36. First Kiss

488 74 9
                                    

Setelah di pastikan mereka berdua masuk kamar, Adya bergabung bersama kedua orangtuanya di ruang tamu.

"Biar mereka bisa selesain masalah mereka, semoga aja mereka balikan," ucap Ayah penuh harap.

"Mereka itu cocok banget kan, Yah." sahut Adya.

"Tapi, Yah. Arin udah punya pacar," kata Ibu membuat mereka berdua terdiam.

"Pacar? Kok Adya nggak tau?"

"Baru beberapa bulan ini,"

"Yang kemarin - kemarin itu?" tanya Ayah membuat Ibu mengangguk.

"Namanya Lingga, tapi Ibu agak kurang setuju sih. Dia orangnya agak gimana gitu,"

"Ayah juga kurang setuju, karena Ayah cuma Zean yang jadi menantu Ayah, nanti."

"Kita liat aja ke depannya, semua ada di  tangan Arin. Karena ini kehidupan Arin, seharusnya kita enggak boleh mencampurinya."

*********

Sudah tiga puluh menitan, Arin di kamar mandi. Tak berselang lama, dia keluar hanya dengan memakai  kaos oversize berwarna putih serta hotpants berwarna hitam, membuat Zean yang kini sedang duduk di atas kasur menatapnya lamat - lamat.

Rambutnya yang di cepol berantakan membuat kesan cantik tersendiri di mata Zean.

"Kenapa lo pake celana kaya gitu? Sengaja?" tuduh Zean.

Mata Arin melotot tidak terima."Gue udah biasa ya, sorry. Jadi lo nggak usah ngatur-ngatur gue. Lo itu cuma numpang."

"Ganti,"

"Gak mau, gue udah nyaman."

"Ganti, Arin."

"Gak usah ngatur-ngatur gue bilang. Minggir, gue mau tidur. Jangan deket-deket gue, awas aja."

"Oke kalo lo nggak mau ganti," Zean membuka kaos milik Ayah Arin yang tadi ia pinjam dan membuangnya ke sembarang arah.

"L--lo mau ngapain?!" karena panik, Arin langsung turun dari kasur.

Cowok itu beranjak dari kasur lalu melorotkan celana panjangnya, dan meninggalkan celana boxer pendek.

Astaga, pemandangan apa ini.

Dengan perut sixpack, tubuhnya yang kekar membuat Arin semakin takut. Di tambah  lagi, dia mendekatkan tubuhnya pada Arin yang sekarang berada di pojok tembok.

"Lo ngapain sih, Ze?" tanya Arin panik.

"Takut?" godanya.

"J--jangan macem-macem,"

Sekarang, Arin berada di dalam kungkungannya, jarak wajah mereka begitu dekat. Bahkan Arin bisa merasakan deru napas Zean.

"Mau satu macem boleh?" tanya Zean sambil menatap bibir merah muda milik Arin.

"Apa sih, Ze---" ucapan itu terhenti ketika bibir mereka bertemu. Kaki Arin benar - benar, lemas.

Yang tadinya hanya menempel saja, Zean mulai melumat bibir bawah Arin dengan begitu lembut, sesekali dia menggigitnya membuat sang empu meringis.

Arin hanya mematung, dia sama sekali tidak membalasnya. Arin memukul -mukul dada bidang Zean supaya berhenti, dia benar-benar kehabisan nafas.


Zean melepas pagutan itu, menarik napas panjang, lalu melanjutkan aksinya.

"Ssh, Ze...stop, please..." lirih Arin.

Zean menurut, cowok itu jadi merasa bersalah ketika melihat gadis di hadapannya menangis.

"Maaf,"

"Lo jahat, itu first kiss gue tau," isaknya.

"Itu juga first kiss gue,"

"Kenapa lo lakuin ini?" Arin mendorong tubuh Zean supaya menjauh.

"Maaf, Rin.." Tangan Zean menangkup pipi Arin yang kini di basahi air mata.

"Udah terlanjur juga kan? Maaf lo nggak bakal bisa balikin first kiss gue." lirih Arin, gadis itu berjalan menuju kasur.

********

Mereka berdua saling membelakangi satu sama lain, dan ingat mereka berdua tidak ada yang tertidur.

Arin menarik selimutnya sampai menutupi lehernya, sumpah di situasi yang seperti ini dia benar - benar takut.

"Lo udah tidur?"

Arin hanya diam, karena takut dengan ancaman Zean tadi.

Tiba-tiba, sepasang tangan kekar melingkar di pinggang ramping Arin membuat tubuhnya langsung panas dingin.

"Gue minta maaf sama lo soal yang tadi, gue tau lo belum tidur. Gue mau ngomong sama lo,"

Arin membalikkan tubuhnya.

"Apa?!"

"Lo maafin gue?"

"Enggak,"

"Rin, please.."

"Lo cowok brengsek tau nggak!" Arin kembali menangis.

Cowok itu perlahan mendekat, dia mendekap tubuh Arin.

"Gue tau, maaf..."

Arin masih terisak di dada bidang Zean yang kini sudah terbalut kaos berwarna hitam.

Lalu mereka berdua memilih duduk di atas kasur dan menyenderkan bahu mereka di dinding kamar.

"Kalo perlakuan gue gak nyaman, gue pulang. Sekali lagi, maaf."

Arin menahan tangan Zean."Lo masih sakit, Ze. Gue, gapapa."

"Gimana kalo kita lupain soal yang tadi? Biar enggak canggung." tutur Zean.

"I--iya,"

Mereka berdua kemudian terdiam lama.

"Lo berubah, Ze." ujar Arin tiba - tiba.

"Berubah gimana?"

"Lo bukan Zean yang gue kenal dulu."

Lidah Zean mendadak kelu untuk menjawab pertanyaan itu. Pertanyaan yang seharusnya tidak di tanyakan.

Zean yang sekarang bukanlah Zean yang dulu, dia menjadi sering berkelahi, mabuk, dan sering ikut tawuran. Dia juga perokok sekarang. Kemana Zean yang Arin kenal dulu?

"Zean, kenapa lo berubah?" tanya Arin.

"Karena, lo."

*********

WOY😭😭

sebenernya aku deg-deg'an banget, karena baru pertama kali adain kiss-scene, dalam cerita aku😭

mana sama mantan lagi😱

komen dong, gimana perasaan kalian pas baca cerita ini?

jangan lupa vote! see u besti😝


For You, Ex! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang