Nata-da || ten

37.2K 1.2K 9
                                    

Vote sebelum membaca dan komen setelahnya.
Happy reading semuah....

**********************************

Disaat mobil James melaju, Nata melihat Agas sedang duduk diatas motor sesekali melirik arloji. Nata tahu jika Agas sedang menunggunya karena dua hari ini gadis itu tidak membalas atau menerima panggilan telfonnya.

Bukan Nata menghindar, dia hanya tidak memiliki jawaban tentang banyaknya pertanyaan yang akan Agas tanyakan. Nata tidak siap untuk semua itu.

"Nata!"

Agas berlari kecil menghampiri Nata sebelum gadis itu memasuki toko.

"Gas, ngapain disini?"

"Nunggu kamu, ada waktu bentar ngga? Aku pengin ngobrol."

Nata melirik arloji juga Sari bergantian, jarum jam yang menunjukan pukul 08.50 membuat Nata bimbang gadis itu menggaruk tengkuk leher yang tidak gatal.

"Ya udah kalau ngga bisa, nanti aku datang lagi pas makan siang."

"Mau ngomongin soal apa?"

"Nanti aja, lagian kamu harus kerja." Agas menjeda cukup lama kalimatnya, dia memegang bahu Nata menatap lebih dalam retina cokelat itu.

"Semangat kerjanya,"

Setelah mengucapkan kalimatnya, Agas mengacak rambut Nata dan langsung pergi, tidak lupa seutas senyum itu diberikan Agas sebagai salam perpisahan.

"Kenapa si tu orang, ga jelas banget."

Nata mengedihkan bahu tidak peduli, dia langsung masuk ketoko untuk mengganti pakaian dan mulai bekerja.

Saat Nata memasuki kamar ganti, tiba-tiba wanita setengah baya yang tidak lain adalah bosnya menatap Nata dengan seutas senyum.

"Nat, sini duduk dulu. Ibu mau bicara."

Nata mengangguk, mendudukan bokong bersebelahan dengan wanita tua itu.

"Dua hari ini, kamu kemana? Ibu menyuruh Sari mengirim pesan tapi katanya tidak ada balasan."

Nata menarik nafas, mengeluarkannya perlahan. Mungkin Nata bisa mencari seribu alasan saat Agas, Flora ataupun Sari menanyakan keberadaannya selama dua hari tetapi Nata tidak bisa berbohong pada wanita tua yang sudah sangat baik padanya.

"Nata sakit bu," Nata menunduk lemah.

Karena memang benar, Nata baru saja sembuh dari tekanan darah dan denyut nadi yang melemah.

"Sakit apa Nat? Kenapa tidak ngabarin Ibu?"

"Cuma kelelahan bu, maklum saja tiap malam lembur nyelesein skripsi."

"Udah berobat?"

"Sudah, ini buktinya Nata berangkat lagi."

Wanita tua itu mendekat, mengikis jarak diantara keduanya. Perlahan tapi pasti tangannya menyentuh puncak kepala Nata, mengelusnya penuh kasih sayang.

"Kalau kamu lelah istirahat saja, jangan dipaksa. Ibu memberikan waktu cuti tiga hari agar kamu bisa istirahat dan cepat membaik."

"Ah ibu, ga usah. Kalau Nata cuma tiduran malah tambah sakit. Udah ngga papa bu, Nata kan kuat."

"Kamu yakin tidak mau ambil cuti?"

Nata mengangguk semangat,

"Terima kasih Nat, kamu mau bertahan bekerja di sini meski gajinya tidak seberapa."

"Aduh bu, kenapa jadi melo begini si. Udah ah Nata mau ganti baju."

"Iya, semangat Nat." wanita itu mengangkat tangan memberi suport pada pegawai yang sudah dianggap anak sendiri.

NATA-DA (END) Where stories live. Discover now