23. Melepas dan Ikhlas?

330 69 1
                                    

Ayah dari Zean sudah mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. Tapi akhir - akhir ini Fatah--Ayah Zean lebih perhatian terhadap Lingga di banding dirinya. Zean merasa seolah - olah Lingga telah menyingkirkannya, dan ia menyesal meminta Ayahnya untuk tes DNA dengan Lingga beberapa waktu yang lalu.

Ibunya hingga kini masih belum di maafkan oleh sang Ayah, bahkan sekarang Ayahnya sedang mencari perempuan yang telah melahirkan Lingga alias mantan istrinya itu.

Ternyata keputusannya mempertemukan anak dan Ayahnya membuat keharmonisan keluarganya lenyap, Ayah Zean kini jarang pulang dan memilih tinggal di apartemen Lingga yang sekarang sudah menjadi saudaranya.

Awalnya Zean memaklumi hal itu karena ia tau jika Lingga belum pernah merasakan kasih sayang seorang Ayah sejak kecil. Tapi lama kelamaan, ia tidak bisa memakluminya.

Chika--adik Zean setiap hari bahkan setiap menit selalu menanyakan kenapa Ayahnya tidak pulang,  dan Zean pun tidak bisa menjawab pertanyaan itu.

Kini, mereka berdua berniat untuk bertemu di sebuah restoran kota terkenal.

Setelah memesan makanan berupa stick kentang serta spagetti dan tak lupa juga dengan jus mangga. Ia menunggu kedatangan Lingga.

"Sorry gue telat,"

Zean melirik sebuah jam yang melingkar di tangan kirinya."Telat lima menit doang,"

"To the point aja, ada apa lo ngajak gue ketemuan kayak gini?" tanya Lingga.

"Lo gak pesen makan dulu?" tawar Zean berbasa - basi.

"Gue udah makan tadi sama Arin,"

Zean sedikit kaget mendengarnya, harusnya ia senang jika gadis itu sudah move on  darinya. Tapi kenapa rasanya ia tidak rela jika Arin dekat dengan saudaranya?

"Lo deket sama Arin?"

"Gue bilang to the poin, kalo gak penting mending gue cabut," kesal Lingga.

"Ck, oke." final Zean.

"Gue minta tolong sama lo, bujuk Ayah supaya pulang ke rumah gue. Adik gue nyariin dia terus, lo enggak kasian apa?" tanya Zean kepada Lingga.

Lingga tersenyum samar."Gue baru beberapa hari sama bokap gue, dan lo udah itu udah tinggal lama dengan beliau,"

"Please, lo enggak ngerti maksud gue."

"Gue tau. Meskipun lo belum ngomong gue tau, Ze. Gue tau. Kita kan sedarah, dan gue juga nggak mau kita berantem. Sorry, kalo gue udah bikin lo tersingkirkan dari bokap. Itu bukan sepenuhnya salah gue, Ze. Lo nggak berhak nyalahin gue, yang salah di awal itu nyokap lo. Ayah lo sekarang di pihak gue juga bukan kemauan gue'kan?" tanya Lingga.

"Lo cenayang anjir? Gue belum cerita kok lo udah tau?"

"Gelagat lo keliatan," Lingga mengecek lockscreen ponselnya.

"Gak ada yang mau di omongin lagi 'kan?" tanya Lingga.

"Ada, soal Arin."

********

Aku kini berada di ambang kebingungan, sepertinya rasaku kepada Zean sudah memudar. Aku merasa itu semua karena Lingga, sikap baik dan romantisnya membuatku perlahan membuka hati untuknya.

Perlahan, mau tak mau aku harus melepaskan Zean, melupakan semuanya yang berhubungan dengan Zean. Dan memulai lembaran baru dengan Lingga. Dengan menutup dan menyelesaikan lembaran lama.

Aku mengambil dua buku diary-ku yang semuanya menceritakan tentangnya. Aku akan menulis tentangnya sebagai penutup dari cerita di buku diary ini. Mungkin.

Ini untuk terakhir kalinya aku menulis tentangmu, Sebenarnya masih banyak yang harus aku utarakan, tapi kita sudah tidak punya waktu untuk mengungkapkan. Terima kasih, terima kasih untuk segala bahagia yang telah kau ciptakan serta luka dan air mata yang telah kau berikan. Orang yang pernah ku anggap spesial ternyata hadirnya cuma sekedar numpang lewat saja. Haha, lucu ya?? Aku masih tidak menyangka  jika kisah kita sudah benar - benar selesai. Segala rasa sesak di dada kini sedikit reda ketika aku memutuskan untuk melepasmu.

Meskipun nanti di hatiku akan di huni oleh orang lain, kamu tetap takkan tergantikan. Namamu akan ku khususkan di ruang hatiku. Ingat, aku takkan pernah menyesal bisa mengenalmu, walau dulu aku pernah membencimu.

Mengenalmu adalah salah satu proses pendewasaan yang telah ku lalui. Sekali lagi, terima kasih. Berbahagialah dengan kekasihmu yang baru, karena aku pun juga begitu.

Semoga kita bisa bertemu lagi, sebagai dua orang teman lama, yang pernah memiliki perasaan yang sama.

Sampai jumpa....

-arinaya shauka.

Aku menutup buku diary-ku, buku kedua yang berisi tentangnya kini sudah penug dengan tulisan.  Lalu, aku menyimpan kedua buku diary itu ke dalam kotak yang berisi barang pemberiannya dulu.

Kini, aku benar - benar melepasmu. Meskipun karena keterpaksaan, tapi aku tidak mau tersiksa karena perasaan.

Akan ku pastikan seperti janjiku dulu di depan kobaran api unggun, namanya akan ku hapus dalam setiap doa. Dan, jangan sampai ada orang yang menyebut namanya di depanku.

Meski sulit di lepas, aku akan berusaha untuk ikhlas.

*********

wadu-wadu"

gimana perasaan kalian pas baca cerita ini?

jangan lupa komen sama vote!!

wajib follow okayy??

oiya, besok aku ga up. mungkin bisanya lusa, karena besok sibuk bngt ya ges.

see u♡♡♡♡♡♡

For You, Ex! [END]Where stories live. Discover now