Part 23 - Sebuah Umpan

4.8K 611 12
                                    

Langkah Aleena berjalan tanpa ragu menuju tempat Ris, satu-satunya orang yang dapat meluluhkan hati Gustavo, kunci dari kesuksesan misi mereka.

Dari bukti-bukti yang pernah Aleena tangkap, hanya pada Ris Gustavo begitu luluh, merubah seluruh ekspresi yang tertera di wajah bengisnya.

Aleena terus menendang banyak tanah kering, mengudarakan banyak debu. Pandangannya lurus menuju pelosok Base dan menuju afdeling 1 tempat Ris berada. Rambutnya terbang di terpa angin jam tiga sore ini, ia mendangak sebentar.

Matanya terpana dengan langit bersih, birunya begitu berbeda dan indah. Berbeda dengan warna biru yang biasanya, biru cerah bersihlah langit kesukaan Aleena. Tak banyak awan yang menutupi langit biru, hanya awan tipis yang bergerak dan memudar di terpa angin.

Sudah lama Aleena tak melakukan kebiasaannya di atas atap ruangan itu, menatap hamparan langit luas dan merasakan hembusan angin nyaman di tubuhnya. Tertidur pulas di bawah rindangnya pohon yang bertengger dekat sana.

Semenjak para Tent mengklaim tempat itu, tak ada lagi yang dapat Aleena lakukan selain merelakan apa yang didapatkan itu.

Kakinya panjang mengambil langkah menuju aula afdeling 1. Seketika sampai di ruang tengah itu, seorang gadis berambut panjang terlipat rapi di atas kepalanya tengah duduk sendirian. Tangan mungilnya mengangkat buku yang kiat ia baca selama ia mendapatkan title Bunker's.

Bibir kanan Aleena naik, tersenyum kecil dan dengan tenang ia maju melangkah menuju Ris. Aleena mengambil satu gerakan untuk duduk di samping Ris yang begitu serius membaca setiap kalimat. Ris menengok dan telah disambut senyum manis Aleena, membuat senyuman kecil pula pada Ris.

"Apa yang kau baca?" Aleena melirik lembaran kuning kecoklatan yang tengah terbuka.

"Ini semacam karangan panjang tentang kisah seseorang," balas Ris menengok tulus pada wajah cantik Aleena

"Novel," koreksi Aleena.

Ris terkekeh kecil, mungkin apa yang Aleena rasakan sama dengan halnya Gustavo. Ia suka melihat senyum mengembang Ris, wajah cantik dan anggunnya yang terekspos begitu menawan. Kebaikan hati dan kelembutannya begitu meluapkan gejolak cinta dan kasih sayang.

"Apa itu kisah seorang remaja?" tanya Aleena lagi berbasa-basi.

"Ya, di sini diceritakan bila gadis ini begitu memendam perasaan pada sang pria. Namun profesi yang mengekang mereka berdua begitu memutus tali persahabatan mereka. Desakan berbagai pihak benar-benar memisahkan jarak gadis ini pada pria itu, membuat sang gadis begitu diluputi kesedihan," jelas Ris.

"Aku tidak ingin seperti ini, sepertinya ini tidak normal. Aku ingin kisah cinta yang indah, dan tak ada tangis di akhirnya," ucap Ris, nadanya begitu lirih dan menahan rasa kecemasan akan masa depannya.

"Aku juga begitu," Aleena menunduk sedih.

Puluhan memori yang mendekam di kepalanya kini mengeluarkan satu tafsir, di mana membuat Aleena begitu diberi keterpurukan akan masa depannya. Suatu saat ia akan melukai pasangannya karena kekuatan yang dimilikinya. Satu kata yang menusuk dalam hatinya adalah kematian.

"Tapi aku sadar, cinta tak selamanya indah, masalah yang terjadi adalah ujian dan uji coba itu untuk mengkaji betapa kuatnya kita. Menghadapi apa yang telah atau akan terjadi adalah kepastian yang harus matang."

Ris menatap banyak paragraf yang berbaris rapi, merangkai berbagai percakapan dan prosa-prosa yang memagut hatinya dalam satu kisah. Tangannya membelai alas kertas, begitu mulus, tak semulus kisah di dalam novel itu.

"Ris, bagaimana membuat orang lain jatuh cinta pada diri kita?" tanya Aleena kini sudah mulai memancing untuk mengajaknya pada persekongkolan mereka.

The FortlessWo Geschichten leben. Entdecke jetzt