Chapter 34 - Kazeo VS Dio

25.1K 1.3K 106
                                    

Yuk bisa yuk tinggal jejak dulu⭐⭐⭐⭐, biar nggak lupa gitu🙉🙉

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

Yuk bisa yuk tinggal jejak dulu⭐⭐⭐⭐, biar nggak lupa gitu🙉🙉

.
.
.
Happy Reading

***

"Ya, lo nggak sekolah lagi?"

"Iya," Sia menjawabnya dengan sedikit ragu bercampur bingung.

Bisa di bilang total hampir seminggu Sia tidak masuk sekolah, padahal dua hari ini ia sudah memantapkan diri tapi nyatanya ia tetap tidak siap-siap. Yang ada Sia harus kembali bolos tanpa tujuan sebab bi Siti sudah tiba dari kampung dan helas ia takut di laporkan pada orang tuanya karena tak sekolah.

"Huft, sebenernya gue takut nanti lo dapet masalah kalo nggak masuk terus," tutur Reya lagi agak terdengar berat.

Tapi sebenarnaya apa yang di katakan Reya juga di rasakan Sia. Sama, ia juga takut. Hanya saja rasa takutnya lebih besar untuk berangkat sekolah dan harus bertemu dengan si brengsek Dio.

"Tapi nanti gue bantu usahain cari alasan lagi deh,"

"Makasih ya Re,"

Meski tau usaha Reya tidak akan berguna, pasti ujung-ujungnya dia sudah di anggap tidak hadir, Sia tetap mengucap terimakasih atas bantuan sang teman.

Sia senang baik Reya maupun Dhini sangat mengerti dirinya, dan tidak tanya macam-macam walaupun sudah jelas Sia bolos tanpa alasan.

Ya meski bisa di bilang mulut keduanya kadang ceplas-ceplos menjorok ke nggak tau diri, tapi jika masalah mengerti perasaan keduanya paling nomor satu. Makanya Sia bersukur bertemu mereka.

"Ya udah gue tutup, bel masuk udah mau bunyi."

"Okay, sip-sip,"

Tut...

Sia segera menyimpan ponselnya di saku hoodie setelah sambungan telefon terputus.

Pagi ini dia akan bolos di sebuah cafe. Cafe yang berada sedikit di dalam gang dan lumayan sepi kalau jam-jam aktif seperti ini. Kemarin ia juga di sana, awalnya iseng-iseng search cafe yang sepi dan agak polosok, dan berjodohlah dia dengan cafe itu.

Tiba tepat di depan pintu Cafe Sia meyempatkan untuk meoleh ke belakang sejenak, menelisik sekitar beberapa detik sebelum akhirnya benar-benar masuk ke dalam.

"Eh lo lagi," Sia langsung di sapa oleh Anita, wanita yang berusia awal dua puluhan. Dia barista di sini yang bekerja paruh waktu selagi berkuliah.

Sia tau karena kemaren mereka sempat berkenalan, makin kenal sebab ia banyak mengobrol di saat cafe sepi.

"Haha iya kak," Sia terseyum sampai matanya menyipit.

"Bolos lagi nih?" tanya Anita sembari terkekeh, tidak niat megejek kok, memang kemarin Sia juga cerita perihal dirinya yang bolod.

Psycho Gay [SELESAI]Место, где живут истории. Откройте их для себя