18. Perkemahan Day 1

359 65 5
                                    

kebersamaan kita cuma beberapa bulan saja, tapi kenapa kenangannya begitu terasa?

-Arinaya Shauka.

*********

Suara gemercik hujan dari luar memenuhi indra pendengaranku. Tanganku menopang dagu, bayang - bayang masa lalu itu datang lagi.

Kenapa kenangannya se-membekas ini? sangat terasa sekali, padahal kebersamaan serta yang kenangan yang kita ciptakan hanya beberapa bulan saja.

Aku mengusir isi pikiranku yang mengenai Zean, tapi rasanya begitu sulit. Apalagi jika saat hujan seperti ini, aku benar - benar dejavu. Kembali lagi, aku mengingat jika dulu pernah merasakan rintikkan hujan bersamanya. Menikmati setiap tetesan demi tetesan yang membuat lingkup kenangan. Sekarang, masih di langit yang sama hanya saja aku sudah tidak bersamanya lagi.

Dulu aku pernah berdoa kepada Tuhan supaya kita di persatukan, karena dulu rasanya jika aku memilikimu itu tidak mungkin. Sekarang, aku berdoa kepada Tuhan supaya aku bisa melupakanmu.

Aku melihat screenshoot'an dari Flara yang terkirim beberapa menit yang lalu. Screenshoot'an itu ternyata story di instagram milik Alecia, terlihat Alecia yang sedang bersandar manja di bahu Zean.

Aku harus bisa menerima itu, memang terbilang nyesek. Aku kini tersadar jika, aku bisa bersaing dengan orang yang mencintainya, tapi aku tidak bisa bersaing dengan orang yang di cintainya.

Ada benarnya kata Kak Adya jauh - jauh hari, dia aja bisa hidup tanpa kehadiranku, masa aku terus - terus'an mengharapkan orang yang sama sekali tidak mengharapkanku?

**********

Pukul tujuh pagi, aku dan Zean sudah di dalam mobil kepala sekolah untuk segera berangkat ke bumi perkemahan.

Aku duduk di tengah di antara  Pak Reza--Pembina Pramuka dan Zean. Sebisa mungkin aku bersikap biasa - biasa saja.

"Ini memang bukan kompetensi, cuma kemah setiap setahun sekali aja. Buat menambah ilmu pengetahuan, pengalaman, dan mengajarkan kalian tangguh, disiplin, serta lebih mandiri. Tapi jangan di anggap remeh, kalian harus bisa bekerja sama nantinya, jaga sikap supaya sekolah kita di cap baik oleh sekolah lain. Paham kalian?" jelas Pak Reza.

Aku dan Zean mengangguk paham.

"Kalian masih pacaran 'kan? Semoga kalian bisa bekerja sama ya,"

Zean tersenyum kaku, sepertinya dia enggan untuk menjawab pertanyaan itu.

"Kita udah nggak pacaran lagi, Pak. Tapi kita masih temenan, ya kan, Ze?" aku mengode Zean dengan menyenggol lengannya.

"Ah, iya pak. Kami janji bakal bekerja sama dengan baik, dan akan berusaha semaksimal mungkin," kata Zean sambil menatapku.

"Baguslah kalau begitu,"

Setibanya di bumi perkemahan, semua peserta yang hadir di kumpulkan di sebuah lapangan untuk di beri instruksi dari pembina kemah tahunan ini.

"SEMUANYA SAYA AMBIL ALIH, SIAP GRAAK!"

"ISTIRAHAT DI TEMPAT GRAK!" semuanya sudah berbaris rapi.

"Salam pramuka adik - adik,"

"SALAM!"

"Oke, perkenalkan nama saya Ardian, panggil aja Kak Adi. Saya di sini akan membacakan susunan acara. Hari ini pembuatan tenda yang masing - masing di isi enam orang, tiga laki - laki dan tiga perempuan dan di lanjut dengan ishoma, lalu apel sore sambil di kasih materi. Malamnya pertunjukan seni, setiap sekolah harus mewakilkan salah satu pesertanya untuk menyanyikan sebuah lagu bebas. Setelah itu kita istirahat di tenda masing - masing.

Hari kedua, besok pagi kita akan senam sehat setelah sarapan, lalu akan ada susur hutan yang isi kelompoknya satu tenda tadi. Siangnya ishoma, di lanjut acara memasak yang anggotanya hanya dua orang perkelompok yang satu sekolah. Kemudian sorenya ada permainan pas apel sore. Malamnya itu malam puncak acara pada perkemahan tahun ini yaitu malam api unggun. Kita semua bakal duduk melingkari api unggun, menikmati kehangatan, kebersamaan sekaligus menyanyikan lagu perpisahan.

Dan besoknya, kita upacara perpisahan dan pengumuman, di lanjut pencopotan tenda, lalu kalian bisa pulang ke rumah masing - masing, kalian paham?"

"SIAP, PAHAM KAK!"

Setelah itu Kak Adi kembali membacakan peraturan, kemudian kami semua mulai membangun tenda.

"Kenalin nama gue Yura, salam kenal." dia tersenyum ramah ke arahku sambil mengulurkan sebuah tangan.

"Oh hai, gue Arin." balasku sambil tersenyum."Nama lo siapa?" tanyaku kepada gadis yang sedang menyapu di area dekat tenda.

"Leisha." singkat, padat, dan jelas.

Sepertinya dia tipe cewek cuek yang jarang bicara, mukanya saja begitu datar tidak seperti Yura. Dia keliatan ramah, serta baik, tapi aku tidak bisa menilai orang dari covernya saja.

Tenda berwarna ungu berukuran besar itu akhirnya berdiri, itu berkat Zean dan dua cowok yang namanya saja aku tidak tahu.


"Woi ciwi - ciwi, sini kenalan." seru salah satu cowok di sana.

Aku menghampiri mereka untuk menanyakan tugas masing - masing.

"Lo Arin 'kan? Kenalin gue Fadly partnernya Yura, eh enggak gue calon mantu bapaknya Yura." ceplos Fadly membuatku tertawa sesaat.

"Bapak gue emang mau punya mantu stress kayak lo?!" sewot Yura sambil menampol kepalan Fadly.

"Aw, beib. Sakit,"

"Beib matamu!"

Aku memandang Fadly."Kok lo bisa tau nama gue?"

"Oh itu, Zean yang cerita." orang yang di sebut namanya itu mengalihkan pandangan.

"Kenalkan, saya Ibra." cowok berkaca mata itu tersenyum tipis tanpa mengulurkan tangan.

"Arin," tanggapku.

Tiba - tiba, Leisha datang membawa dua ember hitam."Kalian para cowok, ambil air di sungai sana. Nih embernya, yang gak kebagian ambil galon kosong di belakang. Tugas para cewek nyari kayu buat masak,"

"Sekarang? Tapi kita belum kenalan," protes Fadly.

"Gak penting. Ambil air lebih penting. Cepet sana!"

Mereka bertiga berdiri, melaksanakan apa yang Leisha katakan.

"Keren lo, Lei." puji Yura.

"Caca, panggil gue Caca aja," ralat Leisha eh Caca.

"Gue kira lo orangnya judes, ternyata keren,"

"Daripada muji gue mulu mending kita cari ranting kayu buat masak,"

**********

gimana part ini? komen dong!

terima kasih buat kalian yg sudah membaca<3

jangan lupa vote, and follow akun wattpad aku ya!

share juga cerita ini ke teman - teman kalian?

see u

For You, Ex! [END]Where stories live. Discover now