24| Kekesalan Bian

257 20 1
                                    

Aku menyukai banyak mengenaimu,
kecuali caramu tidak menyukaiku.
____

"Aku mau kita putus!" Gertak gadis itu.

"Tapi salah aku apa? Kalau aku ada salah, maafin aku. Tapi please jangan kayak gini!!"

"Aku udah gak bisa. Aku udah ada yang baru." Gadis itu pergi berlalu meninggalkan lelaki dengan penuh penyesalan.

Bermacam-macam ekspresi menghiasi ruangan bioskop sekarang. Melihat adegan itu, ada yang menangis, ada yang kesal, marah, pokoknya campur aduk. Bagaimana bisa, seorang gadis dengan mudahnya memutuskan hubungan hanya karena satu alasan tak masuk akal, yakni ada yang baru. Wtf!

Menurut mereka, akhir ceritanya cukup membuat emosi meluap. Membuat semua orang yang baru selesai menonton film, keluar dari bioskop dengan mulut berkomat-kamit seolah-olah tak terima dengan akhir ceritanya.

"Ininih salah satu alasan kenapa gue gak mau terburu-buru membangun suatu hubungan." Ujar Alam kesal, sambil mencomot popcorn ke mulutnya.

"Emang dasar lo nya aja yang gak laku." Timpal Rio yang berjalan disampingnya.

"Enak aja. Gue itu pengen cari pasangan yang seleranya sama-sama takut kehilangan."

"Dih gayanya."

"Kayak lo gak jomblo aja-, Uhuk!! Uhuk!!" Alam tersedak dengan popcorn yang dimakannya.

"Haha! Makanya, kalo makan jangan ngomong."

Reni yang berjalan di belakang Alam, berusaha membantu Alam dengan menepuk-nepuk punggungnya. "Alam, kamu gakpapa? Aku beliin minum ya!" Ujarnya, hendak pergi.

Namun belum sempat Ia melangkah, pergelangan tangannya di cekal oleh seseorang yang membuat Reni harus menghentikan langkahnya.

"Biar gue aja!"

Reni menatap Bian sebentar. "Gak usah, makasih." Balasnya berlalu pergi.

Rio, Alam dan juga Nanda hanya bisa menyimak melihat keduanya. Seolah saling bertatapan, dengan apa yang ada dihadapannya sekarang.

Nanda yang bingung, memegang lengan Bian. "Sayang?" Ujarnya, seakan butuh penjelasan.

"Kamu haus kan? Tunggu disini, aku beliin minum." Balasnya, berlalu pergi.

Reni yang hendak membayar minum yang dibelinya agar cepat memberikannya kepada Alam, kaget mendapati Bian ada di hadapannya.

"Bian?"

"Gue bilang apa tadi? Biar gue aja. Gak usah sok perhatian sama cowok lain." Ujarnya dingin. Tatapannya begitu tajam menatap mata Reni.

"Ck. Mbak ini uangnya." Decaknya memberi uang pecahan 50 ribu.

"Gak usah! Aku bisa bayar sendiri." Tolaknya, namun Bian malah kesal dan menarik tangan istrinya.

Bian begitu kesal dengan yang namanya penolakan. Saat ini, Ia begitu kesal, karena istrinya tidak mendengar apa yang sudah Ia katakan tadi.

"Aww, Bian lepasin! Tangan aku sakit."

Mendengar itu, Bian melepaskan tarikannya. Lalu melihat Reni mengusap pergelangan tangannya yang memerah.

"Bian kenapa sih? Ada apa?" Reni kesal.

"Lo gak dengar omongan gue tadi? Jangan biasain kasih perhatian ke cowok, kalo dia baper nanti kita yang susah."

Altruistic✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang