02| Asing

511 36 4
                                    

Sebagian orang, terkadang tak tau
betapa bermakna nya kata MAAF.
_____

Sepulang sekolah Nanda dan juga Reni langsung menuju ke acara syukuran tersebut, tempatnya berada di salah satu hotel mewah yang ada di Jakarta.

Reni begitu kaget mendapati banyak orang di sana. Matanya terus saja menyapu keramaian, dengan keringat dingin di pelipisnya. Pacar Nanda adalah ketua OSIS di SMA PERTIWI, yakni sekolah Nanda dan Reni. Tak heran jika ada banyak siswa-siswi dari sana yang juga menghadiri acara tersebut. Bahkan, ada beberapa siswa maupun siswi yang sering mem-bully Reni, juga ada disana.

"Hy sayang. Kok baru nyampe?" Cowok tersebut mengusap rambut Nanda lembut.

"Iya nih, mobil aku kena macet tadi."

Reni yang berada di samping Nanda tak berhenti mengamati sekelilingnya yang penuh dengan keramaian. Bahkan sekarang, ketiganya menjadi pusat perhatian karena berada ditengah-tengah kerumunan.

Hal ini sungguh membuat Reni tidak nyaman, dia butuh tempat duduk yang terbilang jauh dari keramaian ini, bukan takut hanya saja Reni sangat asing dengan situasi seperti ini.

"Nan?" Panggil Reni.

"Ohiya sayang, kenalin ini sahabat aku namanya Reni." Nanda memperkenalkan sahabatnya itu kepada pacarnya.

"Bian." Pacar Nanda menyebut namanya, dengan mengulurkan tangannya. Reni membalas uluran tangan itu dengan senyuman.

"Punya sahabat baru kok nggak bilang-bilang?" Tatap Bian seolah menyelidik.

"Salah siapa yang gak masuk sekolah kemarin?"

"Hehehe, maaf. Aku sibuk bantu mama urus acara ini." Cengirnya, memperlihatkan senyum yang membuat siapa saja yang melihatnya luluh. "Kalo gitu kalian makan saja dulu disana, aku mau nyambut yang lain dulu." Lanjut Bian.

"Oke sayang." Jawab Nanda, kemudian menarik Reni untuk duduk di kursi yang tidak terlalu penuh dengan orang. Nanda paham, ini pertama kalinya Reni berada di tempat ramai seperti ini, tentu saja sahabatnya itu pasti merasa tidak nyaman atau bahkan asing.

"Lo duduk aja, Ren! Gue mau ngambil makanan dulu." Ujarnya pada Reni yang sepertinya nampak pucat.

"Nanda, aku mau ke toilet. Toiletnya dimana ya?"

"Sini gue temenin."

"Gak usah! Makasih, aku sendiri aja."

Nanda menghela nafas, Ia tau sahabatnya ini begitu keras kepala. "Toiletnya ada di situ." Tunjuknya ke arah toilet yang masih bisa terlihat.

"Kalo gitu, aku ke toilet ya Nan." Nanda hanya mengangguk, kemudian berlalu menuju tempat makan, bermaksud untuk mengambilkan makanan untuknya dan untuk sahabatnya.

Sesampainya didepan toilet, Reni tidak sengaja menginjak kaki seorang cowok yang juga hendak masuk ke dalam toilet yang hanya memiliki satu akses pintu masuk.

"Argghh! " Pekik cowok itu.

"Ma-maaf aku gak sengaja." Jawabnya menunduk.

"Punya mata nggak sih!!?" Gertak cowok itu lagi.

Reni kaget, pasalnya dia sudah meminta maaf. Namun, laki-laki itu tak menerima maafnya. Dengan gemetar dan ketakutan, Reni berusaha mengangkat wajahnya untuk melihat cowok itu. Dan ternyata cowok itu adalah Bian, pacarnya Nanda.

"Lo?" Kaget Bian, begitupun dengan Reni yang sekarang sudah menahan nafas takut.

"Arrgh! Kalo bukan sahabat cewek gue, udah gue-" bukannya melanjutkan perkataannya, Bian malah meninju tembok dengan emosi kemudian berlalu, membuat Reni makin ketakutan.

Ini adalah salah satu alasan mengapa Reni tidak mau berada di keramaian. Takut dia ceroboh, atau melakukan kesalahan seperti ini.

Tak ingin larut dalam ketakutan, Reni memasuki toilet yang didalamnya terdapat beberapa bilik, yang dipisahkan antara pria dan wanita.

Setelah menyelesaikan hajatnya, Reni yang tengah memperbaiki rambutnya tiba-tiba melihat kecoak berada di dekat pintu. Reni sangat takut dengan serangga, salah satunya adalah kecoak. Dan tanpa disadari kecoak itu terbang ke arahnya membuat dia menjerit keluar toilet dengan tergesa-gesa.

"Akkhh!! " Pekiknya. Karena tergesa-gesa dan tak melihat ke arah belakang dia malah menubruk laki-laki yang baru saja ingin keluar dari toilet tersebut.

Untung saja cowok itu dengan sigap menahan tubuhnya dari belakang, jika tidak Reni pasti sudah rolling ke belakang.

"Lo kenapa sih? Dari tadi rusuh banget." Itu adalah suara Bian.

Dengan hati-hati Reni membalikkan badannya. "I-itu ada kecoak." Jawabnya dengan wajah yang tersirat ketakutan, bersembunyi dibelakang Bian.

"Ck, ketimbang kecoak doang." Decaknya menangkap kecoa itu lalu membuangnya jauh-jauh. "Tuh kecoaknya udah gue buang." Ujarnya.

Mendengar hal itu membuat Reni lega, "Makasih."

Bian memutar bola matanya malas, "Mending lo pulang aja deh! Daripada lo buat rusuh disini. Gue heran, kenapa cewek gue mau sahabatan sama cewek aneh kayak lo." Sangkasnya, kemudian berlalu pergi tanpa berbalik sedikit pun.

Reni terdiam beberapa saat mendengar ucapan Bian.

Perkataan Bian itu membuat Reni sakit sekaligus menampar hatinya. Di lain sisi, dia sakit hati karena secara tidak langsung Bian menghinanya, tapi dilain sisi Bian juga ada benarnya, daripada dia disini terus tak tau harus berbuat apa, lebih baik Ia pulang ke tempat yang tidak akan ada orang yang menghinanya, yakni rumah.

Sakit banget yah jadi gini. Tapi Reni juga tidak bisa merubah dirinya, dia nyaman seperti ini, dia nyaman sendiri tapi bukan kesepian. Dia juga manusia biasa yang sewaktu-waktu bisa melakukan kesalahan.

°°°°°°

"Reni, lama benget sih di toilet?" Tanya Nanda saat melihat Reni yang baru saja datang.

Reni yang sedari termenung, kaget dengan pertanyaan Nanda dan juga keberadaan Bian di samping Nanda.

"I-itu tadi, antri." Sudah jelas Ia berbohong.

"Oh gitu. Yaudah, sini makan. Makanan lo dingin nanti," ajak Nanda.

"Nan, aku mau pulang aja."

"Lah kok pulang? Lo bahkan belum makan apa-apa. Lo gak nyaman? Atau ada sesuatu? Kenapa Reni?" Nanda mendekat kearahnya.

Reni melihat Bian sekilas. "E-enggak kok. Aku pusing," jawabnya berbohong.

"Kalo gitu gue anter ya?"

"Gak usah, Nan."

"Tapi Ren-"

"Gak usah sayang, dianya ajah gak mau." Celetuk Bian.

"Tapi, dia kesini bareng aku. Jadi, pulangnya harus bareng aku. Siapa yang anter dia kalo bukan aku?" Protes Nanda pada Bian.

"Diakan bisa naik taksi."

"Kamu kok git-,"

"Iya Nan, Bian benar. Aku naik taksi aja." Dengan cepat Reni memotong ucapan Nanda, agar tidak ada pertengkaran.

"Tapi Ren." Nanda tak tega meninggalkan sahabatnya, namun Reni mengisyaratkan bahwa tidak apa-apa. "Yaudah, Kalo gitu gue anter ke depan ya, please." Lanjutnya dibalas anggukan oleh Reni.

Saat ini Reni sudah berada di atas taksi. Di dalam taksi, tak sengaja dia melihat mobil ayahnya berada di parkiran hotel tersebut.

"Bukannya itu mobil ayah? Ada urusan apa yah, Ayah kesini? Apa mungkin urusan kantor?" Monolog-nya melihat dari jendela mobil. Tak mau ambil pusing. Ia kini hanyut dengan fikirannya sendiri.

TBC

Jangan lupa bintangnya yah guys🙃

Makasih banyak untuk kalian yang udah mampir dihati, eh salah maksudku di ceritaku💚

Altruistic✓Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum