33| Problem again

430 18 2
                                    

Saking banyaknya cobaan,
sampai bingung mau nyobain
yang mana duluan.
_____

Ting!! Tong!!

Kepalanya sedikit pusing karena semalam menangis. Namun, suara bel rumahnya yang di pencet berkali-kali, membuatnya harus terbangun dari tidurnya.

"Pagi sayang." Sapa orang itu, sesaat setelah Reni membuka pintu rumahnya.

"Mama? Papa? Kok gak ngabarin kalo kalian mau kesini? Reni bakalan masak kalau tau kalian akan datang." Ujarnya. "Ayo ma, pa, silahkan masuk!" Reni mengambil alih dorongan kursi roda papa mertuanya.

"Kami sengaja kesini gak bilang-bilang, karena papa kamu kangen sama kalian. Katanya mau kasih kejutan buat kalian." Jelas Windi, yang dibalas senyuman oleh Reni.

"Reni sayang, mata kamu kenapa sembab begitu?" Tanya Harun, melihat mata menantunya yang sangat sembab.

"Iya sayang. Kamu habis nangis?"

Reni dengan cepat menggeleng mendapat pertanyaan seperti itu dari ibu mertuanya. "I-ini, semalam gigi Reni sakit. Jadinya, Reni nangis. Tapi sekarang udah enggak kok." Alasannya, tentu saja Ia berbohong.

"Astaga sayang, kamu udah minum obat?"

"Udah ma."

"Oiya Reni, Bian mana?"

Mendengar nama Bian disebut, Reni seolah mengingat kejadian semalam. "Bi-bian, masih tidur Pa." Jawabnya.

"Anak itu gak berubah, masih aja tidur sampai siang." Gerutu Windi.

"Papa bosan nih, Reni mau ajak papa jalan-jalan dekat sini gak?"

"Boleh pa. Sini biar Reni temenin." Reni mendorong kursi roda Harun, untuk membawanya jalan-jalan di sekitar sini.

"Yaudah, kalo gitu mama mau masak. Udah lama mama gak masak buat kalian." Ujar Windi, membantu Reni mendorong kursi roda Harun keluar.

"Sshh!! Aduh kepala gue pusing banget." Ringisnya memegangi kepalanya. Bian kini tengah duduk di atas kasurnya.

"Kenapa kamar ini berantakan sekali?" Monolog-nya, mengingat kejadian semalam.

Ia ingat bahwa semalam Ia telah memaksa Reni untuk memberikan hak nya. Dimana gadis itu sekarang? Bian sepertinya mencari-cari keberadaan istrinya.

Bian beralih mengambil bajunya yang semalam Ia lempar sembarang arah, lalu memakainya lagi. Ia kemudian turun kebawah, untuk mencari keberadaan istrinya.

"Mama?" Ujarnya, mendapati mamanya ada di dapur. "Sejak kapan mama datang?" Lanjutnya.

"Udah dari tadi."

"Reni mana, ma?"

"Dia pergi sama papa. Papa kamu minta di temanin jalan-jalan sekitaran sini." Jelasnya, "ohiya, mata Reni sembab tadi. Seperti habis nangis." Lanjut Windi, memotong bawang.

"Reni cerita apa saja sama mama?" Bian khawatir, Reni cerita macam-macam kepada orangtuanya.

"Katanya dia sakit gigi. Tapi mama sedikit ragu. Apa benar dia nangis karena sakit gigi? Bukan karena kamu kan?"

"Syukurlah kalau Reni gak cerita macam-macam." Batinnya lega.

"Kok Bian sih ma? Reni memang sakit gigi semalam, tapi sekarang udah mendingan kok." Ujarnya memakan masakan Windi.

Dilain sisi, Harun dan Reni sangat senang menikmati udara pagi di sekitar rumahnya.

"Reni, kalo ada masalah, jangan sungkan cerita sama papa." Ujar Harun yang masih di dorong oleh Reni.

Altruistic✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang