Chapter 65

483 77 3
                                    

‘’Art terus memperhatikan para prajurit itu. Mereka kini telah mulai masuk kedalam gerbang dan melakukan pertarungan kecil melawan Demon Soldier.

Art masih diam di tempatnya, ia masih menunggu saat yang tepat untuk ikut masuk bersama para Black Chaos Lion.

Tentu saja saat ini masih tidak tepat. Art berniat untuk menjalankan rencananya jika para prajurit itu telah masuk cukup dalam. Sambil menunggu saat yang tepat, Art akan mencoba memanggil para Black Chaos Lion dengan meniup Black Chaos Lion's Horn, sebuah item khusus yang didapatkan jika seseorang berhasil membuat monster menjadi bawahannya.

Preeetttt…

'Apa-apaan suara terompet ini.'

Art mengerutkan dahinya saat mendengar suara terompet itu. Benar, suara terompet itu terdengar seperti… sudahlah. Bersamaan dengan itu lusinan Black Chaos Lion muncul dihadapan Art secara instan.

Itu adalah saat ketika Art kembali merasa tidak nyaman ketika melihat Black Chaos Lion menundukan kepala mereka kepadanya. Art samar-samar mulai mengingat kejadian yang sama seperti ini dimasa lalu.

Art bukan tipe orang yang gila hormat. Betul, dimasa saat Art masih menjadi pengacau besar, terdapat sebuah organisasi pemain yang ingin menjadi bawahan Art.

Mereka sangat menghormati Art sebagai seorang yang lebih gila dari pada mereka semua. Namun, saat mereka menunjukan hormat mereka kepada Art, Art yang saat itu masih remaja tidak menyukai hal itu. Benar, melihat banyak orang bersikap hormat dan formal kepada dirinya yang masih SMA hanya membuatnya tidak nyaman.

Saat itu kelompok pemain gila yang bernama Red Skull berhasil menjadi bawahan Art. Art berhasil membuat mereka berhenti untuk bersikap hormat dan terlihat formal kepada Art. Saat itu mereka, Art dan Red Skull menjadi sekutu yang cukup hebat dimasa itu.

Namun, itu hanya sementara. Red Skull, sebagai organisasi yang berisi pemain dengan nilai kriminal tinggi berhasil ditaklukan oleh dua Guild besar dan pasukan Crimson Knight yang bersatu untuk memusnahkan mereka.

Saat kejadian hancurnya Red Skull, Art sedang berada didalam Black Dungeon untuk menaikan levelnya sehingga tidak mungkin bagi Art mengetahui tentang penyerangan dan kehancuran Red Skull.

Dan… Hancurnya Red Skull adalah awal dari rencana Art yang dinamakan sebagai 'Annihilation Revenge' yang berakhir kegagalan dimasa lalu.

Art menggelengkan kepalanya saat mengingat saat-saat itu.

"Apa mereka semua masih bermain? Aku menantikan pertemuan kembali bersama mereka."

Tidak ada keraguan dalam perkataan Art. Ia sungguh menantikan pertemuan bersama mereka, meskipun mereka masih memilih jalan sebagai pemain kriminal, tidak ada alasan untuk Art untuk tidak reuni bersama mereka.

Menjadi tukang jagal, Menjadi Dungeon Diver, menyerang markas-markas dari guild kecil untuk merampas sumber daya. Itu adalah sedikit hal yang Art lakukan bersama dengan mereka.

Art tersenyum kecil saat mengingat kejadian-kejadian itu. Benar itu adalah kenangan bersama orang-orang yang sudah Art anggap teman.

"Kuyakin kita akan bertemu kembali… Teman."

Tanpa Art sadari permintaannya untuk bertemu mereka akan terjadi dalam jangka waktu cukup dekat. Dan saat mereka bertemu, Art dan mereka memiliki jalan yang berbeda.

Namun, itu hanyalah awal dari pertemuan. Dipertemuan berikutnya, berikutnya dan berikutnya, Art dan organisasi Red Skull yang kini berubah nama menjadi Black Skull akan memiliki jalan yang sama dan sekali lagi mereka menjadi sekutu hebat yang akan memiliki kukuatan setara dengan Guild besar.

.

Art dan Albion terbang dengan ketinggian 5 meter diatas permukaan tanah. Bukan tanpa alasan. Art terbang cukup rendah untuk memudahkan Black Chaos Lion mengikuti dari belakang.

Ini adalah awalnya. Yap. Ini adalah sebuah awal terjadinya pertarungan yang akan merubah tujuan sebagian besar player Destiny of Glory.

Art telah melewati bentang tinggi yang memiliki ketinggian 7 meter, sementara itu para Black Chaos Lion memanfaatkan kecepatan dan kekuatan fisik mereka untuk menyebabkan lompatan tinggi untuk melewati tembok benteng.

Itu terjadi sangat singkat. Sekarang Art dan pasukannya telah berhasil menyusup kedalam bentang dengan aman.

Adanya Black Chaos Lion kini menarik perhatian para Demon Soldier yang berada didalam rumah para penduduk. Art menunjukan senyum senang, namun itu bukan senyum senang karena para Demon Soldier, melainkan munculnya segerombolan Exp.

Benar. Semenjak kekuatannya berkembang Art tidak menganggap lagi para Demon Soldier sebagai musuh, melainkan Exp. Ya, hanya Exp yang akan membuatnya tumbuh semakin kuat.

"Kalian semua menyebar, bunuh semua Demon. Namun jangan memaksakan diri… Pulanglah jika merasa kalian kelelahan dan tidak bisa bertarung"

Jika kalian mulai kelelahan katanya? Itu sebuah penghinaan kepada para Black Chaos Lion. Art tidak mengetahui bahwa jumlah stamina yang dimiliki oleh Black Chaos Lion hampir tidak mungkin habis kecuali mereka bertarung seharian penuh tanpa istirahat.

Black Chaos Lion adalah salah satu dari banyak spesies yang memiliki darah dari GrimThorne, salah satu dari sebelas Eternal Darkness yang membawa kegelapan keseluruh Ethergard dimasa lalu jauh sebelum konflik dengan para Demon dan erak kedamaian yang kini sedang terjadi.

Dalam kasus melawan Red Wolf. Itu adalah sebuah hal berbeda. Secara terpaksa kelompok Black Chaos Lion harus melawan kelompok Red Wolf yang memiliki jumlah 20 kali lipat lebih banyak dari pada jumlah mereka. Hal itu menyebabkan pertarungan tanpa henti dan beberapa dari Black Chaos Lion harus kehilangan saudara perjuangan mereka.

Seolah mengerti perkataan Art, meraka segera pergi dari hadapan Art dan mulai berpencar untuk memburu para Demon. Perintah itu juga berlaku untuk Albion. Albion adalah kekuatan terkuat yang dimiliki Art, masih ada 2 jam menuju pagi hari dan dalam waktu itu Albion akan memanfaatkan kamuflase-nya dan melakukan kembali pembomban sihir diatas udara.

Saat ini Art hanya sendiri, sementara di sekelilingnya terdapat banyak sekali Demon yang menatapnya. Mereka hanya Demon imitasi, mereka dibuat dari spesies Non-Demon yang diberikan darah olah seorang Demon murni yang telah membentuk Demon essens.

Singkatnya Demon Soldier atau Demon imitasi ini relatif lebih lemah dari pada Demon berdarah murni pada umumnya.

Art mengeluarkan pedangnya dan menunjukan bilah putihnya yang begitu mengkilap, sementara para Demon di hadapanya hanya memandang Art dengan emosi meluap.

Saat itu yang melakukan langkah pertama adalah para Demon. Lusinan dari mereka berlari kearah Art sementara Art hanya merespon mereka dengan tenang.

Justru karena ini, sebagian besar Demon lainnya tidak ikut menyerang Art. Benar, mereka adalah tipe yang berfikir terlebih dahulu sebelum bertindak. Singkatnya mereka adalah para Demon yang memilih untuk diam dan memperhatikan kemampuan lawan terlebih dahulu.

Sementara Demon yang maju menyerang Art adalah individu yang mengutamakan emosi dari pada berfikir dahulu. Itu adalah tipe orang yang Art benci, namun itu juga yang membuat mereka sangat mudah dikalahkan.

Saat para Demon itu mulai mendekat, Art menyiapkan posisi bertarungnya dan menggunakan skill buff diawal.







Destiny of Glory : The Beginning [END]Where stories live. Discover now