Nata-da || nineteen

26.3K 1.1K 122
                                    

Vote sebelum membaca dan komen setelahnya.
Happy reading semua..

***********************************

Nata keluar dari kamar mandi memegangi perut, keringat dingin yang tadi membasahi wajah telah sirna setelah panggilan alam terselesaikan.

"Sial! makan apa-an sih kok jadi sakit,"
Nata berargumen melangkah menuju ranjang.

Fikirannya masih tetap fokus memikirkan apa yang dia makan beberapa jam lalu hingga membuat perutnya memilit.

"Ah iya, tadi aku makan mie instan. Astaga pantas saja." ucap Nata menepuk kening.

Nata mengambil ponsel diatas nakas mengecek pesan atau panggilan karena dari dalam sana samar-samar mendengar nada dering menggema.

Sayangnya ponsel tersebut mati hingga Nata kembali meletakannya, menarik selimut hingga dada lalu mulai terpejam. Rasa lemas dan kantuk membuatnya tidak berdaya hingga dalam hitungan menit alam mimpi telah menyambut.

**

Sinar mentari mulai bersinar menembus dinding kaca yang telah terbuka sempurna. Horden yang biasa digunakan untuk menutup dari gelapnya malam kini telah terbuka memamerkan pemandangan pagi yang menyejukan.

Nata merenggangkan tangan, mengorek pinggang ke kanan dan kiri. Tidurnya terlalu pulas hingga tanpa sadar hari telah pagi.

"Morning semesta," Nata menyangga kepala tersenyum samar.

Beberapa detik kemudian senyuman itu sirna mengingat belenggu peraturan yang menekannya. Hari telah berganti dan Nata akan kembali ke aktifitas membosankan dimana hanya akan terisi makan, mengerjakan skripsi, makan lagi, jalan-jalan di balkon sampai bosan lalu tidur.

Kemungkinan hanya aktifitas seperti itu yang Nata dapatkan setiap hari. Knop pintu terbuka, asisten rumah tangga memperingatkan agar Nata segera keluar untuk sarapan.

James telah menyusun jam makan untuk Nata hingga gadis itu tidak akan kelaparan dan proses penyembuhan akan semakin cepat. Begitulah yang Nata ingat dengan ucapan James beberapa hari lalu, semua yang James lakukan dengan alasan demi kesembuhan.

Beberapa menit kemudian Nata telah berada di ruang makan, menikmati semua masakan chef rumah seorang diri. Tidak assisten atau pengawal yang menemaninya, Nata benar-benar merasa menjadi ratu yang diasingkan.

Selesai makan, kepala pengawal datang menenteng tote bag. Nata mengeritkan kening samar menatap benda tersebut.

"Apa ini?"

"Hadiah dari tuan James nona,"

"Terima kasih,"

"Sama-sama, oh iya nona tuan ingin bicara dengan anda."

Kepala pengawal menekan beberapa nomor, dalam beberapa menit panggilan langsung terhubung dengan James. Nata kembali mengeritkan kening samar, biasanya James akan menelfon melalui ponsel pribadinya bukan ponsel pengawal.

"Tolong tinggalkan saya sendiri," ucap Nata menerima ponsel tersebut.

"Baik nona,"

Selepas pengawal pergi, Nata mendekatkan ponsel ke telinga. Hal pertama yang dia dengar adalah helaan nafas kasar dari sebrang.

"Ha-halo."

"Dimana ponselmu? Kenapa semalam tidak mengangkat panggilan hmm? Lalu pagi ini ponsel tidak bisa di hubungi!"

Nata sedikit menjauhkan ponsel mendengar suara dingin itu, terdengar aneh namun lucu diakhir kalimat yang membuat Nata menutup bibir menahan tawa.

"Astaga," lirih Nata kembali menepuk kening, ia baru sadar jika ponselnya mati, pantas saja James menghubungi melalui ponsel pengawal.

NATA-DA (END) Where stories live. Discover now