6. Harus Bisa Menerima Kenyataan

544 104 12
                                    

Pada kenyataannya kita sudah benar-benar selesai. Dari segala cerita yang pernah di buat. Hanya saja hingga saat ini aku belum mampu melepaskanmu.
-ayy.

**********

Hari ini, cuacanya sangat panas sekali. Aku kini sedang menjalani hukuman dari Bu Wina karena lupa mengerjakan tugas. Bulir demi bulir keringat membasahi pelipisku, sudah sepuluh menitan aku menyapu lapangan sekolah tapi Bu Wina belum juga menyudahi hukumanku.

Tiba - tiba Alecia datang menghampiriku sambil melipat tangannya di depan dada.

"Oh ini mantannya Kak Zean? Kenalin gue pacarnya sekarang, Alecia. Panggil aja Cia." cewek itu mengulurkan tangannya padaku namun aku tidak menggubrisnya.

"Belagu amat sih lo! Pantes aja Kak Zean mutusin lo, kan lo jelek. Udah jelek, miskin lagi," ujarnya dengan di akhiri tawa yang terdengar mengejek.

Aku masih diam, sebenarnya aku malas sekali meladeni adik kelas modelan seperti ini.

"Perlu kaca?"

Ucapku tiba - tiba membuat Alecia merenggut kesal. Kemudian dia menendang tumpukkan daun yang sudah ku kumpulkan susah payah untuk di buang.

"Lo kurang ajar banget!" kesalku.

"Bodo amat, modal pinter aja bangga. Eh di hukum lagi," ledek Alecia lagi.

"Daripada lo modal gatel, hm?" tanyaku membuatnya semakin kesal dan hendak menamparku.

Tapi dengan cepat, ada tangan yang menahan tangan Alecia agar tidak mengenai pipiku.

"Pergi nggak lo?" suara berat dan tegas itu membuat Alecia langsung berlari tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

"Lingga?"

"O--oh hai," dia menggaruk tengkuknya.

"Terima kasih ya buat yang tadi,"

Lingga hanya mengangguk. Cowok itu kemudian menatapku.

"Mending lo duduk di sana aja, biar gue aja yang lanjutin nyapu," ujar Lingga.

"Gak perlu, Ga. Ini hukuman gue, jadi gue aja yang jalanin," tolakku.

"Lo keliatannya udah cape, Rin. Mending lo duduk,"

"Tapi--"

"Udah, lo nurut aja,"

Aku hanya mengangguk pasrah. Tunggu - tunggu, kenapa Lingga tiba - tiba baik padaku? Bukannya dia tipikal cowok cuek yang jarang berinteraksi dengan lawan jenisnya? Dan kenapa aku dengan pasrah menerima bantuannya?

************

Aku berjalan sejajar dengan Lingga. Tanpa obrolan apapun, kami berdua hendak menuju ke kelas. Semua mata tertuju pada kita berdua, padahal tidak ada anehnya kan?

Di kelas pun sama, aku memilih duduk di bangku-ku sedangkan Lingga duduk di bangkunya.

Deri, teman sekelasku berdiri di depan. Sepertinya dia mau bernyanyi, yang judulnya pasti tengah menyindir seseorang.

"Halo semuanya, gue mau mempersembahkan sebuah lagu yang bakal menyentuh kalbu kalian, hahaha,"

Terluka tapi tak berdarah..
Ajarkan aku cara tuk melupakanmu
Bila membencimu tak pernah cukup 'tuk hilangkan kamu
Ajarkan aku, sebelum merusak kedalam-dalamnya
Sebelum aku trauma mencintai sosok yang baru lagi

Sial, apakah dia sedang menyindirku? Setiap baitnya mempunyai arti yang begitu dalam, dan membuat dadaku sedikit sesak.

Dan ya, meskipun suara Deri terdengar fals tapi makna dari lagu tersebut sangat luar biasa. Air mata yang selama ini ku bendung akhirnya tumpah. Aku segera mengelapnya sebelum teman - teman di kelas melihatnya.

"Keep strong, Arin." ujar Deri di akhir kalimat.

Aku mendongak, jadi...apa semua sudah tau soal putusnya aku dengan Zean?

*************

Sebenarnya, Lingga sudah tau berita ini beberapa hari yang lalu. Harusnya dia senang karena Arin putus dengan pasangannya, karena ia bisa lebih bebas dekat dengan Arin.

Tapi, Lingga juga merasa kasihan kepada Arin. Dirinya harus bisa menerima kenyataan jika Arin hingga kini masih mencintai Zean. Kenyataan pahit memang. Mungkin, Lingga harus menunggu waktu lagi untuk menyatakan cintanya.

Yang membuat Lingga bingung, kenapa Arin bisa secinta itu pada Zean? Apa alasannya?

***********

"Karena cinta enggak butuh alasan, kisah gue sama Zean memang singkat, Kak. Tapi kenangannya begitu membekas," ujarku pada Kak Adya.

"Sok iye lo. Tapi gue agak nggak paham deh, coba jelasin,"

"Kenangan yang paling banyak itu pas kita berdua temenan, kayak happy aja gitu, terus pas awal pdkt dan pdkt-nya lama banget. Pokoknya yang paling membekas itu, cara dia ngedapetin gue, dan cara gue ngedapetin dia itu enggak gampang. Bakalan jadi kenangan terindah, pengalaman, pelajaran, dan enggak akan pernah di lupakan."

Kak Adya menatapku jengah."Gue punya mantan lima enggak pernah tuh ada yang namanya gamon,"

"Kan lo buaya betina,"

"Prinsip gue tuh ya, kalo dia udah nyakitin kita buat apa di tangisin hah? Mending di tinggalin, ikhlasin, terus cari yang baru." kata Kak Adya.

"Tapi dia pernah membuat kita bahagia, gimana, Kak?"

"Suatu saat lo bakal ketemu sama orang yang lebih baik daripada dia, percaya deh sama gue,"

"Tapi gue masih cinta sama dia, Kak.."

"Pikir deh baik - baik, lo sama dia udah enggak ada apa - apa. Lo harus bisa nerima kenyataan itu. Lo ngeharapin dia, tapi dia enggak ngeharapin elo, Rin. Dia aja bisa hidup tanpa lo, masa lo enggak?" tanya Kak Adya.

"Tapi Kak--"

"Lo harus berusaha buat lupain dia,"

*************

gmn part ini? cb komen!!

jgn lupa vote yaa!

see u
-ayy.

For You, Ex! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang