Part 9 - Tuduhan

7.5K 656 14
                                    

Tangannya lihai melilit rambut coklat tua, memutar semua di jari telunjuk dan menggulung menjadi satu gulungan besar di atas kepala menyisakan rambut di sekitar pipi yang lebih pendek dari yang lain. Lengan baju coklat ia gulung seperti biasa sampai siku dan melakukan pemanasan terlebih dahulu.

"Kau yakin?" Azzura memastikan apa yang Aleena ingin lakukan.

"Wanita juga harus kuat, bukan diisi oleh lemak saja," balasnya sinis dibalas decak kesal Azzura yang merasa tersinggung. Azzura masih mengamati Aleena yang sedari tadi masih melakukan pemanasan dengan merenggangkan pinggang, lengan, kaki, dan leher.

"Kau mau mencobanya?" Aleena membujuk.

"Kau duluan."

"Baiklah aku akan memulai dengan hal yang paling sederhana, push up," ia menumpukan telapak tangan di lantai besi yang dingin lalu mengangkat badan kecilnya sendiri dengan kuat, matanya menatap fokus ke lantai dengan menghitung aba-aba untuk memulai.

Tangannya turun dengan mudah dan naik dengan susah payah mengangkat berat badannya sendiri seraya ia mendorong tubuh berkali-kali, ia sambil menghitung.

"Satu. Dua. Tiga. Empaaat. Liiiiiiimaaa-" hingga pada hitungan ke lima ia tak sanggup dan membanting tubuhnya ke lantai layaknya cicak yang lepas pegangan.

"Kukira akan sampai 20," Azzura menyindir.

"Aku menargetkan 10 kali," balas Aleena masih mengatur nafasnya yang terengah-engah dan tak mau menggubris nada mengejek Azzura yang terkekeh geli mendengar balasannya.

"Ck, kau bahkan tak memiliki otot. Membuat otot tak semudah dan secepat yang kau kira, membutuhkan waktu yang lama dan sakit yang luar biasa," jelasnya.

"Mudah bagimu hanya dengan melihat tapi tak pernah mencoba," desis Aleena tak mau kalah mengejek.

Aleena duduk di lantai dan menatap tajam Azzura yang duduk di atas ranjang miliknya. "Tunjukkan kemampuanmu nyonya berotot," balas Aleena geram menekan kata berotot untuk menyerang Azzura.

Semua wanita di dalam sana yang tengah menonton kelakuan Aleena yang memang kurang kerjaan tertawa bersama-sama. Terkadang perdebatan Azzura dan Aleena adalah sebuah lelucon klasik bagi wanita-wanita dewasa lainnya, melihat anak muda yang notabene bersahabat itu berkelahi dan saling melempar tantangan satu sama lain cukup menghibur.

"Aku terima tantanganmu Sharlon." Azzura bangkit dari ranjang dan menuju tempat Aleena di bawah, bibir kanannya tertarik ke atas menyunggingkan senyuman sinis khas miliknya. Aleena bangkit masih menyimpan rasa sakit di tangan bagian atasnya setelah lima kali melakukan push up.

Azzura melakukan pemanasan dengan menarik tangan kanan dan kirinya secara bergantian di depan dadanya, lalu mengangkat ke udara, menariknya sekuat tenaga berulang-ulang kali.

Sorakan kecil-kecilan menyambut giliran Azzura. Mereka masih tertawa geli dan terhibur dengan adu push up seorang wanita.

"Come on Zura."
"Yeay."
"Azzura. Azzura. Azzura."
"Lakukan 20 kali."

Semua heboh, dan dukungan yang pilih kasih itu membuat Aleena berdecak kesal iri.

"Baiklah, apa hadiah yang kuterima bila aku lebih baik darimu?" Azzura berhenti sebelum memulai, posisinya sudah siap sediakala seperti Aleena yang tengkurap menahan tubuh.

"Ayam panggang milikku selama tiga hari?"

"Ck, itu bukan hadiah darimu melainkan kesempatanmu untuk membuangnya padaku, kau memang tak pernah menyukai ayam panggang buatan Ridcloss," gerutunya dibalas kekehan Aleena.

The FortlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang