1. Hari Pertama Tanpa Hadirmu

2.4K 231 38
                                    

Kisah kita memang terbilang singkat,
tapi kenangannya sangat membekas.

-arinaya shauka.

*********

Setetes air mata membasahi pipiku lagi di susul oleh mata sebelahnya. Aku memeluk diriku sendiri sambil memandangi jendela kamarku. Entah mengapa, malam ini benar - benar berbeda. Terlalu sunyi untuk di nikmati. Bahkan di langit tidak satu pun bintang yang bersinar menemani bulan yang berbentuk sabit itu. Tidak ada angin yang berhembus, juga tidak ada kendaraan satu-pun yang lewat di jalan depan rumahku.

Rasanya seperti ada yang hilang karena malam ini tidak ada yang mengirimkanku pesan selamat malam dari orang yang terlalu spesial. Aku sudah berkali - kali mengirimkan pesan lewat WhatsApp, namun belum kunjung terkirim dan hanya centang satu.

Tidak rela rasanya jika di putuskan sepihak oleh orang yang telah mengukir bahagia dalam hidup kita. Di tinggal pas sayang-sayangnya tanpa alasan yang jelas.

Masih belum percaya, kalau dia memilih meninggalkanku. Padahal, dia adalah orang yang membuatku kuat meski kini dia membuatku rapuh karena ulahnya.

Detik demi detik, menit demi menit kulalui. Rasanya waktu begitu lambat tanpa kehadirannya.

*********

Dengan langkah lesu, aku menghampiri kedua Orangtuaku dan Kakakku yang sedang sarapan pagi di meja makan. Seperti biasa, di sela - sela makan, Ayahku selalu membicarakan tentang nilai anak - anaknya.

"Penilaian Akhir Semester ini, nilai kamu harus lebih tinggi daripada Penilaian Tengah Semester bulan lalu. Jangan sampai kamu ngecewain Ayah," ucapnya dengan serius.

Aku sudah terlalu bosan untuk mendengarkan kalimat yang selalu Ayah ucapkan ketika sedang sarapan.

"Iya." balasku seadanya.

"Buat kamu juga Adya, kamu sebagai Kakak harus memberi contoh yang baik pada adik kamu." ujar Ayah, lagi.

Kak Adya hanya mengangguk menanggapi.

Ibu hanya tersenyum kearah kami. Kemudian Ayah pamit berangkat bekerja di susul Kak Adya pamit berangkat ke kampus. Aku segera menghabiskan segelas susu lalu mencium punggung tangan Ibu dan segera berangkat ke sekolah.

Setelah beberapa saat aku tak menaiki motor scoopy kesayanganku akhirnya hari ini aku memakainya lagi. Bukan tanpa alasan, hari- hari sebelumnya aku selalu di antar jemput oleh dia tanpa aku meminta. Dan sekarang, mau tidak mau aku harus bisa hidup tanpa selalu bergantung padanya. Meski aku ragu untuk melakukannya.

Setibanya di sekolah, aku melepas helm dan juga kunci. Dengan tidak bersemangat sekali, aku berjalan menuju ke kelas.

Aku duduk di tempat dudukku. Di dalam kelas sebenarnya aku tidak terlalu sering berbaur dengan teman perempuan ataupun laki - laki. Aku menghela napas, menahan untuk tidak menangis di dalam kelas. Dan harus bersikap biasa - biasa saja seperti tidak terjadi apa - apa.

***********

Pada saat di mulainya materi pembelajaran. Aku sama sekali tidak bisa fokus. Bahkan, Guru Mapel Bahasa Indonesia ini sudah menegurku dua kali karena melamun di dalam kelas.

Entahlah, hari ini benar - benar begitu membosankan. Bel istirahat berbunyi kencang, semua teman kelasku sudah keluar ruangan kecuali, Flara--cewek yang terbilang friendly ke semua orang itu tiba - tiba duduk di sampingku.

"Arin, lo kok beda banget sih? Gak kaya hari - hari biasanya, ceria banget, sekarang? Coba deh, cerita sama gue, kali aja gue bisa bantu," kata Flara di akhiri senyum yang meyakinkan.

Aku hanya tersenyum kecil."Beda gimana? Sama aja, kok."

"Bener nih? Lo mau ikut ke kantin bareng gue gak? Atau mau nitip makanan?" tawar Flara padaku.

Aku menggeleng.

"Enggak usah Fla, makasih," tolakku halus.

"Yaudah, gue ke kantin dulu ya, bye."

Setelah Flara pergi, kelasku benar - benar sepi. Dulu, aku pernah mempunyai dua sahabat. Kami bertiga bersahabat begitu dekat, hangat, dan layaknya saudara. Karin dan Elva namanya. Aku dan Karin di pertemukan pada saat SMP, kemudian aku mengajak Elva untuk menjadi sahabat. Karena dulu Elva tidak ada teman karena pemalu. Dan sekarang, di masa SMA ini mereka berdua meninggalkanku dan memilih bersahabat berdua saja. Entah apa alasannya.

Sudah setahun itu semua terjadi, ada rasa rindu yang ingin aku ungkapkan ke mereka. Tapi semua sudah tidak bisa di ulang, dan hanya bisa di ingat saja.

Menyedihkan memang, perihal sahabat ataupun pacar, kalau di tinggalkan ya rasa sakitnya lebih perihal sahabat. Apapun itu, semoga suatu saat aku di pertemukan dengan seorang sahabat yang lebih baik dari mereka.

*********

PA KABAR SEMUA??

BTW KALIAN TAU CERITA INI DARIMANA?

maaf terlalu pendek. semoga kalian suka

jgn lupa vote yaa!

see you

-ayy.

For You, Ex! [END]Where stories live. Discover now