4. Kecewa

620 110 0
                                    

tak lagi cinta,
tak ada lagi tempat bercerita.
-ayy.

*************

Sebenarnya, aku sama sekali tidak boleh mengikuti eskul Pramuka oleh Ayah. Karena menurut sudut pandang Ayah, Pramuka itu terlalu melelahkan dan dapat mengganggu konsentrasi belajar. Aku sengaja mengikuti Pramuka karena ingin sekali keluar dari zona nyaman. Aku benar - benar bosan jika terus menerus di rumah tapi suasana seperti di sekolah. Di suguhi berbagai macam buku yang begitu tebal, membuatku stress.

Sekarang, aku sedang berada di ruang tamu, di hadang oleh Ayah gara - gara pulang terlalu sore.

"Sudah berapa kali  Ayah bilang, jangan ikut Pramuka! Kenapa kamu enggak nurut? Mau Ayah tambah lagi jadwal les kamu, hah?!" tanya Ayah dengan nada tinggi membuatku semakin takut.

"Jangan Ayah, Aku mohon.."

"Dapat faedah apa sih ikut pramuka?"

Aku masih diam tak mau menjawab. Padahal di sekolah aku hanya ikut organisasi Pramuka saja, kenapa Ayahku terlalu mengekang seperti ini?

"Ayah udah, Pramuka 'kan dapat melatuh Arin lebih mandiri, punya pengalaman baru, dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang di sekolah mungkin nggak ada, punya teman banyak, dan masih banyak lagi. Ayah izinin Arin ya?" pinta Ibu sambil menenangkan Ayah.

Ayah menimbang - nimbang ucapan Ibu. Kemudian dia mengangguk membuat Arin langsung tersenyum.

"Tapi kamu jangan ngecewain Ayah, lusa  kamu harus tetap jadi peringkat 1."

"Arin janji. Terima kasih, Ayah."

**********

Pengambilan raport sudah berjalan sepuluh menit yang lalu, aku kini sedang menunggu Ayah keluar dari ruang kelas. Sedikit deg - degan aku menunggu hasil Penilaian Akhir Semester ini tak seperti biasanya. Dulu, aku selalu bersemangat sekali ketika menunggu hasil raport, sekarang malah kebalikannya.

Tak berselang lama, Ayah keluar dengan membawa raport berwarna hitam. Wajahnya terlihat begitu marah, ada apa ini?

Ayah segera menarik tanganku dengan sedikit kasar, dan ya pasti ketakutanku selama ini benar - benar terjadi.

Ayah memasukkanku ke dalam mobil, ia menatapku dengan tatapan amarah bercampur kecewa.

"Nilai kamu semuanya turun, di luar dugaan Ayah, kamu ini mengerjakannya gimana sih?!" tanya Ayah

Aku hanya menunduk, di saat Ayah marah aku enggan sekali menatapnya.

"Kamu enggak niat sekolah atau bagaimana? Peringkat 2, kamu bangga punya peringkat kedua? Harusnya kamu pertahanin peringkat 1 kamu itu." lanjut Ayah.

Aku masih terdiam, ini semua memang salahku karena tidak fokus pada saat di mulainya pembelajaran.

"Jawab Ayah, Arinaya!" Ayah menaikkan oktaf suaranya.

"Maaf, Ayah."

Ayah memilih untuk menyetir mobil supaya segera pulang ke rumah dan melanjutkan percakapan tadi.

Aku menatap Ayah dari samping. Rasanya aku  ingin sekali bilang padanya kalau aku ini benar - benar capek menjalani segala aturan Ayah yang menurutku terlalu berlebihan.

************

Setibanya di rumah, aku hanya tidak banyak bicara. Sedangkan Ayah tengah memarahiku di depan Ibu.

"Ayah bakalan tambahin jadwal les kamu," ujar Ayah.

Aku menggeleng."Jangan Ayah, aku---"

"Atau Ayah suruh kamu keluar dari organisasi itu hah?! Gara - gara kamu ikut organisasi itu nilai kamu semuanya turun," tutur Ayah.

Aku hanya mengangguk pasrah.

"Mending kita makan siang dulu," ujar Ibu yang berusaha mencairkan suasana.

Aku menggeleng, dan memutuskan masuk ke dalam kamar. Di dalam kamar yang sama sekali tidak enak untuk di lihat. Tumpukkan buku di mana - mana membuatku sangat frustasi.

Aku membanting tubuhku di atas kasur. Ingin rasanya aku berteriak sekencang - kencangnya kepada semesta dan mengatakan kalau sedang tidak baik - baik saja.

Tanganku mengepal kuat, aku benar - benar capek menjalani hidup seperti ini terus menerus. Aku baru merasakannya sekarang, karena dulu masih ada Zean--tempatku bercerita, berkeluh kesah, dan yang selalu memberikanku semangat.

Aku menggigit bibir bawahku, menahan isakan. Beberapa kali aku mengusap air mata yang membasahi kedua pipiku.

Aku membuka aplikasi whatsapp dan segera mencari kontak Zean. Detik berikutnya aku tersadar, kalau sekarang aku bukan siapa - siapanya Zean.

Mungkin, hari - hari berikutnya akan tetap saja. Sebisa mungkin aku harus bisa hidup tanpa bergantung kepada siapapun.

**********

maaf ya kependekan.

smoga klian ttp suka ya!! jgn lupa di vote!!

see u
-ayy.

For You, Ex! [END]Where stories live. Discover now