Chapter 22 - Dua Bangsat (1)

29K 1.4K 36
                                    

Halo semua

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

Halo semua...

Sebelumnya aku mau ngucapin makasih banyak buat yg udah setia nunggu cerita ini, dan nunggu aku tentunya.

Aku nggak mau janjiin apa2, tapi yang jelas cerita ini harus tamat! Harus bisa sampe tamat! Okay😁

Maka dari itu, mohon dukungannya untuk tetep vote dan komen di setiap update an ku, biar aku bisa semangat😁

Thanks semua😆😆

Happy Reading

*****

"Sialan lo."

"Anjing lo."

"Bangsat lo."

"Arghhh.. Kazeo Tai. Hiks."

Sudah 1 jam berlalu sejak insiden 'ditinggalkan Kazeo', Sia tak henti-hentinya melontarkan segala puji-puji makian pada pria brengsek itu.

Dan makian itu makin bervariasi, ketika menyadari bahwa ternyata ia juga tak membawa ponselnya. BANGSAT SEKALI.

Sia lupa kalau tadi sempat meng-charger ponselnya sebelum mandi, dan alhasil ia malah meninggalkannya di rumah. Shit.

Sekarang Sia hanya bisa menangis dan memaki, berharap ada sedikit gerakan rasa iba dari hati Kazeo untuk mau menjemputnya.

"Hiks. Hiks."

Brumm.. Brumm..

Sia sontak mendongak ketika telinganya mendengar suara deru motor yang mendekat. Matanya yang masih menggenang air mata, tiba-tiba berbinar senang ketika melihat motor melaju dari kejauhan.

"Alhamdulillah." Ucap Sia seraya mengusap air mata dengan punggung tangannya.

Tanpa berpikir panjang Sia langsung berlari ketengah jalan, hendak menghadang motor itu.

Yang awalnya Sia penuh percaya diri merentangkan kedua tangan lebar. Di detik berikutnya ekspresinya malah langsung berubah total, menyadari motor itu ternyata sangat dekat dan melaju kencang kearahnya.

Dengan sekali kedipan mata, Sia sudah pasti akan tertabrak karena jarak antar dirinya dan motor tinggal beberapa meter saja.

Dan,

"KAZEOOOOO."

Citttttt...

Jeritan kencang Sia di iringi dengan decitan antara rem dan ban _yang sangat keras_ seketika memenuh indra pendengarannya. Sedangkan mata Sia sendiri sudah tertutup rapat.

Jantung Sia berdegup kencang. Nafasnya tersengal-senggal. Ia bahkan belum mampu untuk sekedar membuka mata.

"GOBLOK."

Mendengar makian _keras_ itu, sontak membuat Sia membuka sedikit, _mengintip_ dari balik bulu matanya yang masih basah itu.

Gue beneran masih hidup kan?

Psycho Gay [SELESAI]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu