7. Semesta Punya Cara

515 97 6
                                    

semesta selalu punya cara, untuk membuatku mengingatmu secara tiba - tiba.
-ayy

*************

Libur akhir tahun telah menyapa, aku seharian ini menghabiskan waktuku hanya di kamar saja. Menonton film/ series (indo, luar negeri), membaca novel, mendengarkan musik, rebahan, dan kegiatan yang menurut banyak orang tidak ada faedahnya.

Sejak tanpa ada dirinya, hidupku benar - benar monoton dan sangat freak. Overthinking setiap malam, begadang karena nangisin sesuatu yang tidak penting. Rasanya, aku benar - benar bosan menjalani hidupku yang sama sekali tidak ada kemajuan.

Ingin sekali keluar dari lingkaran hidupku yang biasa ini, dan ingin meninggalkan semua kegiatan buruk itu dan merubah semua gaya hidup.

Sungguh, aku merindukan diriku yang dulu.

**********

Usai jalan - jalan sore mengitari komplek perumahan, aku beristirahat sejenak di sebuah kursi panjang di bawah pohon. Aku menegak air mineral yang aku bawa dari rumah.

Mataku tiba - tiba tertuju pada seorang cowok yang memakai hodie berwarna abu - abu. Dia duduk di sampingku.

"Nama lo siapa?" tanya cowok itu padaku.

Suaranya begitu familiar di telingaku.

"Arinaya," kataku sambil menoleh sekilas kearahnya.

Dia menyunggingkan senyum tipisnya, aku yang  melihatnya hanya bisa merasakan sedikit getaran di dalam hatiku. Dari suaranya, senyumnya, postur tubuhnya, gaya rambutnya benar - benar sangat mirip dengan Zean. Hanya saja, tubuhnya sedikit lebih tinggi di banding Zean. Tetapi tetap saja, mereka adalah dua orang yang berbeda tetapi mempunyai beberapa kemiripan.

"Kenalin, gue Arsya." cowok itu mengulurkan tangannya.

Dengan ragu, aku membalas uluran tangan itu.

"Lo pertama kali ke sini ya? Soalnya gue baru liat lo sore ini," ujar Arsya membuka obrolan.

"Iya,"

"Rumah lo di mana?"

"Pertigaan belok kiri," jawabku seadanya.

"Kita tetanggaan berarti,"

Dia terdiam menatapku dari samping.

Aku memberanikan diri untuk menatapnya. Manik mata itu, sekilas mirip manik mata milik Zean. Entahlah, sudah berapa kemiripan cowok itu dengan Zean, apa jangan - jangan mereka berdua punya hubungan darah?

"Hey, lo kenapa?" tanya Arsya sambil melambaikan tangan di depanku.

"Ah enggak. Tunggu - tunggu, kita tetanggaan? Lo baru pindah rumah di samping rumah gue?"

Dia menggeleng seraya tersenyum kecil."Lo terlalu sibuk les dan belajar terus di rumah sampai - sampai lo nggak pernah keluar rumah,"

"Jadi?"

"Gue udah lama tinggal di samping rumah lo. Lo -nya aja yang nggak nyadar. Bahkan kita satu sekolah,"

"Hah?"

"Nanti gue jelasin lain kali, mendingan kita pulang. Udah mulai sore juga,"

************

Setibanya di kamar, selesai mandi dan mengganti baju, aku duduk di meja belajar. Menatap senja di balik jendela, senja yang kehadirannya cuma sebentar tapi selalu di nantikan oleh banyak orang. Meski sebentar, dia akan memenuhi janjinya dan akan datang lagi di hari berikutnya. Tidak seperti dia.

Aku membuka buku diary-ku, ternyata hanya sisa beberapa lembar yang masih kosong. Lembaran lainnya sudah terisi penuh tentang ungkapan hati, perjalanan kisahku dan dia. Apa mungkin aku harus menyelesaikan ini semua dan berhenti menulis apapun tentang dirinya?

Tidak - tidak. Besok aku harus membeli diary yang baru. Karena, masih banyak yang harus aku ceritakan.

Aku mengambil pulpen yang berwarna biru navy itu, kemudian menulis di atas lembaran yang kosong.

Dear, semesta...

kau yang memaksaku untuk melepaskannya, tapi kau pula yang selalu punya cara untuk mengingatkanku pada dirinya.

aku bertemu dengan seseorang yang sangat mirip dengannya, atau hanya aku yang merasa? Beri aku petunjuk semesta...

apa mungkin ini cuma perasaanku saja karena terlalu merindukannya?

"Lo lagi ngapain?" tanya seseorang yang membuatku terlojak kaget.

Ternyata itu Kak Adya. Aku segera menutup diary-ku dan menghampiri Kak Adya.

"Ada apa, Kak?"

"Besok anterin gue ke toko buku ya, ada tugas dari kampus soalnya,"

"Boleh deh, sekalian mau beli buku diary."

"Udah penuh? Perasaan buku diary lo itu tebal banget deh, kenapa cepet penuh?" tanya Kak Adya keheranan.

"Ada pokoknya,"

Kak Adya memutar bola matanya malas, dia merebahkan tubuhnya di atas kasurku.

"Baru di beresin juga!" omelku.

"Bentar - bentar,"

"Mau tanya, boleh gak?" tanyaku pada Kak Adya.

"Tanya apa? Tips Move-On?" ledeknya.

Aku mendengus sebal."Bukan, lo tau nggak tetangga kita yang rumahnya di samping kita?"

"Yang mana? Si Arsya?"

"Ih, Kakak kenal?"

"Ya kenal lah, dia pernah ke sini nyariin lo pas lo masih di sekolah."

"Seriusan?"

"Emang kenapa? Lo kepincut sama dia? Emang sih dia ganteng, tapi masih gantengan pacar gue."

"Najis,"

"Apapun alasan lo, inget pesan gue baik - baik ya. Jangan pernah menggunakan seserang untuk melupakan seseorang. Selesaikan masa lalu lo dulu, terus buka lembaran baru."

*************

gmn part ini? semoga kalian suka ya!

jgn lupa vote, komen and share ya guys!

thanks, see u

-ayy.

For You, Ex! [END]Where stories live. Discover now