17. About The Lingga Family

355 64 6
                                    

Lingga merebahkan tubuhnya di atas  sofa, matanya menatap ke atas, sesekali dia tersenyum. Dia mengusap wajahnya, menurutnya hari ini adalah hari yang paling berkesan dalam hidupnya.

Rangkaian peristiwa dari semesta yang membuatnya kian lebih dekat dengan seseorang yang di kaguminya sejak dua tahun lalu.

BRAK!

Pintu terbuka lebar, pelakunya segera menghampiri Lingga dengan tatapan bengis.

"Gak puas lo ngerebut kebahagiaan gue, hah?!" sentak cowok itu.

Lingga menatapnya malas."Lo enggak tau cerita sebenarnya,"

"Gue gak peduli,"

BUGH!

Lingga kemudian mengusap sudut bibirnya, sorot matanya berubah menjadi dendam.

"Dev, kita selesaikan ini dengan baik - baik,"

"Gue gak mau!"

"Lo pikir gue mau hidup di asing kan seperti ini? Jauh dari keluarga, gak di anggap sebagai anak. Bahkan kakak gue udah gak peduliin gue. Lo pikir gue mau? Lo mah enak, masih bisa ngerasain kasih sayang keluarga. Asal lo tau, Dev. Gue iri banget sama lo!" ujar Lingga yang terdengar parau.

"Tapi gara - gara lo dan nyokap lo yang jalang itu---"

BUGH!

BUGH!

BUGH!

Lingga memukul cowok itu dengan brutal. Ia sangat tidak terima jika Ibunya di hina.

"Lo boleh ngehina gue! Tapi jangan ngehina orangtua gue, anjing lo!" ia mencengkram kerah baju cowok di hadapannya.

"Tapi emang benar kan?"

BUGH!

Sebuah pukulan penutup, lalu Lingga duduk di atas sofa dan di ikuti olehnya.

"Sorry,"

"Lo gak akan pernah tau rasanya jadi gue, Deva. Gak pernah ngerasain kasih sayang dari mereka dan di benci sama saudara sendiri. Gue bener - bener ngerasa kayak sampah!"

Deva menunduk merasa bersalah."Gue gak tau apa - apa, sorry."

"Dan asal lo tau, yang jalang itu bukan nyokap gue, tapi nyokap lo,"

Raut wajah Deva seketika berubah."Jangan ngaco lo,"

Akhirnya, mau tak mau Lingga menceritakan semuanya kepada Deva.

"Jadi sebenarnya kita saudaraan?"

"Nyokap lo udah mempengaruhi lo sejauh mana?"

*********

Usai pulang dari apartemen Lingga, Deva langsung menghampiri Mamahnya yang berada di dalam kamar.

"Eh, Zean kamu udah pulang? Habis dari mana kamu sayang?" tanyanya sambil mengelus rambut anaknya.

Ya, dia Zean Madeva. Cowok itu menepis kasar tangan Mamahnya.

"Gak usah sok perhatian, Mah. Aku udah tau semuanya!"

"Tau apa? Mamah bingung,"

"Kenapa Mamah bilangnya Tante Hera itu yang jalang dan mau ngerebut kebahagiaan Mamah, tapi bukannya sebaliknya ya, Mah?" tanya Zean.

Fita--Mamah Zean langsung terkejut mendengar penuturan dari anaknya.

"Nak, itu semua enggak bener. Kamu salah paham, kamu pasti di pengaruhi oleh 'anak' itu?" kata 'anak' yang Fita maksud adalah Lingga.

"Gak usah bohong. Kok Mamah tega sih misahin seorang anak sama Papahnya, udah gitu Mamah ngomong ke Papah kalo Lingga bukan anaknya? Mamah bener - bener  udah gila,"

"Jaga bicara kamu!"

"Motif Mamah apa sih ngelakuin ini semua, hah? Mamah seolah - seolah ngerasa paling tersakiti, tapi Mamah gak nyadar kalo pernah menyakiti hati sesama perempuan."

author bilek : Zean gak ngaca, hahaha

"Karena Mamah iri sama Hera, punya suami yang baik dan pengertian, dan Mamah waktu itu masih trauma sama masa lalu Mamah,"

Zean menatap Mamahnya tidak percaya, ia benar - benat kecewa padanya."Alasan Mamah gak masuk akal sama sekali,"

"Zean, Mamah minta maaf."

"Aku bakal bilang ke Papah supaya cepet - cepet Tes DNA sama Lingga, biar semuanya kebongkar," ancam Zean kemudian meninggalkan Mamahnya sendiri.

Lalu, ia menuruni tangga dan menghampiri adik perempuannya yang bermain dengan wajah lesu.

"Lho? Chika kenapa?" tanya Zean.

Gadis berusia enam tahunan ini menunduk."Chika kangen sama Kak Naya,"

Zean terdiam, rasanya tidak mungkin kalau adiknya harus bertemu dengan Arin yang kini notabennya adalah mantan kekasihnya.

"Dia lagi sibuk belajar, Chika. Lain kali aja ya,"

"Coba abang telepon, kali aja di angkat. Ayo abang," pinta Chika.

Zean menghela napasnya, sepertinya ia harus jujur."Abang sekarang udah enggak temenan lagi sama Kak Naya, jadi Chika harus ngerti ya,"

Mata Chika berkaca - kaca."Abang kok gitu sih? Padahal Kak Naya itu baik banget, pasti abang jahatin Kak Naya dan Kak Naya gak mau temenan lagi sama abang, padahal Chika pengen main masak - masakkan sama Kak Naya,"

Iya, maafin abang, batin Zean.

"Chika main sendiri aja ya,"

"Gak mau abang," rengek Chika.

Zean mencari cara,"Mmm, atau gini. Chika main sama temen abang yang satunya gimana?"

"siapa namanya?

"Kak Cia, mau?" semoga saja Chika mau berteman dengan kekasihnya kini, Alecia.

"Mau mau,"

Selang beberapa menit setelah menyuruh Alecia datang kesini, Alecia tiba dan di sambut hangat oleh Zean.

"Halo, nama kamu siapa?"

"Nama aku Chika,"

"Namanya cantik banget kaya orangnya," puji Alecia.

"Kak, main masak - masak 'an sama aku yuk,"

Alecia tersenyum paksa,"Zean kok? Katanya ada hal penting,"

"Ini hal pentingnya,"

"Anying," umpat Alecia dalam hati.

Dengan semangat sekali, Chika memainkan semua alat masak - masakkan. Namun wajahnya kini cemberut karena Alecia fokus bermain ponselnya.

"Kak Cia enggak asik, masa aku di cuekin mulu sih,"

"Aduh sayang, Kak Cia gak bisa main ini. Kakak lagi sibuk,"

Chika menunduk,"Lebih asik main sama Kak Naya, dia mah seru. Orangnya baik banget, gak kaya Kak Cia mukanya judes!"

Mata Alecia melolot kaget,"Sembarangan lo bocil!"

"Abang! Kak Cia mah galak! Chika gak suka huaa!"

*********

mau konflik part berapa ni?

pokoknya jngn lupa suport aku terus dg cara flw, komen serta vote yaa!!

see u

For You, Ex! [END]Where stories live. Discover now