Part 13 - Sejarah

9.9K 637 19
                                    

Kebiasaan sakit yang mulai tumbuh di tubuh Aleena membuat prihatin dirinya sendiri, ketika malam hari Aleena terserang demam dan pagi harinya turun. Ia mulai memimpikan alam lain, di mana awan gelap datang dari arah barat seperti membawa segenggam besar hujan yang besar. Ia memimpikan keadaan di luar The Fort, hutan mengelilinginya sangat luar biasa mencekam hingga siapapun tidak mampu keluar dari The Fort, dan malah membuat kekhawatiran tersendiri.

Ia tinggal di arena terkecil di antara arena-arena lain, itulah taman bermain dirinya dan semua orang yang akan mereka mainkan sampai lelah. Tak memikirkan bagaimana jika bukan mereka yang lelah bermain, namun bagaimana jika taman itu hilang dan mereka ingin bermain lagi?

Orang-orang The Fort mengandalkan kekuatan, 80% dari mereka adalah pengguna otot dan sisanya ialah otak. Tak banyak yang mampu memimpin, tak banyak yang mampu menggiring. Mereka yang mengerti ialah mereka yang terkenal. Sebagian besar menurut atas perintah pimpinan-pimpinan, mereka tidak mengerti harus bagaimana sehingga mendengarkan dan menjalankan bukanlah jalan yang buruk bagi seseorang.

The Fort sudah 11 tahun lebih berdiri, di angka 1 The Fort begitu terpuruk dan menderita luar biasa, kecamuk menggoyangkan pilar kekuatan The Fort dan orang-orang dahulu. Di tahun kedua The Fort lebih buruk dan kacau. Perlahan walau sulit semua bangkit, menata satu demi satu bata setinggi mungkin dan sekokoh mungkin, menempelkan ide-ide untuk menetapkan benteng itu menjadi tempat teraman dari para makhluk-makhluk liar. Hingga kepuasan dapat dirasa diujung lidah, aroma keberhasilan sudah terendus samar, buah keberhasilan manis dirasa.

Di luar, belum cukup dikatakan normal. Setiap sudut akan berakhir dengan tembok besi tinggi, seperti penjara. Jika keluar dari penjara mereka akan dikejar, ditangkap, lalu mati, tentu oleh organisme yang berbeda. Di Base nampak tak banyak aktivitas, tak banyak orang, dan tak banyak gangguan. Base hanya dihuni Afdeling, -tempat tinggal para Bunkers- ruang-ruang kosong yang ditinggal, pepohonan, tanah tandus, lahan, dan sedikitnya rumag gubuk para pekerja, Ridcloss.

Aleena berjalan menghampiri setiap sudut bagian Base tak tahu arah intinya, mengambil kesempatam tiada ada siapapum yang mengganggu ketenangan terutama para Tent yang suka mengeluarkan bunyi gaduh, baik dari senjata mereka atau mulut. Ia terhenti ketika melihat jajaran pohon yang dengan tenang, kemudian ketika ia melihat tembok besi di belakangnya rasanya kekecawaan itu menertawi. Ke manapun ia akan melihat tembok sebagai pembatas, batasan yang diberikan sejak dahulu.

Ia kembali lagi dan berhenti ke suatu ruangan yang sering ia kunjungi, namun kali ini penuh pertimbangan. Ketika ia masuk di sisi kirinya nanti akan ada sebuah tangga gelap, lalu ketika ia berada di atap pemandangan itu akan mengingatkannya kembali dengan mimpi buruk itu.

Rasa perlawanan harus dicobanya, itu seperti membangun kekuatan baru dan membunuh ketakutan. Ia masuk ke ruangan, gelap di dalam tanpa lampu, ia naik ke tangga dengan hati-hati dan bisa mendengar bisik angin kencang masuk ke dalam ruang besi tersebut. Sesampai di atas ia menarik nafas dan tanpa buang waktu menggapai sisi pinggir atap untuk melihat.

Cukup mendebarkan, namun setelah Aleena lihat tak ada bangkai Molk sepanjang mata melirik, hanya abu hitam dari Molk yang dibakar habis oleh para Tent, tak ada bau anyir darah sepanjang tarikan nafas hanya bau angin hutan, tak ada lolongan srigala seperti halnya malam hari, hanya kicauan burung dan serangga yang terdengar.

Aleena membersihkan kuku-kuku sendiri sambil duduk menatap pemandangan di arah utara yaitu menara Gloetik dengan gerbang Sega.

Sejentik jari hati kini terasa sangat tegang yang kentara ketika ia melihat urat nadinya di pergelangan tangan kiri, memutar ulang kembali kegundahannya akan hal itu.

"Kegagalan?" Gerutunya. "Hidup kembali?" Ia ingat dengan kalimat itu.

"Apa Will menyembunyikan semua itu dariku selama ini?" Ia seolah berbincang pada dahan di atasnya. "Mereka melakukan apa padaku? Pada tubuhku?" Ia mengingat kanehan diseluruh tubuhnya, namun tidak ada.

The FortlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang