Part 42 - Danau Di Atas Kota

6.7K 568 34
                                    

Pohon yang tinggal sebatang kara di dalam Tarnom itu perlahan bergoyang ke kanan dan ke kiri, dedaunan kuningnya gugur bersamaan dengan laju ke tanah, lalu dihembuskan lagi menuju daratan lainnya. Gemuruh daunnya menarik perhatian beberapa Tent yang berada di sekitar pagar besi yang tengah melirik ke luar batas pagarnya.

Tatapan pria itu dingin dengan kerutan yang menyamai, melirik pada pohon di sampingnya yang begitu bergemuruh kencang dengan angin yang menghantam keras. Semakin lama diperhatikan keganjalan itu, lebih terpampang jelas, angin kali ini begitu deras dan tanpa henti-hentinya menerpa setiap benda di tanah baik daun, kertas, sampah dan lainnya.

Sebuah gorden putih transparan di dalam sebuah ruangan itu terbang masih dalam kaitannya, bagaikan jubah yang terambung dalam terpaan angin. Botol yang tengah tertidur di atas meja pun tak luput dari serangan angin kencang hari itu dan membuatnya jatuh.

Benda-benda berpermukaan tak datar di atas meja berhamburan di lantai, membuat beberapa Bunker's ditambahi sedikit pekerjaan lagi.

Entah sejak kapan perasaan itu semakin lama semakin tersaingi dengan perasaan gelisah karena terpaan angin kali ini yang menghambur tempat mereka.

Jendela yang tak tertutup pun terbanting keras di setiap kamar. Membuat semua wanita dan pria acap berdatangan ke sisi jendela masing-masing memeriksa.

Mulut yang terbuka dan tatapan nanar langsung terlukis di wajah setiap orang, rasa gelisahnya kini semakin besar ketika melihat cuaca yang begitu mengerikan rasanya walau pun masih angin saja.

Padahal mereka baru berleyeh-leyeh ria dengan sinar matahari yang muncul beberapa menit sebelumnya, namun objek atmosfir terbesar itu pun hilang, sang matahari. Lalu, posisinya digantikan dengan awan kelabu tebalnya yang sangatlah gelap.

Seperti termakan oleh makhluk luar angkasa yang tak meninggalkan jejak berupa sinar. Awan kelabu itu bergerombolan tebal, bahkan terlihat begitu gelap dan berat dari bentuk awan itu sendiri. Cahaya mentari yang sebelumnya menghijaukan rerumputan kali ini merubahnya menjadi seperti layu, menggelapkan semua sisi.

Entah mengapa rasa semua orang menjadi gelisah dan takut dengan gelapnya cuaca kali ini, ditambah angin yang semakin lama begitu kencang hingga dapat menyeret orang beberapa meter ke belakang sambil berdumel ketakutan. Ini bukan seperti angin biasanya yang sering mereka temui, ini berbeda dan bahkan lebih mengerikan.

Seorang pria datang di ambang pintu utama dengan tangan kosong, alis tebalnya menatap dingin ke semeraut lautan awan kelabu di atas. Hatinya terasa gempar akan perubahan cuaca yang kian extream, baru saja ia tinggal masuk beberapa menit kini saja cahaya matahari itu hilang mendadak.

Nafasnya jengah sembari kepalanya mengeksplorasi langit luas, kemudian ia menoleh pada para Tent yang begitu kesulitan dengan cuaca kali ini. Mereka haruslah bepijak kuat pada tanah agar tak terambung jauh.

Tiga orang pria datang pada pria yang diberi perintah Gustavo untuk mengambil alih sementara 'y 2' itu, bukan lain adalah Zedd, asistennya ia sendiri. Mereka ikut menatap langit mengikuti wajah pria tinggi di depannya yang terlihat begitu gundah.

"Ini akan lebih buruk lagi," gumamnya dingin pada tiga orang yang menatap sama halnya dengan dirinya.

"Anginnya begitu kencang dan ribut," sahut seorang pria asia.

"Ini bukan angin biasa," desisnya rendah. "Sesuatu yang tak pernah terjadi akan terciptakan," lanturnya dingin yang membuat semua pria itu merinding mendengarkan saja.

"Kita tak bisa membiarkan semua orang di luar, bawa mereka masuk dan tinggalkan posisi," perintah asisten Gustavo itu dingin.

"Suruh mereka yang di menara untuk turun, setiap orang masuk dan meninggalkan pagar besinya. Aku yakin tidak ada Ghroan yang akan mengunjungi tempat ini pada saat cuaca seperti ini," tambahnya lagi mantap.

The FortlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang