Part 15 - Tes

6.3K 597 6
                                    

Cakap-cakap banyak pria memenuhi seisi Grassandor sore itu, mataharinya kini terlindungi awan tebal, sinarnya masih bisa memberi pasokan energi ke The Fort melalui sensor tenaga surya, karena hanya mataharilah merupakan inti dari berjalannya listrik di benteng. Tanpa matahari, mereka kembali pada zaman purba di mana hanya dengan api untuk menerangi.

Sepoi angin masih terasa sejuk, menghilangkan kepenatan para pekerja, kuda-kuda memakan rerumputan hijau di tanah dengan tenang dan santainya, domba-domba selalu mengembik bersahutan dengan kicauan burung dari luar benteng.

Seorang pria memakai baju hijau tua dengan tenangnya masih duduk sembari mengambil satu batu asahan berwarna hitam pekat, batu yang di tangan kanannya ia gosok-gosok berulang kali ke satu arah yang sama pada ujung tombak yang ia bawa, membuat pisau di ujungnya semakin tajam hingga bisa menyayat satu sapi sekali irisan. Pria itu masih muda, berumur 22 tahun dengan nyamannya masih memperhatikan senjata.

Tatapannya juga terkadang memperhatikan sekeliling Grassandor dengan tenang tanpa satu tekanan tersendiri bagi seorang Tent, halnya yang dituntut untuk melindungi seisi benteng dengan taruhan nyawa.

Ia menatap kawannya yang berada di seberang tak jauh darinya, masih bergerumbul sembari terkekeh tak jelas. Tangannya masih lihai mengasah ujung tombak, membuat si tombak terlihat lebih berbahaya.

Setelah ia selesai dengan 'service' untuk sang jagoan miliknya, ia pergi mendatangi segerombolan temannya yang masih terkekeh menatap jauh, mata birunya begitu dingin dan mimik yang datar begitu kentara di rahang. Sangat tegas mencerminkan seorang Tent sejati, sepatu bootsnya menendang-nendang rerumputan yang tak bersalah, membuat suara desiran kecil dari sepatu yang bertabrakan dengan rumput hijau.

"Hahaha, ya dia memang kurang kerjaan," samar suara besar masih mengobrol di depan pria yang masih berjalan dengan tenang, membawa sang tombak dan menancapkannya di tanah layaknya tongkat untuk berjalan.

"Ada apa?" Ia penasaran.

"Oh Wolf? Tidak apa-apa," balas pria yang tadinya terkekeh paling heboh.

"Kalian bertiga tidak berjaga?"

"Kini giliran Ben dan Rad yang berjaga malam, kau sendiri?" Jelas pria berambut panjang dengan warna hitam yang dipanggil Miels.

"Aku berjaga malam di bagian barat," Singkat Wolf.

"Hey! Hey! Dia memanah lagi .. oh!!! itu nyaris sempurna," putus pria berambut blonde panjang gemas menatap sesuatu yang sedari tadi masih ia bicarakan.

Wolf dengan penasarannya menatap ke mana arah mata mereka, mencari sosok-sosok yang dibicarakan di antara banyaknya jiwa di sekitar Grassandor sore itu.

"Apa yang pria itu lakukan?" Wolf terheran, keningnya mengkerut menatap lurus pandangan di seberang.

"Dia murid baru, lulusan Ridcloss direkrut langsung oleh Upper hari itu juga. Dia cukup hebat," jelas pria berumur 40 tahunan.

Wolf mengangguk, bibir bawahnya mengkerut. "Di tingkat mana dia sekarang?"

"Dia sudah dapat tombak dan busur, jadi kurasa dia bukan junior lagi. Gustavo terlalu keras pada bocah itu," jelas Miels yang kebetulan saat sesi latihan ia melihat sosok Yura.

"Hey, dia keras pada siapapun itu," koreksi Wolf sarkatik, dibalas anggukan teman-teman sesama Tentnya.

"Apa itu seorang wanita? Bunker's?"

Miels terkekeh. " Ya, aku lihat dia sering berkeliaran. Aku juga diberi tahu Flang jika dia pernah berurusan dengan Upper karena membunuh satu Molk, dan membuat tempat ini diserang beberapa hari yang lalu itu," jelas Miels bersandar pada tombaknya.

The FortlessWhere stories live. Discover now