Part 19 - Kedua

6.1K 624 27
                                    

Gloetik

"Sir, wilayah Base terserang. Koloni menembus tembok!" Lapor seorang Upper.

Dan melirik sekilas namun bukan bawahannya. Pria yang membawa suatu kertas di ambang pintu hanya cukup terdiam dan menunggu keputusan atasannya yang terkenal sebagai pria tersantai dan cukup tenang walau sekali pun di tangan kanannya sebuah granat yang aktif.

Pria yang masih memaku pandangannya pada Dan kini hanya bisa diam. Lalu seorang pria berlari tergesa-gesa dari balik pintu dan membisiki pria itu dari belakang dan pergi kembali.

"Sir, mereka membutuhkan Tent, amunisi, dan lebih banyak senjata api," lapor pria itu lagi.

Dan kini meletakkan lembarannya di atas meja, tangan kirinya mengusap dagu tirusnya berulang kali, lalu beralih pada memijat kening, beralih dengan menjepit batang hidung mancungnya berkali-kali, matanya masih bermain menjelajahi setiap lantai di hadapan, lalu tangannya bergerak menyisir rambut panjang di mana beberapa helai rambut coklat kehitamannya menutupi jidat Dan.

Sudah menjadi ciri khas seorang Dan ia akan melakukan hal itu berulang kali setiap pria itu berfikir, terlihat mendramatis. Dan mendapat ilham-ilham yang dan selalu berhasil mengatasi setiap masalah yang menimpa.

"Kirim separuh Tent di bagian Nest, ketatkan penjagaan di bagian Nest aku yakin beberapa Molk akan menyerang di bagian sana juga. Jika mendesak utus Savagery untuk mempertahankan wilayah sana. Setelah semua Tent masuk ke Base tutup gerbang. Aku tidak ingin mengambil resiko memperburuk skenario." Dan sudah berucap.

Pria itu mengangguk patuh, ia berbalik dan menutup pintu ruangan Dan dan berjalan dengan tenang untuk mengabulkan setiap permintaan Dan.

Dan menyilangkan kaki di atas paha kirinya begitu santai lalu berlanjut dengan lembaran kertas-kertas miliknya dan membiarkan kericuhan di luar berlangsung hingga selesai.[]

"Habiskan yang di luar dulu!" Jerit satu laki-laki yang pastinya mendapat tengokan oleh semua pria-pria yang bertempur di sana. Namun tidak ada waktu untuk sakit hati oleh perkataan Gustavo.

"Habiskan yang di luar!" Gustavo berteriak menggelegar lagi bagaikan guntur yang bahkan lebih menakutkan setiap jiwa di sana, kemudian dituruti oleh ratusan Tent di sekelilingnya. Tak hanya satu yang bingung dengan keputusan atasan yang mengerikan itu melainkan beberapa orang bingung dengan pilihannya, jika dia mengutus semua orang untuk membunuh setiap Molk yang datang di bagian luar, bagaimana dengan yang di dalam?

"Berikan aku senjata!" Pinta Gustavo pada seorang Tent yang tadinya memanah satu Molk di bagian Grassandor.

Ia mengambil senapan miliknya yang terikat di celana kanan dan melepaskan kaitan di poros senjata berat itu, tanpa segan ia melemparkan pada Gustavo.

"Bantu yang lain di atas, kau!" Pekik Gustavo ke pria yang mematung dan mengangguk. Nafasnya terpingkal, ia terus berlari sembari memeriksa keadaan, tiap tempat yang ia singgahi ia selipkan berbagai perintah.

Gustavo berlari lurus di bagian Grassandor di mana ia melihat banyak Fast Molk turun dari tembok, menggeliat bagai lumut dan menggeram dengan suara dari tenggorokan mereka.

Ia membidik satu Molk yang ada merangkak di tembok dan dalam kedipan mata kepala Molk itu telah memiliki satu lubang kecil dan jatuh ke. Ia melihat sekeliling banyak tempat yang di posisikan oleh bawahannya, namun tidak dengannya yang tak dapat diam menyerahkan semua pada bawahannya semata. Gustavo ikut berperang, ikut mempertaruhkan nyawa, ikut merasakan keringat bercucuran, dan ikut merasakan gelenyar ketakutan.

The FortlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang