20. Tidak Baik - Baik Saja

331 57 9
                                    

Terlalu berekpetasi tinggi karna sikapmu kala itu, sampai lupa bahwa hatimu bisa berubah kapan saja.

-arinaya shauka.

**********

Acara demi acara, kegiatan demi kegiatan hampir selesai. Ini adalah malam kedua di perkemahan ini sekaligus malam terakhir karena besok acaranya akan selesai.

Menurutku ini perkemahan kali ini sangat berkesan, apalagi waktu aku satu tim pada saat memasak dengan Zean membuat 'Cake Rasa Cinta,' entahlah itu dia yang menamai masakan kita. Dan pada saat susur hutan, menghabiskan waktu bersama, meski status tak lagi sama.

Bercanda.

Aku merapatkan jaketku, menatap api unggun yang masih menyala padahal sudah dini hari. Di sini aku sendiri, karena yang lain pasti sidah terlelap.

Tanganku membuka buku diary, sudah lama aku tidak menulis di sini.

Di bawah sinar bulan yang memancar,
di depan api unggun yang merah berkobar,
Di atas bumi perkemahan yang tersebar,
Tentang hati yang tak pernah tertukar,

Entah sampai kapan aku mencintaimu,
walau di dalam hati ingin sekali melupakanmu,
Karena pramuka ini, aku sampai lupa tujuanku,
untuk menghapus namamu di setiap doaku.

Kalau gak bisa mengikat, jangan pernah memikat ya. Karena simpul tak serumit perasaan.

Semoga saja cinta kita tetap erat seperti simpul mati. Misteri bagai sandi rumput dan kokoh bagai pioneering. Latihan pramuka bersamamu adalah hal yang selalu aku tunggu.

Tapi, rasanya tidak mungkin...
Aku merasakan seperti sudah ada jarak di antara kita.

Sampai kapan aku berharap seperti ini?
Suatu hal yang tak sangat mustahil terjadi

-Arinaya Shauka.

**********

Matahari sudah bersinar tepat di atas kepala, detik - detik meninggalkan bumi perkemahan yang sebentar lagi tinggal kenangan.

Terasa begitu cepat, kami berenam mulai mencopot tenda. Pasti suatu saat aku ataupun mereka akan merindukan masa - masa ini.

Kalau kata Fadly ketika tenda di lepas."Tenda lepas, cinta pun bubar,"

Mungkin karena Fadly terlanjur jatuh cinta kepada Yura--partnernya.

"Makasih ya semuanya, maaf kalo perlakuan gue bikin kalian enggak nyaman." ujar Yura.

"Gak kok, Beib."

"Gue gak ngomong sama lo, kambing!"

"Duh, nanti gue kangen lagi sama kalian." sahut Leisha.

"Thanks ya, semoga kita bisa ketemu lagi." ujarku.

Yura, Leisha langsung memelukku di susul oleh para cowok. Sebuah pelukan perpisahan.

"Semoga ke depannya kita bakal sukses,"

"Amin,"

Definisi di pertemukan di bumi perkemahan, di pisahkan karena pendidikan.

********

Semua peserta sudah perbolehkan pulang. Aku masuk ke dalam mobil Pak Kepala Sekolah rasanya begitu tidak rela untuk meninggalkan bumi perkemahan ini.

Ternyata, aku dan Zean tidak di pulangkan ke rumah masing - masing, tetapi di sekolah. Memasuki gerbang SMA Taruna Bangsa kita di sambut hangat oleh para dewan guru, serta anak pramuka. Siswa lainnya hanya menonton saja.

Zean terlebih dahulu, baru beberapa langkah ia langsung di sambut dengan pelukan Alecia. Yang membuatku membelalak, Zean membalas pelukan itu tak kalah erat, malah dia mencium lama kening Alecia.

Aku yang masih berada di dalam mobil hanya menunduk diam. Hatiku benar - bensr tertohok melihat pemandangan ini.

Aku tertawa sumbang, menertawai diriku sendiri.

Dia bilang, Alecia itu cuma pelampiasan? Tapi sekarang apa?

Aku merasa yang di jadikan pelampiasan oleh Zean. Ternyata semua perkataan serta perlakuannya di malam itu cuma kebohongan belaka.

Malam itu aku merasa seperti di beri harapan, tapi sekarang aku di jatuhkan oleh kekecewaan. Aku terlalu berekpetasi terlalu tinggi karena sikapmu kala itu, sampai lupa bahwa hatimu bisa berubah kapan saja.

Aku menepuk bahu supir."Pak, boleh anterin saya pulang ke rumah,"

"Boleh, nak. Emang gak mau turun?"

"Saya enggak enak badan, Pak."

"Oke - oke, siap nak. Saya antarkan."

********

Sesampainya di halaman rumah, aku pun turun dari mobil Kepala Pak Sekolah.

"Makasih pak,"

"Sama - sama,"

Aku sedikit membungkuk ketika menggendong tas ransel yang begitu berat.

"Sini - sini, gue bantu," ujar Kak Adya mengambil alih tas ransel itu.

"Ayah, Ibu mana?" tanyaku, sebab di rumah begitu sepi.

"Mereka lagi ada urusan," Kak Adya membukakan pintu kamarku.

"Btw, makasih." ujarku pelan.

Aku duduk di atas kasur dengan lesu.

"Kenapa lagi? Lo capek fisik apa hati? Kayak nggak ada semangat banget," celetuk Kak Adya menatapku heran.

"Capek batin,"

"Parah sih. Mending lo move on aja udah ih, buat apa gamon 'in orang yang bikin lo sakit hati,"

Aku memainkan jariku, ada benarnya juga. Tapi hal itu sulit untuk di lakukan.

"Gue ke kamar dulu ya,"

Aku menjatuhkan tubuhku di atas kasur, memejamkan mata sejenak. Air mataku tiba - tiba mengalir deras tanpa seizinku.

Dadaku kini benar - benar di penuhi rasa sesak, cemburu, kecewa yang begitu dalam. Meskipun begitu, aku tidak bisa melakukan apa - apa.

Aku menahan isakanku dengan membekap mulutku sendiri. Rasanya tidak bisa di deskripsikan.

*********

woy!! gimana perasaan kalian pas baca part ini?

jangan lupa vote, komen sama follow yaa!!

see u beb😘

For You, Ex! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang