28. Merenggang

284 57 0
                                    

Perasaanku benar - benar gelisah, pikiranku hanya tertuju kepada Lingga. Sudah tiga hari ia tidak berangkat ke sekolah dan sama sekali tidak mengirimiku pesan. Tunggu - tunggu, padahal aku bukan siapa - siapanya bukan? Tapi rasanya seperti ada yang kurang ketika dia tidak mengirimiku pesan atau telepon.

Pagi ini aku duduk di Taman Baca bersama Flara yang kini sedang berselfie menggunakan ponsel barunya.

"Lo baca buku nggak niat banget, anjir." Flara memandangku aneh.

"Perasaan gue nggak tenang,"

"Soal Lingga? Atau...Zean?" tanya Flara.

Aku mendelik."Kok bawa - bawa Zean sih? Gak ada sangkut pautnya ya,"

"Oh, udah move on, nih." ledek Flara.

"Apa sih,"

"Ya udah, kenapa - kenapa?"

"Lingga sekarang beda, dia udah nggak hubungin gue lagi,"

Flara menghela napas."Positif thinking  aja, mungkin dia lagi sakit, kan tiga hari ini dia gak masuk."

"Ya seenggaknya kabarin gue, Fla."

"Lo udah buka hati buat dia makanya lo jadi gini?"

"Gue masih ragu sih sebenarnya,"

Flara menepuk dahinya."Jangan kebanyakan ragu, Rin. Nanti berakhir pilu."

"Gue takut, gue takut ngecewain dia."

"Masalahnya?"

"Hati gue, nggak tau siapa pemiliknya.''

"Kalian berdua beneran nggak ada masalah?"

Aku mengendikkan bahu."Gak ada sih kayaknya,"

"Terakhir komunikasi kapan?"

"Empat hari lalu,"

"Saran gue sih, temui dia. Dan tanya dia secara baik - baik kenapa nggak hubungin lo,"

***********

Lingga melampiaskan semua amarahnya dengan memukuli samsak yang menggantung di ruangan khusus untuk berolahraga di dalam apartemen. Dia sampai tidak memperdulikan kedua tangannya yang sudah memerah karena tidak menggunakan sarung tangan.

Derai keringat sudah membasahi tubuhnya, Lingga bersimpuh di lantai. Merenung lama, dan keheningan terganggu ketika suara bel yang berkali - kali membuatnya mendesah kesal.

Dia langsung menuju ke arah pintu apartemen dan membukanya. Lingga terkejut ketika melihat gadis yang ada di hadapannya, dia Arin.

Tangannya hendak menutup pintu kembali, tanpa mempersilahkan Arin masuk tetapi langsung di cegah oleh Arin.

"Jangan, gue mohon."

Helaan napas pasrah terdengar, Lingga kemudian mempersilahkan Arin duduk.

Sudah tiga puluh menitan, dua insan itu sama - sama tidak membuka suara. Hanya keheningan yang melanda.

"Ngga..." panggil Arin.

Dia masih diam.

"Gue--"

"Apa tujuan lo ke sini?" tanya Lingga dingin.

Mata Arin langsung tertuju ke kedua telapak tangan Lingga yang kini mengeluarkan darah.

"Tangan lo kenapa?"

"Gak usah ngalihin topik," ketusnya.

Arin menggeleng tidak percaya."Lo berubah, kenapa lo nggak hubungin gue lagi?"

"Emang sepenting itu? Kita kan nggak ada hubungan apa - apa, buat apa gue hubungin lo?" cueknya.

Kenapa ketika Arin mendengarnya, terasa begitu sakit? Padahal, kenyataannya memang demikian.

"Ngga..."

"Kalo nggak penting, mending lo bisa pergi sekarang."

"Tangan lo..."

Lingga menatap Arin secara intens."Stop khawatirin gue, gue cowok biasa. Bisa jatuh cinta dengan mudahnya dan kecewa secara bersamaan."

"Maksud lo?.." tanya  Arin bingung.

"Cewek emang nggak peka ya, tapi minta di peka-in sama cowok, heran."

"Lo ngomong apa sih?"

"Gue merasa perasaan gue di permainkan sama lo,"

"Ya apa? Gue nggak paham maksud lo,"

"Lo bikin gue kecewa," Lingga menunduk."Lo tau? gue baru pertama kali jatuh cinta sama cewek, dan itu lo. Tapi lo juga yang bikin gue kecewa. Lo nyuruh gue jemput di gramedia waktu sampe gue hujan - hujanan nungguin lo, tapi lo malah boongin gue,"

"Hah? Gue nggak nyuruh lo jemput---"

"Ini apa?" Lingga menyerahkan ponselnya dan memperlihatkan chatannya.

Otak Arin langsung berpikir keras, padahal ia sama sekali tidak mengirimkan pesan seperti itu.

"Itu bukan gue, Ngga. Gue minta maaf banget udah bikin hujan - hujan, tapi yang jelas gue nggak nyuruh lo jemput gue,"

"Mending lo pergi,"

"Tapi Ngga--"

"Pergi."

"Oke," Dengan mata yang berkaca - kaca, ia memutuskan untuk pergi.

Setelah kejadian itu, keadaan sudah tak lagi sama.   Perasaan Lingga di penuhi rasa bersalah serta kecewa sedangkan Arin dia masih bingung dengan perasaannya sendiri. Hubungan mereka berdua, kini merenggang.

***********

Tbc.

maaf ya telat update, soalnya sibuk hehe.

jangan lupa vote, see u!

For You, Ex! [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora