10. Penghujung Desember

440 81 2
                                    

Aku berharap ada satu dimana kita bisa bertemu dan berbicara lagi, tanpa melibatkan perasaan dan mengungkit luka yang telah lalu.

-Arinaya Shauka.

*******

Sore itu, Arsya selalu mengajakku berjogging di sekitaran rumah. Setelah mengenal Arsya lebih dalam, ternyata dia adalah sosok pendengar yang baik, humble, humoris, dan pantas menjadi seperti kodomo alias teman baikku.

"Rin, gue boleh nanya sesuatu gak?" tanya Arsya.

Kami berdua kini sedang duduk di halaman rumah yang beralaskan karpet di temani dengan dua gelas susu serta buah - buahan.

"Boleh, asal jangan aneh - aneh,"

"Jadi selama ini lo selalu di rumah terus karena terobsesi nilai?"

Aku mengangguk ragu."Sebenarnya gak cuma itu sih, gue jarang keluar karena lebih nyaman di dalam kamar. Tapi dulu, gue sering banget keluar malam sama seseorang."

"Siapa? Pacar lo?" tanya Arsya begitu penasaran.

"Iya,"

"Terus sekarang? Kenapa lo enggak keluar malem lagi? Otak lo gak panas apa baca buku terus?"

"Kalo menurut gue sih, baca buku bikin kita lebih tau soal pengetahuan. Apalagi kalo baca novel yang bergenre fantasi, itu bakal bikin otak kita tuh lebih fresh, dan kayak jadi pelampiasan supaya bisa melupakan sesuatu."

Arsya langsung paham."Gabutnya anak ambis ya gini amat yaallah. Tunggu - tunggu, melupakan sesuatu? Sesuatu apa kalo boleh tau?"

"Gak penting juga,"

"Lo juga belum jawab 'kan pertanyaan gue yang barusan? Kenapa lo gak keluar malem lagi sekarang? Gue juga mau tanya, seseorang yang lo maksud itu siapa?" runtutan pertanyaan itu keluar dari mulut Arsya yang membuatku bingung harus menjawab yang mana terlebih dahulu.

Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal."Mmm..kenapa lo jadi kepo gini, sih?"

"Kali aja gue bisa bantu,"

"Oke, jadi gue gak keluar malem sekarang karena dilarang sama Ayah, dan juga udah gak ada partner buat jalan, dan seseorang yang gue maksud itu mantan gue," ungkapku.

"Jadi, lo sama pacar lo udah putus? Gimana bisa?"

"Gue juga nggak tau sih, kenapa gue sama dia putus. Gsk ada angin gak ada hujan dia tiba - tiba mutusin gue gitu aja,"

"Yakin lo gak ada salah sama dia? Kalo cuma salah paham, suatu saat dia bakal nyesel udah ninggalin lo,"

"Pokoknya kita berdua itu, tanpa debat tapi tamat."

"Anjir, lebih rumit dari kisah percintaan gue,"

Aku terkekeh."Lo sama Flara?"

"Bukan, itu mah beda cerita."

"Iyain deh,"

"Oh ya, ngomong - ngomong mantan lo siapa? Kali aja gue kenal?" tanya Arsya.

"Lo gak pernah liat dia dateng kesini dulu?"

"Kan gue pindahnya baru bulan kemarin, tapi gue kenal lo udah lama,"

"Hah?"

"Lupain deh, siapa sih orangnya?"

"Satu sekolah sama kita, seangkatan juga,"

Arsya mulai gregetan."Siapa?"

"Kenal gak sama yang namanya Zean Madeva?"

Bentar - bentar. Otak Arsya nge-bug sebentar. Kemudian, ia membulatkan kedua matanya. Kelihatannya dia sangat terkejut ketika aku menyebut nama 'Zean Madeva'.

"Dia orangnya?" tanyanya memastikan.

"Iya,"

"Shit, bisa - bisanya tuh bocah."

Mataku menelisik heran."Lo kenal?"

"Dia satu tim sepakbola sama gue. Terus lo udah move on belum sama dia? Atau masih gamon?"

Aku terdiam, rasanya malu untuk menjawabnya.

"Jawab aja, gue gak bakal bilang ke orangnya kok tenang aja,"

"Gue masih gamon,"

*********

Hari ini adalah hari terakhir di bulan desember. Besok tahun sudah berganti, tapi perasaanku masih sama padanya. Sampai kapan perasaan ini reda?

Harusnya di penghujung desember ini, aku menyambut tahun baru bersamanya untuk pertama kali. Itu pun sudah di rencanakan sejak awal - awal aku dan Zean pacaran. Namun nyatanya, hubungan kita terlebih dahulu berhenti di tengah jalan, padahal sudah pernah membicarakan soal masa depan. Lucu bukan?

Rumahku begitu sepi, Kak Adya sedang keluar bersama teman kuliahnya dari pagi, sedangkan Ayah dan Ibu keluar rumah petang tadi.

Setelah mengganti pakaian, aku mengambil buku diary-ku yang masih banyak lembar kosongnya dan ku letakkan di atas meja belajar. Kemudian, aku mengambil buku diary-ku yang sudah penuh, dan membaca ulang isinya.

Rasanya baru kemarin, aku masih mengingat jelas semua kenangan itu. Lembar demi lembar, paragraf semi paragraf aku membacanya dalam hati. Baru sekitar sepuluh lembaran aku membaca, tanganku langsung menutupnya.

Pelupuk mataku sudah di banjiri cairan bening yang kini benar - benar tumpah. Sesekali aku tersenyum ketika mengingat kenangan manis, dan senyumanmu memudar ketika sekarang aku dengannya sudah tidak ada hubungan apa - apa.

Salahkah jika aku  masih mengharapkannya?

Salahkah jika aku masih mencintainya?

Aku mengambil buku diary-ku yang satunya, dan menuliskan beberapa kalimat di atas sana.

Sampai kapan? sampai kapan aku fokus kepada satu titik yang sama sekali tidak mengharapkan kehadiranku?

Bayang - bayang masa lalu kenapa kau masih merekat dalam benakku?

Maaf, detik ini juga aku belum bisa melupakan perasaan ini.

Maaf, hingga kini aku masih mengharapkanmu kembali walau itu mustahil terjadi.

-Arinaya Shauka

**********

Bagaimana part ini? Semoga kalian suka😝

Jangan lupa vote, komen, sama follow wp aku ya!!

see you💛

For You, Ex! [END]Where stories live. Discover now