36

1.3K 257 43
                                    

Chaeyoung duduk di tepi ranjang, menatap ke luar jendela, melihat daun-daun yang berjatuhan tertiup angin.

Entah sudah berapa lama Chaeyoung berada di rumah sakit, dia tidak pernah menghitungnya. Hanya saja, itu cukup lama.

Helaan napas Chaeyoung terdengar berat, dia mengingat malam itu, saat dia terus menangis, saat dia tak bisa tidur. Harapan untuk bisa tidur sebentar berubah menjadi harapan ingin tidur selamanya. Bukan hanya soal Lisa, Chaeyoung sudah lelah dengan semua hal yang terjadi dalam hidupnya. Chaeyoung tidak ingin kehilangan satu lagi teman, tapi teman itu mengingatkannya pada seuatu yang buruk. Ibunya.

Chaeyoung bener-bener berharap bisa mati, tapi Tuhan tak mengambil nyawanya. Di sanalah dia berada sekarang, divonis mengalami kerusakan syaraf dan kakinya lumpuh untuk sementara. Setidaknya Chaeyoung akan sembuh jika diobati. Tapi, Chaeyoung hanya berharap bisa mati.  Bagaimana dia bisa sembuh sementara orang yang mengobatinya adalah orang yang paling ia benci?

"Chae ...." Taehyung membuka pintu lalu masuk untuk menghampirinya Chaeyoung. Namun, Chaeyoung tidak menyahut, menoleh pun tidak. Chaeyoung hanya duduk membelakangi Taehyung, dan enggan untuk melihat pria itu.

Bukan salah Taehyung, dan kenyataan itu juga sulit untuk Taehyung. Orang tuanya hampir bercerai dan teman yang Taehyung suka kini membencinya. Tapi, Chaeyoung juga sedang dalam masa-masa sulit, dan tak seorang pun bisa memaksa Chaeyoung untuk mengerti.

"Buku nilai tahunan lo," ujar Taehyung sambil menaruh sebuah buku di samping Chaeyoung, tapi Chaeyoung tetap tak bergeming, dan Taehyung hanya bisa menghela napas melihatnya.

Sebenarnya tujuan Taehyung menghampiri Chaeyoung bukan hanya untuk mengantarkan buku nilai tahunannya. Itu hanya alasan agar Taehyung bisa bicara dengan Chaeyoung dan berharap Chaeyoung mau bicara dengannya. Tapi, itu belum berhasil dan sepertinya Taehyung harus mencobanya lagi nanti.

"Habisin makanan lo! Gue pergi dulu," pamit Taehyung sebelum dia keluar dari dalam ruangan itu.

Setelah pintu tertutup, barulah Chaeyoung menoleh, kemudian dia menunduk dalam. Chaeyoung juga tidak ingin menyalahkan Taehyung, tapi rasa egoisnya masih belum bisa menerima pria itu kembali.

Sementara itu, Taehyung yang baru saja keluar langsung bertemu dengan Jungkook yang sejak awal memang datang ke rumah sakit bersama Taehyung.

"Gimana?" tanya Jungkook, dan Taehyung segera menggeleng.

"Masih sama. Kook, lo beneran mau pergi? Chaeyoung masih belum sembuh, lo mau ninggalin dia?"

"Lo yang bilang kalo kesempatan gak akan datang dua kali."

"Ya udah, kesempatan besar emang gak boleh dilewatin." Taehyung menepuk bahu Jungkook, meski sebenarnya dia juga cemas karena Chaeyoung hanya mau bicara dengan Jungkook. Jika Jungkook pergi, Chaeyoung akan merasa ditinggalkan dan semakin terpuruk. Tapi, Jungkook juga punya masa depan dan impian yang ingin diraih.

"Gue harus pergi, jadi tolong jaga Chaeyoung."

"Chaeyoung benci sama gue."

"Nggak, dia gak benci sama lo. Dia cuma butuh waktu buat bua nerima ini semua."

"Ya udah, mending lo temuin Chaeyoung dulu! Kapan lo berangkat?"

"Nanti malem. Lo sama Kak Jin ada di sanggar 'kan? Gue mau ke sana dulu."

"Iya, gue mau latihan di sana sampe malem," ujar Taehyung seraya melengos pergi, dan setelah itu barulah Jungkook masuk untuk menemui Chaeyoung.

Clek

Pintu terbuka, dan Chaeyoung tak mau melihatnya karena berpikir Taehyung kembali.

"Chae!" Tapi, Chaeyoung langsung menoleh saat mendengar seseorang memanggilnya.

[✓] SUNFLOWERKde žijí příběhy. Začni objevovat