Chapter 81

415 62 0
                                    

Erreta sedang dalam kondisi yang tidak baik, setelah terkena gelombang misterius secara terus menerus, kondisinya sangat memburuk. Satu lengannya telah putus, keretakan dan patah tulang dapat dirasakan pada seluruh tubuhnya.

Sementara itu kondisi kedua Jendral tidak lebih buruk dari Erreta namun mereka masih terus bertarung melawan Barendoz yang entah mengapa semakin kuat.

Beberapa waktu yang lalu sebuah asap gelap yang besar masuk ke dalam tubuh Barendoz membuat keberadaannya semakin kuat. Bahkan energi yang dilepaskan Barendoz kini dapat dirasakan menjadi lebih kuat dari pada sebelumnya.

Namun, itu tidak dapat dilihat bahwa Barendoz terlihat demikian. Efek dari kemampuan Barendoz sebelumnya memiliki efek lebih buruk untuk tubuhnya bahkan skenario terburuknya adalah kematian dirinya sendiri.

Ia menggunakan seluruh sihir miliknya untuk menarik energi gelap dalam jangkauan yang sangat besar. Melihat kekuatan Barendoz yang sekarang mungkin ia hanya bisa bertahan hingga beberapa menit.

"Ini akhir bagiku… Namun ini adalah awal untuk mereka." Barendoz menyeringai kemudian rasa sakit mulai ia rasakan dan darah mulai mengalir keluar dari sudut bibirnya.

Bahkan jika ini adalah akhir bagi Barendoz, ia tidak mungkin membiarkan tiga manusia ini selamat.

'Benar, bukankah akan lebih seru jika melepaskan semuanya... Untuk terakhir kalinya...' Wajah Barendoz menunjukan ekspresi menyeramkan kemudian dua pasang lengan raksasa muncul tepat di bagian punggung Barendoz.

Keempat lengan bayangan tersebut memegang sebuah pedang pada masing-masing lengannya, namun keadaan Barendoz sendiri telah berubah.

Darah keluar di sudut bibirnya, kedua matanya berwarna merah terang dan kulit dan otot Barendoz semakin mengencang dan membesar.

Ia dan keenam senjatanya mulai mendekat dengan cepat dan benturan pedang antara Barendoz dengan kedua jendral kembali terjadi.

Terlihat sangat jelas bahwa kedua Jendral telah di ambang batas. Namun, tanggung jawab membawa mereka untuk terus bertarung apapun resikonya.

Seni pedang Kordinius yang di anggap terbaik bahkan tidak bisa menahan semua serangan yang di berikan oleh Barendoz. Namun reflek berhasil meminimalkan kerusakan pada tubuhnya.

Disisi lain pedang biru dan dingin Orsen hanya bisa bertahan melawan hantaman pedang berkelanjutan, namun meskipun begitu aura biru berskala kecil terus melindungi Orsen dari bebagai serangan yang di berikan Barendoz.

Kordinius dan Orsen saling menatap kemudian keduanya mengangguk. Barendoz yang saat itu hanya memperhatikan tersenyum jahat seolah-olah ia mengerti apa yang mereka berdua rencanakan.

'Apapun itu, datanglah!..'

Barendoz telah siap untuk rencana apapun. Fakta bahwa ia telah menggunakan kemampuan ini ia telah siap dengan skenario apapun yang menjadi akhir. Namun ia ingin meminimalkan itu setidaknya setelah dua gangguan ini menghilang ia bisa melepas mode ini dan masih bisa bertahan hidup.

Meskipun hasil akhirnya tidak berubah, rencana yang selama ini ia jalankan berhasil dengan mulus.

Hanya saja tekad kedua manusia ini kuat. Barendoz memperhatikan salah satu dari mereka yang mulai mengambil jarak dengannya namun Barendoz hanya tersenyum melihat itu.

Keenam lengannya kini hanya fokus kepada Kordinius, sementara Orsen menjalankan rencana dengan terus menyerang Barendoz dari jarak aman.

Akan tetapi itu bukan hal yang efektif, Barendoz mengabaikan serangan Magic Swordman itu dari jarak jauh hanya untuk terus memukul mundur Kordinius.

Destiny of Glory : The Beginning [END]Where stories live. Discover now