33. Dejàvū

295 59 7
                                    

udah siap baca part ini?

*********

Terkadang aku merasa bersalah kepada Lingga karena Ayahku sama sekali tidak mengizinkanku berhubungan dengannya, dan malah memintaku balikan dengan Zean. Apa - apaan ini?

"Mikirin apa?" tanya Lingga yang membuyarkan lamunanku.

"Gak mikir apa - apa, kok."

"Makasih," ujar Lingga tiba - tiba.

"Hah? Buat apa?"

"Udah mencintai gue apa adanya,"

Aku menanggapinya hanya dengan tersenyum.

"Gue ngerasa jadi orang yang paling beruntung di dunia bisa milikin, elo,"

Kalimat itu...sama persis dengan ucapan Zean kala itu. Hanya saja pengucapannya sedikit berbeda, dan di ucapkan oleh orang yang berbeda pula. Memori itu tiba - tiba berputar lagi di kepalaku.

"Kamu pinter banget, pacar siapa sih?" tanya Zean menggoda.

Pipiku bersemu merah."Pacar kamulah, tapi lebih pinter kamu tau dari aku. Nilai matematika aja tinggian kamu,"

"Kan jurusan kita beda, kamu IPS aku IPA. Tapi kamu juga jago soal ngehafalin sejarah,"

"Enggak kok, biasa aja."

"Apapun itu, intinya aku ngerasa jadi cowok yang paling beruntung di dunia ini karena bisa milikin kamu,"

"Kamu lebay,"

"Tapi kamu sayang kan," Dia merentangkan kedua tangannya, lalu memelukku dengan erat.

Dia mengecup keningku lama,"I love you Naya..."

"Love you to,"

Aku tersenyum kecil mengingat masa itu, walaupun aku sudah melupakannya tapi tetap saja, kenangannya masih ada.

"Arin..?"

Aku langsung tersentak kaget,"Heum?"

"Lo sedikit aneh,"

"Sumpah, gue bener - bener dejavu..." lirihku dalam hati.

"Mau pulang dulu, jangan kangen ya, gadis kecil.." seru Lingga sambil mengedipkan salah satu matanya, benar - benar genit!

"Bye, sayang!"

Apa tadi? Sayang?!!!

Sial, tubuhku sekarang lemas tidak berdaya. Rasanya ingin terbang, menghilang saja.

Ini sungguh tidak baik buat kesehatan jantung aku, maka dari itu aku langsung masuk ke dalam rumah.

*********

Malam ini, aku di suruh Ibu untuk mengantarkan bolu ke rumah tetangga, alias Arsya.

Aku mengetuk pelan pintu yang  berwarna tosca itu. Tak berselang lama, Arsya membukakan pintu dengan tersenyum kecil.

"Tumben kesini?" tanya Arsya.

"Emang nggak boleh?" ujarku sinis.

Aku menyerahkan sebuah kotak yang berisi bolu itu kepada Arsya.

"Nih, dari Ibu."

"Baik banget calon mertua," gumam Arsya yang membuat mataku langsung mendelik.

"Gundulmu calon mertua, gue balik."

Arsya langsung menahanku."Eitss, gimana kalo kita ngopi - ngopi dulu?"

"Kayaknya nggak bisa deh, gue banyak tugas,"

"Ada yang mau gue omongin,"

********

Setelah menyiapkan tempat untuk duduk berupa tikar kecil bermotif anyaman, serta tidak lupa juga dua gelas kopi, dan bolu yang Arin bawa tadi.

"Minum dulu,"

Arin mengangguk, dia menyeruput kopi yang telah Arsya sediakan tadi.

"Apa yang mau di omongin? Soal apa?" tanya Arin penasaran.

"Mantan lo,"

Arin memutar bola matanya malas."Gak penting---"

"Dia saudara Lingga, pacar lo."

"Gue udah tau,"

"Lho?!"

"Gak penting kan? Gue mau pulang,"

Arsya berdecak."Itu cuma bagian awal pembicaraan doang, Rin. Ini intinya yang mau gue omongin sekarang."

"Apa?!"

"Zean udah banyak berubah, gara - gara lo."

"Aduh, Sya. Terus, masalahnya sama gue apa?" tanyaku malas.

"Dengerin dulu," Arsya menarik napas sejenak."Dia sekarang ngerokok, dia seperti bukan Zean yang kita kenal dulu,"

"Nilainya hampir turun drastis, Rin. Elo nggak kasian apa?" tanya Arsya pada Arin yang masih mencerna ucapannya.

Arin masih terdiam.

"Sepertinya Zean sekarang baru sadar, jika dia butuh lo, bukan cewek lain. Lo bawa pengaruh besar tau nggak buat dia,"

"Semua udah terlanjur, Sya. Gue udah pengganti Zean, sorry."

Arsya mengangguk."Gue tau lo udah moveon, tapi lo yakin udah bener - bener moveon dari dia?"

Arin merutuk dalam hati. Sial, kenapa jadi seperti ini? Apa yang harus dirinya lakukan?

"Pikirkan baik - baik ya, Rin. Semoga langkah yang lo ambil nanti, nggak ada orang yang tersakiti." ucapnya sambil mengelus puncak kepalaku.

*********

Aku terbangun dari mimpi yang benar - benar sangat menggelikan. Aku bergidik saat mengingatnya. Masa, aku mimpi berciuman dengan mantan?

Tidak - tidak, semoga saja itu tidak akan pernah terjadi. Gila nggak sih?!

Sambil duduk di tepian kasur, aku merapihkan rambutku yang sedikit berantakan. Tiba - tiba saja, aku tersenyum kecil ketika mengingat awal pdkt-an aku dengan Zean.

Apa yang terjadi pada diriku? Kenapa harus mengingat kenangan itu lagi?

Aku sudah melupakannya, sungguh. Bahkan sekarang aku sudah menemukan seseorang sebagai penggantinya. Tiba - tiba, aku teringat ucapan Arsya semalam membuatku menjadi sedikit ragu serta bimbang dengan semua ini.

*******

jawab dg jujur ya, kalian bosen ga sama cerita ini?

jangan lupa vote, komen, dan share ke teman-temam kalian yaa!

see u.

For You, Ex! [END]Where stories live. Discover now