Part 21 - Mimpi atau Kenyataan

5.9K 609 21
                                    

"Mengapa mereka ingin membunuhku?" Aleena kikuk penuh pilu.

"Upper sejak dulu bekerja di bawah tekanan, tak banyak dari mereka yang mengidap gangguan-gangguan fikiran yang membuat mereka tak terkontrol dengan baik, mereka lebih cenderung berfikir dengan jalan yang berbeda. Mereka membuat banyak keputusan yang jelas-jelas hanya menguntungkan mereka saja, Upper memiliki kejiwaan yang bebal, mengerti maksudku?"

Aleena mengangguk. "Jadi, itu penyebab mereka begitu keras kepala?"

"Seperti itulah, mereka tidak akan segan-segan menyingkirkan berbagai hama yang dapat menggagalkan hasil mereka, yang dapat mengacaukan semua sistem Gloetik, mereka dapat dengan mudah memusnahkan satu hama demi mempertahankan seluas tanah jagung agar terus tumbuh."

Aleena mengerti dengan kiasan Cadance. "Jadi apa yang harus kulakukan?"

Cadance menghirup udara penat lalu menguap. "Sembunyikan itu semua, kau bagaikan asap yang dapat terlihat, jika ada asap maka ada api. Kau mudah terlihat Aleena, kau harus pandai-pandai menyembunyikannya."

"Aku memang asap, tapi asap tak dapat ditangkap dengan tangan kosong," ucap Aleena begitu tegas dan suara yang begitu kental akan kelicikan.

***

Nest

Suara gemuruh yang bising begitu terdengar jelas ketika memasuki ruangan yang begitu luas di bagian Nest itu, ruangan yang memanjang dengan banyak dinding kaca bersih di setiap jajaran, mereka menamainya gedung Versal.

Suara besar bariton yang menggelegar begitu sering terdengar dengan pemandangan beberapa puluh orang sedang melakukan push up, di bagian kanan dibalik dinding kaca bening seorang pria terlihat sedang memainkan katananya dan menebas suatu boneka yang terbuat dari plastik.

Ia mengayunkan katana ke boneka itu, dengan seorang instruktur yang lebih intelek di belakang pria dengan rambut blonde cepak tersebut, masih memperhatikan setiap gerakan yang ia lakukan.

Di salah satu ruangan dengan kaca sebagai penutupnya terpampang tiga pria dengan ukuran badan yang berbeda sedang membidik sasaran, panah berwarna sehitam arang berada di masing-masing tangan.

Di penghujung sisi ruangan memanjang itu terdapat berbagai garis-garis sensorik berwarna merah yang bergerak tak beraturan begitu cepat, mata ketiga Tent itu masih mengikuti setiap garis-garisnya begitu tajam hingga garis-garis itu berubah bentuk menjadi beberapa wujud manusia yang sedang berlari begitu cepat halnya manusia asli dengan pergerakannya.

Sembilan wujud manusia itu terus berlari, menghindar, dan lincah bagaikan Molk, masing-masing Tent diharuskan memanah wujud manusia itu setidaknya tiga bayangan oleh satu orang, ini seperti permainan.

Pria dengan brewok yang lebih lebat mengambil anak panah bergegas dan melepaskannya ke satu wujud yang sedang berlari lurus di depannya, lalu dengan bergegas lagi ia mengambil anak panah dan melepaskan sang anak panah pada satu wujud yang berada di balik pilar penghalang, memanah kakinya yang terlihat lalu seketika hilanglah garis-garis itu.

Pria dengan rambut yang terurai panjang di tengah mengambil anak panah dan tanpa memfokuskan pandangan ia langsung memanah suatu wujud yang berlari dengan laju dan berkelok-kelok, cukup membuat pria itu kesulitan mendapatkan bidikan, namun ia berhasil melambungkan panah ke kepalanya dan menghilangkan garis-garis yang membentuk wujud itu.

Berbeda dengan pria tinggi di sisi kiri yang lebih banyak melepaskan anak panah ke beberapa wujud yang nampak di mata birunya. Hingga tersisa satu namun tak ada garis sensorik yang terlihat di sekitar mereka, mereka tahu jika satu saja lolos maka mereka akan gugur dalam latihan ini.

The FortlessWhere stories live. Discover now