42. Isi Hati Zean

295 67 8
                                    

"Katanya, kalo belum selesai sama masa lalu, jangan pernah memulai lembaran baru."

*********

Di bawah atap gubuk yang biasa di sebut 'wargub' oleh sekumpulan cowok yang kini sedang bermain kartu, ada juga yang merokok, bermain gitar, dan lain sebagainya. Tempatnya yang luas, di tambah aneka makanan dan minuman yang di sediakan membuat tempat ini menjadi tongkrongan bagi kalangan anak muda, termasuk Zean dan temannya.

Zean melangkah masuk, membuat atensi menatap ke arahnya."Udah lama lo nggak ikut ke sini, Ze." tutur Arka di meja paling pojok, kakak kelasnya waktu SMP. Dia memang satu tongkrongan dengan Zean dan yang lainnya.

"Sibuk dia, Ar. Mau jadi anak indihome dia." kata Arvan dengan nada mengejek.

Zean menatap Arvan tajam."Gue ke sini juga di paksa dua anak tengil ini." ujarnya lalu duduk di sebelah Amir.

"Sepi tongkrongan ini kalo nggak ada lo." kata Arvan.

"Se-berpengaruh itu? Jangan berlebihan." jawab Zean terkesan cuek.

"Mau ngerokok nggak, Ze? Gue yang traktir, duit gue banyak." sombong Amir sambil memetik gitar.

"Halah, karena menang lotre aja bangga."

"Ya gapapa, lo iri kan? Oh ya, mau nggak Ze?" tanya Amir.

Zean menggeleng singkat, dia menyenderkan punggungnya di dinding.

"Gue udah nggak ngerokok lagi."

Amir dan Arvan saling tatap, tak percaya.

"Sejak kapan? Alasannya apa?"

"Udah lumayan lama,"

"Yaudah, Mir. Lo traktir gue aja." sahut Arvan.

"Gak ah, lo nggak pernah traktir gue soalnya."

"Anak anjing."

"Dih apasi babi, sok kenal."

Zean menatap datar dua manusia itu."Tujuan lo berdua ngajak gue ke sini tuh apa?"

"Gue mau ngajak lo ngamen di lampu merah Ze, lumayan uangnya bisa buat ngedate sama ayang." jawab Arvan.

"Emang lo punya ayang?" ledek Amir.

"Lo ayang gue,"

Mata Amir langsung melotot."Najis gue di sukain spesies babi kaya lo. Kita itu sejenis bego." ucapnya.

"Gue bercanda anjir, gue juga ogah sama modelan kayak lo."

"Gue masih punya uang buat bisa ngedate, mau gue transfer buat lo berdua?"

"Uh! Sombongnya!"

"Gue lupa kalo punya temen sultan,"

"Gue ke Mba Fera dulu ya, mau beli gorengan sama minumnya," ucap Amir beranjak dari duduknya. Gitarnya ia serahkan ke Arvan.

"Gue titip rokok, lo yang bayar tapi."

For You, Ex! [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt