Part 20 - Peta The Fort

6.3K 632 12
                                    

Kondisi menjadi lebih tenang, sepoi angin sore menderu kencang, menerbangkan setiap helai rambut dan mengeringkan setiap bercak keringat dingin akibat serangan selama berjam-jam penuh. Serangan yang secara tiba-tiba tanpa ada penyebab, untungnya serangan dapat terhentikan oleh tindakan heroik pimpinan Tent Gustavo, otaknya yang berjalan dengan cepat menyelematkan kembali reputasi benteng terkuat dan teraman di kota.

Desiran pepohonan mengalunkan nada yang begitu menenangkan, beberapa pasang kaki kini berjalan dengan luntang-lantung sambil membawa beberapa macam benda yang ada di genggaman. Beberapa pria menancapkan tombaknya ke tanah seraya berjalan dengan tenang ke bagian Nest, sebagian lagi membawa senjata api bermacam-macam warna, hitam dan silver.

Cakap-cakap besar dengan berbagai topik mereka utarakan pada rekan-rekan di samping, menuturkan setiap kalimat tentang peperangan sebelumnya, beberapa bahkan masih dapat terkekeh menggurau walau penat begitu terasa.

Namun tidak dengan seorang pria yang berjalan sendiri tanpa rekan-rekannya, berjalan dengan tegas menghentakkan tanah tandus dengan sepatu boot hitam miliknya.
Tangannya kosong tak membawa apapun, hanya suatu katana yang bersarang di samping celananya menggantung dan terayun sembari ia berjalan pulang mengikuti ratusan bawahannya.

Daun pepohonan masih bergoyang terkena terpaan angin sore dengan pucuk pohon yang terkena sinar matahari cerah . Kabut asap menyelimuti benteng itu kali ini karena pepohonan yang masih mengeluarkan asap akibat pembakaran besar-besaran. Asap yang membuat penglihatan sedikit remang-remang, namun jika dilihat oleh beberapa mata tertentu akan terlihat indah di dalam sana.

Azzura dan Ris masih berjalan serempak dengan Yura di sisi kanan Ris mengantarkan kepulangan mereka, tidak dengan Aleena yang sengaja mengekori mereka dari belakang dan menatap datar semua pemandangan yang tertutupi kabut asap.

"Mengapa ada kabut?" Gumam Ris bertanya pada Yura namun masih terdengar olehnya.

Yura mendangak. "Gustavo membakar hutan tadi," singkatnya.

Afdeling 1 sudah di depan mata dan saatnya Aleena dan kawan-kawan untuk kembali beristirahat, namun langkah Ris, Yura dan Aleena menjadi lamban ketika mereka melirik satu sosok yang menonjol di antara kerumunan laki-laki yang berjalan melawan arus.

Enam pasang bola mata itu menatap datar Gustavo yang berlenggok tegas di sisi kiri, hingga tatapan Gustavo melirik begitu keji dari sorot mata abu-abu miliknya ke arah beberapa wanita yang berkeliaran dan menyeruakkan aura intimidasi pada mereka.

Aleena masih berdiri di belakang Yura dan mengamati gerak-gerik Gustavo yang tatapannya mengunci dingin pada satu sosok di depannya. Ia menatap Chriselda yang ikut terdiam merenung mengingat wajah yang tak asing di memorinya, lelaki yang begitu menenangkan jiwanya ketika ia merasa takut dan panik di kala ia sadar.

Gustavo kini melangkahkan kakinya ke mereka berempat dan berhenti memberi jeda sebelum berucap. "Apa yang kalian lakukan di luar?"

Tubuh Yura menjadi kikuk, lidahnya menjadi kelu karena takut menjawab atasannya itu. "Kami- ka- kami-" Yura terbata-bata.

"Kami ke luar," sambar Azzura polos menatap wajah datar Gustavo yang tak memiliki mimik satu pun.

Gustavo menaikkan kedua alisnya. "Wow," gerutunya terdengar begitu licik, hanya satu kata itu pun mereka tak dapat membalasnya kali ini, belum lagi sosoknya tak kunjung pergi dari tempatnya berdiri dan masih menatap sosok Ris.

Aleena melirik Gustavo di belakang sana begitu menyelidik, masih memperhatikan pria yang disebut-sebut terkenal. Gustavo melirik Ris dan seketika tatapan mematikannya memudar jika bersama gadis itu, langkahnya maju beberapa centi dan menggerutu. "Siapa namamu?" Tanyanya menuju Ris, Yura mundur satu langkah ragu.

The FortlessWhere stories live. Discover now