Part 14

1.9K 315 16
                                    

Pagi ini, Chaeyoung sudah siap dengan seragam sekolahnya, dia keluar dari dalam kamarnya dan berniat untuk langsung pergi tanpa sarapan terlebih dahulu. Tapi, seseorang memanggilnya dan membuatnya menghentikan langkahnya.

"Chaeyoung, kamu gak sarapan dulu nak?" tanya Jihyun saat Chaeyoung berjalan melewati ruang tengah.

Chaeyoung melirik Jihyun dengan tatapan sinis, perempuan itu berlagak baik karena ada Sanghyun di sana. Hari ini Sanghyun mengambil cuti, jadi dia ada di rumah.

"Nggak," jawab Chaeyoung singkat.

"Loh, nanti kamu sakit."

"Ck ...." Chaeyoung hanya berdecak sebal. Kenapa Jihyun sok peduli? Padahal tadi malam saja Chaeyoung tetap dikurung di dalam kamar dan tidak dibiarkan keluar bahkan saat jam makan malam. Kadang Chaeyoung benar-benar muak dan ingin membuat ibu tirinya yang sudah seperti aktris profesional itu menghilang dari dunia ini.

"Papa denger kemaren kamu bolos lagi, mulai hari ini kamu bakal dianter jemput sama sopir pribadi papa. Jadi, jangan mikir bakal bisa bolos lagi!" seru Sanghyang yang sukses membuat Rosé menoleh padanya.

"Chaeyoung gak perlu sopir," balas Chaeyoung kesal. Yang benar saja, untuk apa Chaeyoung diantar oleh seorang sopir? Apa untuk menunjukan jika dirinya seorang tuan putri yang diantar jemput dengan mobil mewah?

"Kenapa? Biar kamu bisa bebas bolos lagi? Nggak, pokonya mulai hari ini Papa bakal ngawasin kamu, kamu juga bakal dianter ke tempat les."

Chaeyoung menghela napas, kenapa ayahnya sangat menyebalkan? Jika seperti itu dia tidak akan bisa bertemu dengan Lisa. Padahal pagi ini pun Chaeyoung berencana menemui Lisa yang katanya sudah pulang ke rumah. Tapi, sepertinya gagal sudah semua rencananya itu

"Pak Yoon," Sanghyun memanggil Pak Yoon, sopir pribadi yang sudah bekerja padanya sejak lima tahun yang lalu.

"Iya Tuan." Pak Yoon segera menghampiri Sanghyun.

"Seperti yang udah saya bilang, mulai hari ini Pak Yoon gak usah nganterin saya. Pak Yoon harus anter jemput Chaeyoung, dan pastiin dia masuk sekolah sama les. Itu tugas baru Pak Yoon."

"Baik Tuan, saya ngerti. Ayo Non, udah waktunya berangkat sekolah."

Chaeyoung menatap Sanghyun kesal kemudian melengos pergi tanpa mengatakan apa pun. Selama ini hidupnya sudah banyak dikekang, dan kenapa sekarang malah lebih ketat lagi?

"Pak, tolong sita HP Chaeyoung juga ya! Biar dia bisa fokus sama pelajarannya!" seru Jihyun yang langsung mendapat anggukan dari Pak Yoon.

Chaeyoung sudah duduk di belakang saat pak Yoon masuk ke dalam mobil dan membawa Chaeyoung pergi menuju sekolah. Chaeyoung merasa sangat kesal dan frustasi. Dia baru saja menerima kenyataan jika ibunya telah meninggal, dan itu membuatnya sangat terpukul. Setidaknya Chaeyoung membutuhkan seseorang untuk menghiburnya, atau mungkin untuk sekedar mendengarkan semua keluh kesahnya. Hidupnya sangat kacau dan Chaeyoung merasa bisa gila jika menyimpan itu seorang diri. Tapi, Chaeyoung tidak punya seorang pun yang bisa ia jadikan tempat mengadu. Lisa adalah satu-satunya sahabat yang Chaeyoung punya, tapi dia tidak mungkin menceritakan semua masalahnya. Lisa sakit dan hidupnya sudah cukup menderita, Chaeyoung tidak boleh menambah beban hidup Lisa. Tapi, walaupun Chaeyoung tidak bisa bercerita pada Lisa, setidaknya dia bisa bersenang-senang bersama Lisa dan melupakan semua masalahnya.

Tapi, sekarang menemui Lisa pun tidak bisa. Apa yang harus Chaeyoung lakukan?

"Non Chaeyoung," tiba pak Yoon memanggil Chaeyoung dan membuat gadis itu tersadar dari lamunannya.

"Iya Pak?"

"Anu Non. Nyonya nyuruh saya buat nyita handphone Non Chaeyoung."

"Apa Pak? Nyita handphone Chaeyoung? Buat apa?" tanya Chaeyoung kaget.

[✓] SUNFLOWERWhere stories live. Discover now