Nata-da || thirty one

23.5K 1K 38
                                    

Vote sebelum membaca dan komen setelahnya.
Happy reading semua...

***********************************

Pintu kamar terbuka, dari baliknya muncul sosok pria dengan wajah kusut, penampilan acak-acakan berjalan menuju ranjang. Langkah kaki tegap serta aura misterius kembali tercipta seperti saat pertama mereka bertemu. Pria itu lalu duduk di kursi berdekatan dengan ranjang menatap wanita yang tengah tidur memejamkan mata.

Jemari besarnya mengelus punggung tangan lentik meraihnya hendak di cium namun tiba-tiba gadis itu terbangun. Kedua mata mereka bertemu dan beradu pandang lalu terbuang dalam beberapa detik kemudian.

"Istirahat!" ucapnya dingin.

Setelah menyelesaikan kalimatnya sang pria berdiri menuju balkon kamar memasukan kedua tangan kedalam saku celana.

"Dasar pria aneh, udah ketahuan khawatir tapi sok-sokan dingin." lirih Nata membenarkan posisi tidur.

Didalam balkon, James menyalakan rokok menghisapnya dengan pelan. Kedua netranya menatap ujung batang rokok dari atas hingga bawah, meneliti diameter yang perlahan mulai terbakar.

Dari api yang semula besar perlahan mengecil dan menjadi abu, hasil dari abu tersebut menjadi asap lalu terbang menghilang tertiup angin.

Fikirannya langsung tertuju pada Nata, dimana api besar tersebut diibaratkan amarah dan abu adalah Nata. semakin besar api pada rokok maka akan membakar seluruh nikotin didalam dan hanya tersisa asapnya saja.

Semakin James membesarkan amarah, kehangatan bersama Nata yang selama ini sudah tercipta akan terbakar, sisanya hanya akan ada asap penyesalan.

"Really?" lirih James masih menatap rokok tersebut.

"Sial! Jika memang teorinya seperti ini apa mungkin... Aahhh!" James meremas rokok yang telah kehilangan api.

James berdiri masuk kedalam kamar, saat tangannya menyentuh hendle pintu tiba-tiba seorang datang dari balik pintu. Keduanya berhadapan saling tatap masuk dalam retina masing-masing. Tubuh keduanya juga membeku, lidahnya kelu tidak berniat untuk saling mengucapkan kata.

Meski raga mereka membeku dalam posisi berdiri namun raga mereka ingin saling memeluk hingga dalam beberapa detik keduanya melangkah kedepan dan saling meraih pinggang satu sama lain.

Entah siapa yang memulai memajukan langkah dan memeluk untuk pertama kali yang jelas mereka berdua menginginkannya, sedikit menurunkan ego untuk sesaat.

Dalam pelukan hangat itu, James mengecup puncak kepala Nata yang memang lebih pendek darinya, mengelus ujung rambut dan mengacaknya pelan.

Nata melepas pelukan karena pasokan udara sangat terbatas akibat kekapan erat dari tangan besar itu. Nata mengambil nafas dalam-dalam lalu tersenyum kecut.

"Terima kasih," ucapnya dengan memasang wajah super manis.

James mengeritkan kening bersidakep dada memasang wajah datar.

"Saya tahu anda berpura-pura bersikap seperti ini karena tidak ingin menunjukan rasa khawatirnya kan?"

"Cih,"

Nata salah tingkah karena ekspresi raut wajah James diluar ekspetasi. Nata berfikir James akan membalas candaannya tapi ia salah, ternyata James masih tetap marah.

"Ma-maf," ucap Nata dengan membenarkan helai rambut.

Nata membalikan tubuh melangkah kembali menuju ranjang, tiba-tiba tangan besar James menarik pinggangnya masuk dalam pelukan. Pelukan dari belakang yang membuat Nata kehilangan pasokan udara.

NATA-DA (END) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora