Part 1 - Gadis Kecil

20.7K 1.3K 27
                                    

Burung memanggil satu sama lain, berkomunikasi. Burung Jabberjay sesekali bersiul keras dan berhenti lagi tuk menunggu jawaban dari sang pasangan. Tiga ekor burung Macaw mengepakkan sayap berwarna biru laut, kuning dan hijau yang sangat cerah lalu berlabuh pada dahan pohon seakan mengunci setiap mata hingga tak dapat berkedip.

Nyanyian melengking dari serangga-serangga lainnya seperti pengisi sunyinya hutan siang terik. Satu Rusa dengan lahap memakan buah dan dedaunan di depan tubuh mungilnya. Keempat kakinya senantiasa menunjukkan jalan ke makanan lainnya.

Semua hidup dengan tenang di hutan dan di dalam benteng The Fort. Ayam yang mematuk-matuk tanah menjadi pusat perhatian seorang pria tua berambut putih, domba berbulu yang menggumpal juga tidak lepas dari perhatian pria memakai baju abu-abu berlengan panjang yang terlipat hingga siku. Keranjang kecil terselempang di pundaknya berisi makanan untuk para ayam.

Pria lain terlihat sedang mengasah pisau tombak yang mengkilat ketika terkena matahari terik. Duduk di bangku kosong sendiri, menunggu giliran berjaga.

Seorang penjaga pintu berbaju hijau tua senada dengan celana panjang terlihat berjaga-jaga di sekitaran pintu utama.

Pintu utama itu telah di renovasi menjadi 7 meter tingginya beberapa tahun silam dari sebelumnya yang hanya setinggi 4 meter. Tentu tak dapat dengan mudahnya menggeser dengan tangan kosong seperti puluhan tahun silam, hanya dengan energi listriklah pintu seberat 1 ton lebih itu dapat memperlihatkan hutan luas di luar.

Tempat khusus yang disebut Gloetik merupakan menara yang berisi ruangan dan pekerjanya untuk mengendalikan segala benda baik gerbang utama, pintu tiap bunker, lampu, dan semua yang memperlukan energi listrik dapat dikendalikan oleh para teknisi.

"Jadi Carter tak lulus? Kenapa?" tangan pria itu masih teliti memilah kartu remi lalu membantingnya di bawah. Kepulan asap panas di atas minuman pria berbaju hijau tua senada dengan celananya membuatnya lebih santai duduk di atas benteng, menatap pemandangan di dalam dan di luar secara leluasa.

"Tidak cekatan," singkat lawannya, ia mengambil kartu remi dan membanting kembali ke bawah.

"Tidak cekatan?" kening pria satu mengkerut tipis.

"Mungkin dia gugup, ini kali pertamanya dia melakukan tes," balas pria dipanggil Urban.

"Mana mungkin, tubuh besar seperti Carter tidak mampu masuk ke regu penyisihan?" desis Toe menyepelekan Urban yang terdengar malas memulai debat.

Sekilas Urban memutarkan matanya malas, hingga bola matanya berhenti di kanan. Ia menangkap sesuatu sedang berlari, terlihat dari burung-burung yang berterbangan dari pohon bertenggernya dan gemerisik daun.

"Toe, mereka datang," desis Urban terperangah, tubuhnya bangkit dan bersiap. Matanya melirik puncak menara di mana ruang Gloetik berada.

Toe bangkit dari duduknya dan menghempaskan kartunya. Sejenak ia tidak percaya, lalu berubah menjadi antusias. Suara gerbang utama yang nyaring membuat semua kepala di dalam benteng menoleh cepat. Suara geseran antara gerbang dengan roda besi di pinggirnya sangat bising karena karat dan kekurangan oli.

Toe menatap penjaga gerbang yang berdiri menunggu di depan gerbang yang sudah membuka 1 meter. Sang penjaga mengintip dengan hati-hati ke arah luar di hamparan hutan luas.

"Siapkan ruang isolasi! Mereka mendapatkan satu lagi!" Jerit sang penjaga gerbang bersemangat ke orang-orang di belakangnya.

Terlihat jelas di mata setiap orang bahwa 5 pria berlari ke dalam benteng, dua minggu sudah mereka tak pulang dan melewati batas perkiraan di mana mereka seharusnya kembali seminggu saja dari menyisir kota mati di luar. Dua pria berjaga di belakang membawa senjata berporos panjang dengan katana. Dua pria lainnya menjaga masing-masing kanan dan kiri, sedangkan seorang pria dengan kuatnya menggendong seseorang.

The FortlessWhere stories live. Discover now