Part 33 - Bantuan

4.9K 553 19
                                    

Suara genderang mendebarkan terasa di dada Aleena, rasa menegangkan yang di lelehkan sekujur tubuhnya membuat larinya semakin laju bersama Ris. Rambut indah mereka berterbangan, terayun ke kanan dan ke kiri sembari berlari menuju Nest untuk memberitahukan pada Gustavo rencana mereka.

Perlahan Aleena mendangak kecil, menatap tajam dan dingin ujung menara Gloetik yang tak terlihat apa yang ada di dalam sana. Namun hatinya mengatakan sesuatu yang ganjil dan tidak sesuai tengah berdiam di puncak menara dengan kaca hitam yang melingkarinya, Tiera.

Nafasnya terbuang banyak, belum lagi panggilan teguran dari berbagai macam pria yang melihat mereka berlari melewati tubuh mereka bak seekor kijang.

Hampir mereka sampai dan melewati gerbang Sega (Second Gate) namun Aleena melirik kembali penghujung menara Gloetik, sesuatu yang ia rasakan dari sana benar-benar membuatnya tak memalingkan perhatiannya.

Rasanya seseorang di sana tengah menatap Aleena sedari tadi, rasanya ada seseorang di balik sana terus mengawasi Aleena, menancapkan tatapan tajam dan dinginnya pula pada Aleena.

Tanpa sengaja Aleena menabrak pundak seorang pria Upper dan membuat pria itu terhempas beberapa centi ke belakang, menghamburkan beberapa lembaran yang ia bawa ke udara dan melayang-layang terbawa angin sepoi.

"Ah," geram Aleena merasakan pukulan menyakitkan karena terhantam tulang pria itu, namun tak menghentikannya berlari bersama Ris.

Mereka berdua telah sampai di bagian Nest, mendekati kamp Tent dan mendatangi ruangan Gustavo di mana sebelumnya pernah mereka pijak bersamaan.

Tent yang tengah menjaga dengan duduk bersantai di ambang pintu masuk menuju ruangan Tent dikejutkan dengan suara sepoi angin yang begitu laju, membuatnya tersentak kaget dengan bayangan yang laju melewatinya.

Tubuhnya yang sedang bersandar di bangku kursi yang ia mundurkan hingga menempel ke dinding terjatuh ke depan, kepalanya menengok ke kanan dan sudah mendapati dua wanita menerobos masuk.

"Oh, jangan dia lagi," gerutu pria itu memutar mata hijaunya jengah.

"Hey!!" jerit pria yang dahulu pernah berurusan dengan Aleena, pria yang menahannya sebelum ia masuk dan bertemu dengan Gustavo, pria yang pernah tak sengaja menghantam wajah mulus Aleena.

Dikejarnya Aleena dan Ris oleh pria itu, mengingat reputasinya akan hancur sebagai Tent yang memang mendapat hukuman menjaga kamp para Tent karena ketidakbecusan dalam berlatih.

"Hey!! berhenti!!" jerit pria itu lagi, suara yang besar otomatis menggema di lorong sepi dengan lentera yang berjajar di sekitar dinding dalam jarak dua meter setiap lentera cerahnya.

Aleena yang mendengar tak menggubris jerit pria yang pernah berurusan dengannya kala itu, dan malah memegang lengan Ris yang berlari bersusah payah menyeimbangi laju kaki jenjang Aleena.

"Inilah mengapa kita harus lari," kekeh Aleena pada Ris dan tersenyum geli.

Ris sempat mengangguk samar dan ikut terkekeh, namun laju mereka bukan lawan seimbang dengan laju pria kuat dan terlatih seperti Tent di belakang yang mulai mendekati raga mereka.

Sudah hampir dekat mereka dengan ruangan Gustavo, terlihat dari lorong yang memiliki tiga persimpangan. Lurus, kanan dan kiri dengan banyak Tent yang sudah terlihat sedang berjalan dengan pelan.

 Lurus, kanan dan kiri dengan banyak Tent yang sudah terlihat sedang berjalan dengan pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The FortlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang