Prolog.

33.9K 3.5K 150
                                    

Direct-Love?
*****

Prolog.

Jakarta, 2014.

"Aruna cantik, ya."

Jati mengikuti arah pandang sahabatnya, lantas berdecak. "Jun, dimana-mana kalau cewek ya cantik. Aneh."

"Heh, gue serius! Coba lihat deh!"

Dengan paksa, Arjuna menarik kepala sahabatnya, untuk mengikuti arah pandangnya. Sampai Jati melihat seorang gadis cantik yang terlihat sederhana namun elegan. Jati tahu siapa dia, mahasiswa baru dari fakultas ekonomi. Kalau tidak salah, Jati juga pernah menolongnya sewaktu dia melewati gedung rektorat, karena gadis itu sangat ceroboh meninggalkan dompetnya sembarangan.

"Tapi katanya anak orang kaya, konglomeratnya Indonesia. Mungkin nggak ya, dia mau sama gue?"

Jati sudah bersahabat dengan Arjuna lebih dari separuh usianya. Sahabatnya itu supel, sangat mudah membaur dengan lingkungan, berbeda dengan Jati yang harus merasa nyaman, baru dia bisa menjadi pribadi yang menyenangkan. Selama masa sekolah, Arjuna juga kerap berganti pasangan, bukan karena sahabatnya itu playboy tetapi entah kenapa Arjuna selalu berakhir sebagai pria tersakiti. Berbeda dengan Arjuna yang berani merasakan cinta seperti laki-laki seusia mereka, Jati memilih menghabiskan waktunya untuk mengejar mimpinya. Target utamanya adalah mendapat gelar magister dari universitas luar negeri. Meski terdengar mustahil bagi dia yang terlahir dari keluarga biasa saja, Jati akan berjuang mati-matian untuk mendapatkan beasiswa itu.

"Sekali-kali jangan terlalu serius dong! Hidup itu harus dinikmati, kita nggak hidup dua kali loh!"

"Tetapi, kesempatan nggak datang dua kali. Lo tahu seberapa besar gue berjuang untuk mencapai mimpi gue ini."

Sahabatnya tertawa renyah, "Ya, lo akan melakukan apapun untuk mendapatkannya."

Dan Jati tahu betul, jika dia dan Arjuna memiliki kesamaan. Berjuang dan melakukan apapun untuk mendapatkan keinginannya. Sebab, tanpa Jati duga sebelumnya, tiga bulan setelah pertemuan mereka hari itu, Juna tak lagi datang sendiri. Melainkan bersama gadis yang menjadi topik perbincangan mereka tempo hari.

"Kamu tunggu di depan sebentar ya, aku mau bicara sebentar sama Jati." ucap Arjuna pada gadis yang dibawanya.

"Saya duluan, Kak." ucap gadis itu, sopan. Tetapi entah kenapa, sedari tadi enggan menatap Jati.

Jati hanya memperhatikan dengan seksama gerak-gerik keduanya. Dia juga tahu, gadis bernama Aruna terlihat terkejut ketika Arjuna memperkenalkan mereka. Mungkin gadis itu masih mengingat kecerobohannya? Entahlah, Jati juga tidak terlalu peduli.

"Lo main pelet, ya?" tanya Jati sarkas.

"Sialan. Gue aja juga nggak nyangka dia mau jalan sama gue yang cuma pakai motor vespa tiap hari."

"Jadi?"

"Gue sayang banget sama dia. Nggak tahu kenapa, gue yakin banget kalau dia bakal jadi yang terakhir buat gue."

Jati menahan napasnya, menatap sahabatnya yang terlihat sungguh-sungguh. "Terus?"

"Bokap-nya nggak setuju, dari awal gue ajak dia jalan, beliau bahkan sudah memperingatkan gue. Lo tahu, kan? Kalau gue nggak bakal menyerah?"

Direct-Love?Where stories live. Discover now