Nata-da || fifteen

30.8K 1.1K 8
                                    

Vote sebelum membaca dan komen setelahnya.
Happy reading semuah..

*********************************

Setelah James pergi, Nata mulai membereskan sisa makanan, menumpuk semua piring untuk dibersihkan. Bagi Nata meja kantor harus beraih tidak boleh berantakan apalagi terisi piring bekas makanan, meja hanya boleh di isi oleh lembaran kertas penting saja.

Selesai merapikan semua, Nata mengistirahatkan tubuh sedikit berbaring pada kepala sofa. Pingganggnya benar-benar sakit karena permaianan semalam hingga pagi menjelang pun sakitnya semakin bertambah.

Nata mengadahkan mata menatap langit-langit ruang, menghela nafas kasar. Rupanya ruangan tempat James bekerja sangat luas dan mewah jauh dari ekspetasi. Nata mengira ruangan James hanya berukuran seluas kamar dan di isi dengan rak buku saja, ternyata Nata salah. Ruangan tersebut tertata epic seperti ruangan kantor yang sering Nata lihat dalam drama.

"Aah enak kali ya kalau aku bisa kerja di tempat kaya gini."

Nata tersenyum samar namun sedetik kemudian senyum itu hilang dia teringat jika pemilik ruangan adalah seseorang yang sangat menakutkan. Jika Nata bekerja di perusahaan James, dia tidak akan bisa berkonsentrasi penuh, tidak bisa bebas layaknya bekerja dengan orang lain lebih parahnya lagi James pasti memanfaatkan situasi dimanapun agar hasrat seksualnya terpenuhi.

Membayangkan saja membuat Nata muak, apalagi jika itu terjadi? Nata kembali menghela nafas kasar.

Saat Nata mulai terbang dengan khayalannya ponsel tiba-tiba berdering. Nata meraihnya menatap nama si penelfon.

Flo calling...

"Ngapain ini anak nelfon dijam segini?"

Nata malas untuk mengangkat panggilan, namun rasa penasarannya terus mendorong akal sehat. Flora tidak akan menelfon diwaktu pagi, jika ia menelfon tentu ada suatu hal yang penting ataupun mendesak.

"Hmm, tumben banget pagi-pagi nelfon."

"Kenapa? Ngga boleh? Eh Nata, ada hal penting yang mau aku sampein."

"Tentang apa?"

"Vidio penyanderaanmu."

"Enak aja penyanderaan, lagian siapa yang kena sandera sih?"

"Bodo amat apa itu namanya, mau denger ngga? Penasaran kan?"

"Ngga sih, coba cerita."

"Huu dasar! Bentar-bentar aku rapiin rambut dulu."

Nata membenarkan posisi duduk, Flora pasti menemukan fakta tentang penyebar vidio. Meskipun dia sudah mendengar dari Agas namun rasa penasarannya terus menerus membuncak karena informasi yang Agas berikan masih menggantung.

"Aku kemarin ke kampus, ada beberapa mahasiswa yang sedang cerita berita terhangat dikampus kita."

"Jangan bertele-tele, langsung ke topik!"

"Iya iya, katanya ada salah satu ayam kampus yang kena drop out."

"Eh bentar-bentar jadi maksud kamu ayam kampus itu yang nyebarin vidioku?"

"Yah ngga seru Nat, kenapa di tebak dulu sih? Padahal kan aku penginnya cerita panjang."

"Ah ga penting! Menurutmu siapa?"

"Yang jelas bukan aku!"

Nata memijat kening sejenak mulai berfikir nama-nama yang sudah familiar dalam dunia perlendiran. Nata bukan anak populer, bukan anak orang kaya, bukan pula mahasiswa pintar sehingga tidak banyak yang mengenalnya. Namun Flora selalu bercerita tentang nama-nama orang yang biasa di sewa oleh pria kesepian.

NATA-DA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang