31. Patah Hati Kedua Kalinya

290 58 1
                                    

'semuanya cowo sama saja'

*********

Aku memandang kepergian Zean, terdapat secuil rasa tidak rela muncul dalam hatiku. Menghela napas sejenak, lalu berbalik badan terlihat Ibu yang sedang menatapku.

"Mukanya kok muram gitu? Ada apa?"

Tanpa aba - aba, aku langsung memeluk Ibu.

Kemudian Ibu mengajakku duduk, dia mengelus punggungku dengan penuh kasih sayang.

"Tanya betul - betul pada hati kamu, jangan sampai kamu salah pilih. Nanti akan ada dua orang yang kamu rugikan dan kamu sakiti walau tidak secara langsung," ujar Ibu.

"Caranya..?"

"Pahami diri sendiri dulu, coba. Pelan - pelan,"

*********

Sudah beberapa kali pertemuan di minggu ini, aku sama sekali tidak bertemu dengan Zean. Kemana dia? Bukannya dia itu sangat rajin dan bersemangat kalau menyangkut soal pramuka?

Aku langsung mengusir pertanyaan itu jauh - jauh. Tidak penting untuk memikirkan dia lagi, yang harus ku pikirkan adalah  bagaimana aku bisa baikan dengan Lingga.

"Setelah sekian lama gue memendam perasaan ini, akhirnya gue punya keberanian buat ngungkapin perasaan ini ke lo,"

Suara yang tidak asing bagiku, samar - samar yang sepertinya berasal dari perpustakaan.

"Gue suka sama lo dari kepribadian lo yang unik, dan beda dari cewek lainnya. Lo itu perfect menurut gue, lo mau  jadi pacar gue?"

Aku mengintip dari celah pintu, dan menatap kaget. Itu suara Lingga, dan lawan bicaranya adalah....Nata?

Nata.

Mataku  memanas, karena saking syok-nya, aku tidak sengaja menyenggol sapu lantai pada saat berlari meninggalkan tempat ini.

*********

Lingga berada di perpustakaan bersama dengan Nata, sahabat kecilnya dulu. Setelah sekian lama akhirnya mereka bertemu lagi.

"Dari dulu lo gak ada bedanya, ya." kata Nata sambil tersenyum ke arah Lingga.

Lingga menutup buku yang sedang di baca."Apanya? Gantengnya?"

"Beda banget kalo di kelas, jangan cuek - cuek lah, Ngga, kalo di kelas,"

"Dih, terserah."

Mata Lingga langsung tertuju pada pergelangan tangan Nata.

"Lo masih ngelakuin ini?"

Raut wajah Nata seketika berubah, dia mengangguk ragu.

"Cuma hal ini yang bikin gue tenang, setelah ortu gue misahin kita empat tahun lalu, gue nggak punya rumah untuk pulang. Gak ada tempat buat gue ngadu..."

"Tapi ini salah, Ta. Gak seharusnya lo nyakitin diri sendiri,"

"Gapapa, gue strong kok. Katanya lo lagi deket sama cewek ya? Ciee..Ciee,"

"Jangan ngalihin pembicaraan,"

"Udah di tembak belum?"

"Belum, lagi sedikit ada masalah gue sama dia,"

Nata langsung kepikiran soal kejadian beberapa waktu lalu. Ah, sudahlah.

"Selesai-in, jangan malah ngehindar. Kalo lo kaya gini, bakal rumit masalahnya, terus jadiannya  bakal lama lagi,"

"Hmm,"

"Udah siapin kata-katanya?" tanya Nata membuat Lingga mengangguk.

"Gue coba praktekin ke lo ya? Nanti kalo ada yang kurang bilang,"

"Oke,"

Lingga menarik napasnya,"Setelah sekian lama memendam perasaan ini, akhirnya gue punya keberanian ngungkapin perasaan ini ke lo."

"Gue suka sama lo dari kepribadian lo yang unik, dan beda dari cewek lainnya. Lo itu perfect menurut gue, lo mau jadi pacar gue?"

BRUGH

Suara seperti benda jatuh dari luar membuat keduanya kaget. Lingga sempat menangkap seorang gadis yang berlari. Apa jangan - jangan dia..Arin?

Firasatnya menjadi tidak enak, cepat - cepat Lingga langsung menyusul kemana gadis itu pergi.

Dan benar, dia Arin. Tangan Lingga semakin panas dingin ketika menemui Arin yang berada di dalam kelas yang sepi.

"Lo tadi denger ucapan gue di perpus?"

"Dasar cowok brengsek," desis Arin seraya mengusap air matanya.

"Lo nggak tau yang sebenarnya Arin, ucapan gue itu nggak bener--"

"Oh iya? Kayaknya lo ngucapinnya yakin banget, masa nggak bener."

"Maaf, tapi lo cuma denger setengahnya, gue cuma----"

"Gak usah ngeles ya, lo. Harusnya gue nggak usah buka hati buat cowok kaya lo! Lo udah berhasil bikin gue suka balik sama lo, tapi apa?!"

"Rin, lo...?" tanya Lingga tak percaya.

Untung saja di kelas sepi, jadi Arin tidak begitu malu.

"Gue nyesel, Ngga.."

"Tapi gue---"

"Apapun itu, semua cowok sama aja!" teriak Arin yang hendak pergi namun langsung di tarik Lingga ke dalam pelukan.

"Salah paham mulu, heran.."

"Lepas, Ngga..."

"Gue tau lo cemburu. Satu hal yang harus lo inget, gue itu cuma cinta sama lo. Gak ada orang lain yang bisa bikin gue secinta ini sama cewek. Itu cuma lo, Arinaya Shauka." bisik Lingga.

"Tapi, soal di perpus..."

"Nata itu sahabat gue waktu awal smp, jadi lo jangan cemburu. Gue nggak ada apa - apa sama dia. Dan, waktu di perpus tadi gue cuma latian buat nembak lo lewat Nata. Jadi..lo jangan salah paham lagi, oke?" ujar Lingga.

Demi apapun, Arin benar - benar malu. Rasanya ia ingin menghilang saja.

******
tbc

For You, Ex! [END]Where stories live. Discover now