28| Hadiah untuk Bian

252 19 1
                                    

Karena memang yang hadir itu tidak
selamanya akan menjadi takdir kita.
_____

Bian menuruni tangga dengan wajah masam, menghampiri kedua sahabatnya yang kini sedang asyik bermain PS di ruang tamunya.

"Lo kenapa sih Bian? Dari tadi keliatannya lo cemberut mulu." Tanya Alam melihat raut wajah gusar sahabatnya.

"Iya Bian. Kenapa? Ada masalah?" Tambah Rio.

"Gue putus sama Nanda."

"What? Ya bagus dong, berarti lo dengerin omongan gue."

"Sialan lo!" Bian melempari kepala Alam dengan bantal sofa.

"Alam benar, Bian. Dengan putusnya lo dengan Nanda, itu bisa memperbaiki hubungan lo dengan Reni."

"Tapi gimana ya, gue gak tau alasan Nanda mutusin gue karena apa? Padahal gue masih cinta banget sama dia."

Alam terkikik mendengarnya, "hahaha diputusin cewek nih." Membuat Bian menatapnya tajam.

"Bian, mungkin yang pergi itu memang cinta. Tapi sekarang yang ada di depan mata lo adalah jodoh. Cinta memang tidak selalu bersama jodoh. Tetapi jodoh selalu bersama cinta." Ucap Rio, tanpa beralih dari main PS nya.

"Nah betul tuh kata Rio. Karena memang yang hadir itu tidak selamanya akan menjadi takdir kita."

"Oiya, Reni mana, Bian? Gue belum liat dia dari tadi." Sambung Alam lagi, celingak-celinguk mencari keberadaan istri sahabatnya.

"Ga tau." Ketusnya.

"Kok gak tau? Lo kan suaminya, gimana sih?" Rio menatap Bian dengan tajam.

"Tau tuh, Bian. Istri sendiri gak tau ada dimana. Kalo dia di culik gimana?" Alam bergumam seolah-olah menakut-nakuti semuanya.

"Kalian kesini gue panggil buat dengerin curhatan gue, atau nyariin cewek itu sih?" Gusar Bian. Sahabatnya ini begitu keterlaluan, disaat Ia butuh tempat cerita, sahabatnya malah mencari gadis yang menurutnya merupakan sumber masalah.

"Tiga-tiganya." Jawab Alam.

"Tiga-tiganya?"

"Iya. Dengerin curhatan lo, nyariin Reni, dan makanan buatannya. Laper banget gue, sumpah."

"Huh, lo sebelum kesini gak pernah makan dulu ya? Dipikiran lo, hanya makan, makan, dan makan saja." Ejek Bian. Sedangkan Rio yang ada didekat Alam hanya bisa tertawa melihat sahabatnya yang memiliki kelakuan tak punya urat malu.

°°°°°

Reni terpaksa menginap di rumah sahabatnya ini, karena malam telah larut. Dan Nanda juga tidak membiarkannya untuk pulang.

"Reni, tau nggak besok adalah ulang tahun Bian?" Celetuk Nanda, di samping sahabatnya yang belum tertidur.

"Oh iya, Nan. Hampir saja aku lupa." Reni menepuk kepalanya sendiri. "Mama juga kirim pesan ke aku tadi, katanya ulang tahun Bian sekarang dirayakan secara kecil-kecilan aja. Kamu datang yah!" Lanjutnya.

"Pasti dong, gak mungkin gue nolak permintaan sahabat gue."

"Tapi Nanda, aku belum beli kado apa-apa untuk Bian. Kira-kira aku kasih apa ya untuk Bian? Aku belum tau apa kesukaan Bian." Tanyanya bingung, bersandar di kepala ranjang.

"Gak usah sedih dong! Gue kan ada di sini. Gue akan bantuin lo buat beliin Bian hadiah."

"Gimana caranya? Dimana kita akan beli hadiah? Inikan udah larut malam. Dan tidak mungkin ada toko yang terbuka di jam sekarang."

"Adduh sahabat gue ini polos banget sih. Jadi gunanya ponsel ini untuk apa?" Nanda memperlihatkan ponselnya.

"Untuk apa memangnya?" Nanda menepuk dahinya sendiri, mendengar pertanyaan polos sahabatnya ini.

"Jadi, kita gunain ponsel ini buat beliin hadiah untuk Bian. Kita, belinya di online shop aja, gimana?"

"Terserah, Nanda aja deh. Aku tidak paham mengenai hal-hal seperti itu."

"Oke. Kamu mau beli apa untuk Bian? Biar gue yang pesan kan."

"Eum, apa ya?" Reni meletakkan telunjuk di dagunya seraya berfikir. "Kalo jam tangan, Bian sudah punya banyak. Sepatu juga banyak. Gimana kalo kemeja? Ya kemeja aja." Putusnya.

"Ide bagus, tunggu! Gue searching dulu ya." Nanda berkutat di depan ponselnya, mencari barang yang diinginkan oleh Reni.

"Reni, ada banyak jenis kemeja nih disini. Lo pilih yang mana buat Bian?"

Reni beralih menatap ponsel Nanda. "Ini bagus, tapi ukurannya terlalu kecil untuk Bian." Ujarnya, "yang ini warnanya bagus, terus ukurannya juga sesuai dengan ukuran baju Bian. Aku pilih yang ini aja deh Nanda." Tunjuk Reni, pada sebuah gambar kemeja berwarna merah maroon tersebut.

"Pilihan lo memang gak pernah mengecewakan Reni. Okay, gue pesankan dulu ya! Sekalian gue suruh bungkusin biar tambah cantik." Reni mengangguk mendengarnya.

"Aku udah gak sabar untuk cepat-cepat besok."

"Harus sabar dong, malam masih panjang ini. Hahah," Goda Nanda membuat Reni menyengir malu.

TBC

Jangan lupa vote/comment-nya bestie🦋

Vote, vote, vote kalo nggak digigit dino nih🦖🦖🦕🦕

Altruistic✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang