40. Maret Yang Berbeda

320 58 1
                                    

"Bulan Maret, bulan yang sama, di tahun yang berbeda, dengan orang berbeda pula."

"Menjalani lagi hari-hari di bulan yang penuh kenangan manis di masa lalu, bersama orang baru."

---Arinaya Shauka.

*********

Memasuki bulan Maret, detik-detik pergantian musim penghujan ke musim panas. Mungkin ini tangisan semesta untuk terakhir kalinya di bulan Maret ini.

Arin meletakkan payungnya di pinggir jalan. Gadis itu merentangkan kedua tangannya sembari memejamkan mata, menikmati guyuran air hujan yang membasahi tubuhnya.

Dia perlahan membuka kedua matanya, menatap ke arah langit yang di selimuti awan tebal.

Matanya menyipit ketika terkena pancaran sinar lampu dari motor Lingga.

"Ngapain hujan-hujan' an?" tanya Lingga khawatir.

"Bosen."

"Lo masih sakit Arin."

Arin tersenyum."Gue enggak pa-pa, beneran. Mau gabung?" tawar Arin.

"Gue--" tanpa menunggu persetujuan Lingga, gadis itu segera menyeret tangan Lingga.

"Pejamin mata dan rasain setiap tetes air mengenai tubuh lo."

Lingga terdiam sejenak dan akhirnya menurut.

Cowok itu memejamkan matanya, mengikuti apa yang Arin rasakan dan benar. Semakin lama air hujan yang mengenai tubuhnya, Lingga bisa merasakan sensasi tersendiri yaitu membuat perasaannya menjadi tenang.

"Setiap hujan, pasti bakal meninggalkan kenangan entah itu menyenangkan atau menyedihkan."

"Hm?" gumam Lingga.

"Ini hujan terakhir, Ngga. Bulan depan udah memasuki musim panas. Buat kenangan seindah mungkin agar bisa di kenang di masa depan."

Udara semakin dingin, Lingga menatap Arin sayu.

Lingga perlahan mendekat, kedua tangannya menangkup pipi Arin.

Jantung Arin seketika berdegub kencang saat melihat wajah Lingga yang begitu dekat.

Lingga mengecup singkat bibir Arin.

Bayangan ketika Zean menciumnya kembali datang menghampiri pikiran Arin. Momen itu seolah berputar. Rasa aneh itu kembali menjalari tubuhnya.

"I still love you, Naya."

Naya.

Tunggu, NAYA?!

Arin langsung menjauhkan tubuhnya, tangannya menepis kasar tangan Lingga.

"Lo kenapa?" tanya Lingga kaget melihat reaksi Arin tadi.

Arin merasa aneh dengan dirinya sendiri, penolakan tiba-tiba yang berasal dari lubuk hatinya. Ada apa sebenarnya?

"Ma--af," tunduk Arin.

For You, Ex! [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora