar untuk hal-hal tidak jelas hanya karena perubahan hormon bulanan.

Tunggu! Datang bulan? Nata mendelik mengingat terakhir kali tamu bulanannya datang. Sialnya dia lupa karena terlalu sering stres di kurung dalam sangkar emas. Nata bergegas mencari seseorang meminta bantuannya untuk suatu hal.

Tok... Tok... Tok...

"Masuk saja,"

Nata tersenyum ramah melihat pria yang usianya jauh diatasnya tengah sibuk dengan layar komputer. Pria itu masih menggunakan jas putih menempel di tubuh.

"Siapa yang sakit nona?"

Nata menggeleng, dia langsung mendudukan bokongnya.

"Dok, ummm..." gadis itu tampak berfikir dengan menggaruk kepala.

Sedang dokter Arnold menatap kedalam netra cokelat itu penasaran karena sejak tadi Nata hanya menatap langit-langit ruang lalu menggaruk kepala.

"Sa-saya mau minta alat tes kehamilan," lirihnya di akhiri senyum kecut.

"Memangnya siapa yang hamil?"

"Eeummmm.... Flora! Ya Flora dok,"

"Baiklah, tunggu sebentar saya ambilkan dulu."

"Oke..."

Dokter Arnold berlalu menuju apotek mini yang di sediakan didalam rumah. Dua bulan lalu saat James memindahkan Nata ke pulau terpencil, semua keperluan di penuhi oleh James. Maklum saja, pulau tersebut jauh dari manusia, jauh dari ingar bingar kota sehingga menuntut semua harus tersedia di sana jika tidak ingin mati kelaparan.

Beberapa menit kemudian dokter Arnold datang menenteng sebuah kotak kecil.

"Ini yang nona butuhkan, ngomong-ngomong kapan terakhir kali datang bulan?"

NATA-DA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang