30. Tokoh Di Masa Lalu

285 63 2
                                    

Aku masih menatap ke bawah, tirai jendela ku tutup. Aku tak mau melihat wajah sosok di masa lalu. Ini adalah cara untuk berdamai dengan diri sendiri tanpa melibatkan siapapun.

Pintu kamarku terbuka, menampilkan Ibu dengan balutan daster motif bunga - bunga.

"Ada temanmu di bawah, turun gih." kata Ibu.

"Zean kan, bu? Arin males ah mau ngerjain tugas," alibiku.

Ibu menghampiriku dan mengelus rambutku.

"Ibu tau perasaan kamu saat ini, bukannya kalian udah putus lama kan? Kenapa nggak temenan aja sih?" tanyanya.

"Gak bakal bisa, Ibu."

"Lho, kenapa? Ayah sama Ibu dulu juga gitu kok sama kayak kalian. Kami berdua putus, lalu setelah beberapa tahun kami bertemu lagi dengan versi yang lebih dewasa, kami berteman lumayan lama waktu itu. Terus memutuskan untuk menikah," Ibu mengikat rambutku,"Intinya ya, Rin. Kalo emang jodoh dan di takdirin buat kita, pasti orang itu bakal balik lagi," lanjutnya.

Apa benar yang di katakan Ibu?

"Tapi, aku udah ada penggantinya,"

"Ibu nggak percaya. Meskipun ada percaya deh, itu nggak akan bertahan lama,"

"Kok gitu sih, Bu?" kesalku.

"Hey, Ibu bercanda sayang. Kok kita malah ngobrol? Ayo turun,"

"Gak ah, Bu.."

"Selesaikan masalalu kamu, baru kamu bisa memulai masa depan tanpa ada perasaan yang mengganggu pikiran kamu,"

"Tapi, Bu..."

"Ayo turun."

Dengan langkah malas, aku menuruni tangga dan terkejut ketika melihat Zean yang kini sangat akrab dengan Ayah. Kenapa mereka sedekat ini?

"Lama amat, Rin?" ledek Ayah.

"Apa sih, Yah."

"Haii," dia menyapaku.

Aku tersenyum kikuk menanggapi.

Ayah memandang kami secara bergantian."Kalian kayak baru kenal aja, canggung banget."

"Udah lama nggak ketemu, Om."

"Begitu kah? Oke, saya tinggal ya biar bisa bebas ngobrolnya,"

Aku mendengus. Dan tinggallah kita berdua di sini, BERDUA. Gila sih, kenapa hal ini bisa terjadi?

"Lo sejak kapan akrab sama bokap gue?!" tanyaku kesal.

"Gak usah galak - galak,"

"Gue kesel sama lo, ngapain sih ke sini segala. Gak penting,"

Dia menunduk."Sorry,"

"Eh? Gue salah bicara ya? Ummm..."

"Gak sih,"

"Dih aneh banget,"

Keheningan tercipta beberapa saat.

"Nay..."

Panggilan nama itu lagi dari orang yang sama. Suara yang dulu selalu aku rindukan. Entah mengapa, aku merasa sedikit ada getaran di dalam hatiku. Apa ini?

"Jangan panggil gue Naya, please..."

"Oke, maaf." Dia menarik napasnya."Kenapa lo selalu menghindar? Bukannya dulu kita saling menyayangi?"

Aku menahan rasa nyeri yang tiba -tiba menghampiri.

"Emm, itu dulu. Tuhan pandai membolak - balikkan hati hambanya. Inget, Ze. Sekarang sama dulu itu berbeda, sangat berbeda. Keadaan udah berubah," balasku pelan.

"Berbeda?"

Aku mengangguk."Iya berbeda, arah dan tujuan kita sudah tidak sama lagi. Kita saling bertolak belakang."

Dia merenungi semua perkataanku. Lalu dia berkata."Jadi lo udah move on sama gue?" tanyanya sambil melirikku.

Pertanyaan macam apa ini?

"Kalo iya emang kenapa?" tanyaku balik.

Dia tersenyum seperti terpaksa.

"Terus, lo beneran suka sama saudara gue?"

"Hah? Emang lo punya saudara?" tanyaku kaget.

"Lingga,"

Aku seketika terdiam ketika Zean membicarakan hal tentang Lingga.

"Kok diem?"

Kemudian dia terkekeh kecil."Oh iya, gue datang ke sini cuma mau minta maaf doang kok, lo tenang aja. Gue nyesel ninggalin lo waktu itu, tapi gue tau kalo di hati lo udah nggak ada nama gue lagi,"

"Nama lo masih ada, di ruang hati yang takkan pernah di gantikan oleh siapapun," batinku, ingin sekali aku ingin berteriak di depan wajahnya, tapi ya...

"Dan satu lagi, kebahagiaan lo ada di tangan lo. Gue ikhlas kok kalo lo jadian sama Lingga. Gue emang cowok brengsek ya? Gue nggak pantes dapetin hati lo lagi...maaf Arin....."

Entah mengapa sangat mendengar hal itu dadaku merasa sesak.

"Zean..." mataku berkaca - kaca. Bukan karena apa, tapi kenapa dia sangat merasa bersalah lagi dan  permintaan maafnya kali ini benar - benar tulus.

"Gue gapapa kalo lo gak maafin gue, yang penting gue lega ngungkapin ini semua. Setelah sekian lama akhirnya kita bisa ngobrol kayak gini lagi," katanya.

"Gue maafin lo kok,"

"Dulu gue jahat banget ya sama lo? Sekarang apa yang lo rasain dulu gue paham. Pesan dari gue jangan terlalu cinta sama seseorang lagi setelah gue ya? Semoga nanti kita bertemu lagi di versi yang lebih baik lagi,"

**********

gimana perasaan kalian pas baca cerita ini? komen dong!!

update kpn lagi nih?

see u.

For You, Ex! [END]Where stories live. Discover now