60. Menyesal

253 50 19
                                    


"Tidak ada yang pernah tau ke depannya akan seperti apa. Tidak selamanya semua orang berporos pada kita, semua ada masanya. Jika masanya telah usai, kita tidak bisa berbuat apa-apa selain menyesal."

-mahirayy.

***


Entah berapa banyak lemparan kertas yang sudah mengenai seorang gadis dengan tangan yang di borgol oleh dua polisi di sampingnya.

Sorakan cemooh, hinaan, makian tak kunjung reda. Elva menunduk dalam karena malu. Semua atensi menatapnya jijik, seperti menganggap dirinya tidak layak.

"PERGI LO JAUH-JAUH. CEWEK MENJIJIKAN."

"MUNAFIK BANGET, IWH BANGET GUE LIATNYA."

"KOK ADA SPESIES KAYAK CEWEK GILA INI?"

"PEMBUNUH."

"PEMBUNUH HARUS MATI."

"HUKUM SEBERAT-BERATNYA AJA PAK POLISI."

"LO GAK PANTES DI SINI, PERGI."

Elva masih setia menundukkan pandangannya hingga masuk ke dalam mobil polisi. Gadis itu seakan pasrah, meski hatinya terdapat dendam yang sepertinya belum terselesaikan. Mobil yang di tumpanginya itu melaju cepat meninggalkan area sekolah.

Di sisi lain, Arin tengah menghabiskan waktunya membantu anggota osis untuk persiapan besok. Dia ikut mendekor ruangan yang akan di jadikan tempat party itu.

"Kak Arin sampai sini aja ya. Udah hampir selesai kok. Btw, terima kasih atas bantuannya." ujar Clara begitu sopan. Ia merupakan anak osis kelas 10 dan juga anak pramuka.

Arin tersenyum ramah."Sama-sama."

Gadis itu hendak melangkahkan kakinya keluar, tetapi menghentikkan langkahnya mendapati Zean yang berada di ambang pintu.

"Gue cari-cari ternyata lo di sini." cakap Zean menatap Arin serius.

"Minggir, gak penting gue ngomong sama lo." gadis itu berusaha mengabaikan Zean.

"Rin, gue mau minta maaf--"

Arin berdecih."Lo pikir gue peduli? Minggir gak?!" sentaknya garang.

Gadis itu berjalan cepat meninggalkan Zean.

Cowok itu berteriak dan mengejar langkah Arin."Tunggu!"

Zean berhasil menyamakan langkahnya."Gue bener-bener nyesel. Gue minta maaf, Rin. Gue udah tau semuanya. Gue---"

"Udah basi. Mending lo jauh-jauh dari gue." ujar Arin tanpa menatapnya.

"Gak bisa, gue gak bisa jauh-jauh dari lo."

Decakkan sebal keluar dari mulut Arin."Gak peduli dan gak penting lo bisa apa enggak. Gue udah terlanjur benci."

Zean menghela napas, menatap punggung Arin yang perlahan menjauh dari pandangannya. Cowok itu teringat dengan perkataannya sendiri, yang pastinya membuat Arin sakit hati.

Harusnya waktu itu, Zean mempercayai Arin bukan Flara dan tidak bersikap kasar pada gadis itu. Apa mungkin dia sudah terlambat untuk meminta maaf?

Masih ada hari esok, pikir Zean. Mungkin, cowok itu ingin meminta maaf kepada Arin tepat acara kelulusan atau promnight nanti.

***

A

cara kelulusan di mulai pukul delapan pagi. Zean kini sudah rapi memakai toga. Duduk di barisan paling depan bersama teman sekelasnya.

For You, Ex! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang