46. Hari Menyebalkan

228 48 7
                                    

Zean terkekeh sinis, cowok itu berdehem singkat."Lo belum jawab pertanyaan gue yang pertama."

"Yang mana? Oh yang itu, gue ketemu camer."

Terdengar begitu menggelikan di telinga Zean."Dih camer-camer matamu."

"Kasar banget, jadi pacar kok gak ada lembut-lembutnya."

"Sorry."

"Btw, camer gue di mana?" tanya Elva sambil mengedarkan pandangannya. Menelisik rumah mewah denfan arsitektur yang sangat klasik.

"Belanja sama adek gue,"

"Lo punya adek ya? Kok gue baru tau? Pasti ganteng banget kaya lo." cerocos Elva terdengar begitu semangat.

"Dia cewek." sahut Zean singkat.

"ABANG! CHIKA PULANG!" gadis kecil itu berhambur memeluk abangnya erat-erat.

"Abis belanja apa?" tanya Zean seraya mengelus lembut pipi gembul adiknya.

"Beli mainan lah, masa beli seblak." balas Chika.

"Bisa aja kamu."

"Mama mana?"

Chika membuka plastik yang berisi mainannya."Di mobil lagi ambil barang."

Manik coklat gadis kecil itu melirik Elva yang duduk bersandar di sofa sambil tersenyum manis ke arahnya.

"Kaka ini siapa? Badut ya?" tanya Chika.

Zean menahan tawanya."Chika gak boleh gitu sayang. Dia pacar abang, kenalin namanya Kak Elva."

Elva menghampiri adik Zean."Halo anak cantik, salam kenal ya."

Dengan sedikit takut, Chika menerima uluran tangan tersebut.

"Muka kaka kok kaya badut?" tanya Chika membuat Elva sangat kesal.

Memang, wajah Elva tertutup oleh make up yang terbilang tebal ditambah warna lipstiknya yang merah merona. Wajar saja jika gadis kecil itu menyamainya dengan badut.

Elva berusaha sabar."Emang keliatan kaya badut ya sayang?"

"Iyaa, tapi kakanya cantik." puji Chika tersenyum menampilkan gigi ompongnya.

"Tapi masih cantikkan Kak Naya."

Zean langsung meringis, ketika diberi tatapan tajam oleh Elva.

"Naya?" ulang Elva yang merasa tidak asing dengan panggilan tersebut.

"Naya itu Arin."

Mendengar nama 'Arin', Elva sangat muak. Ia tidak suka sekali dengan gadis itu. Gadis yang menurutnya sok polos, dan sok baik. Dia tak akan tinggal diam jika Arin merebut Zean kembali darinya. Dia akan membalas dendam.

"Mau temenin aku main gak Kak?"

"Maaf ya sayang, Kaka gak bisa."

Zean berbisik."Sekalian ambil hati adik gue, masa gitu aja gak bisa?"

"Ck, gue gak suka anak kecil masalahnya, Zean."

"Ishh! Padahal aku cuma mau ngajak main barbie doang masa gak bisa?! Ah gak seru." gadis kecil itu memberengut sebal.

"Lain kali aja gimana?" tawar Elva di akhiri tersenyum simpul.

Chika menggeleng kuat, matanya kemudian berkaca-kaca."Kamu gak kaya Kak Naya, dia mah baik banget mau nemenin aku main, Kaka mah jahat."

"Pokoknya aku mau ketemu Kak Naya, Bang." isaknya sambil mengusap airmatanya.

Sial, mendengar perkataan adik Zean membuatnya penasaran seberapa dekat Arin dengan Chika dulu? Elva mengumpat dalam hati karena begitu kesal sekali hari ini.

"Lho? Ini siapa?" tanya Fita--Mama Zean.

"Dia Elva, pacar Zean." ungkap Zean membuat Elva tersenyum senang karena cowoknya masih mengakui dirinya yang berstatus pacarnya.

"Oh." mukanya kaya gak asing.

Fita menatap intens gadis yang duduk di samping anaknya. Dari segi penampilannya, bisa di bilang cara berpakaiannya kurang sopan.

"Chika ayo kita masuk," Fita menyueki pacar anaknya, dan membawa Chika ke atas tanpa mengucapkan apa-apa.

"Kok mama lo nyuekin gue sih?" tanya Elva sebal.

"Gak tau gue, sana gih pulang." usir Zean membuat Elva semakin emosi.

Elva menghela napas panjang."Ze, lo sebenernya niat pacarin gue gak sih? Dari awal lo gak ada lembut-lembutnya sama gue, kecuali di depan mantan sialan lo itu. Apa lo cuma jadiin gue pelarian lo iya? Hah?! Jawab?!" nafasnya memburu, kedua tamgannya mencengkeram kerah kemeja biru milik Zean.

"Jangan sebut Arin kaya gitu, lo gak berhak. Dan lo gak perlu tau alasan gue pacarin lo, lo cukup jalanin aja."

Elva mengacak rambutnya frustasi."Jujur sama gue, lo udah cinta 'kan sama gue?"

Cowok itu terdiam begitu lama. Dia menatap Elva kasihan serta iba, tapi dia tidak bisa membohongi perasaannya juga 'kan?

"Cepat atau lambat lo bakal jatuh cinta sama gue, sejatuh-jatuhnya." tekan Elva berbisik, dengan berani ia mengecup singkat bibir Zean.

Jari lentiknya mengusap lembut bibir Zean."Pasti ini firstkiss ya? beruntung banget gue, gue pulang. Bye sayang." ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya.

Setelah menatap kepergian Elva, Zean memegangi bibirnya sambil terkekeh.

"Dasar cewek gila, asal lo tau bukan lo yang ambil firstkiss gue, tapi Arin. Eh engga, gue yang ambil malah." Tanpa sadar, dia menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman ketika mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu.

"Apa bener yang Mama denger tadi?" tanya Fita mengagetkan Zean.

Cowok itu langsung kelabakan."Eh, Mamah. A--aduh bukan kaya gitu kok mah. Mamah salah denger."

"Jangan main nyium anak orang sembarangan Ze, nikah dulu baru boleh."

Wajah Zean memerah menahan malu."Itu dulu Ma, sorry."

"Kamu pasti masih sayang banget ya sama Arin?" tanya Fita menyelidik.

Tanpa sadar, dia mengangguk samar dan berkata."Iya,"

Otaknya langsung nge-blank.

"Gak mah, sekarang udah enggak. Maaf tadi Zean refleks aja."

******

Ngetik part ini cuma sejam, HAHAHA.

seneng banget idenya tumben ngalir gitu aja jadi gampang deh nulisnya gak perlu mikir lagi, hehe.

aku mau tanya sama kalian, kalian bosen gak sih sama alur cerita yang aku buat?

coba komen dong, supaya aku bisa memperbaikinya lebih baik lagi, hehe.

jangan lupa vote, see u.


For You, Ex! [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя